Aku Sayang Kamu Ganteng Season Dua [Awal Cerita]

Posted by Unknown

Disclaimer
1) Cerita ini sadis, berdarah-darah, gore, psikopat.
2) Cerita ini ada unsur pedofilia
3) Cerita ini ada unsur incest
4) Cerita ini agak lama bersambungnya.
5) Cerita ini fiksi
6) Cerita ini rawan typo dan macet.
7) Cerita ini not coliable, jadi kalau nyari yang bisa buat coli mungkin bukan di cerita ini.
8) Cerita ini bisa ada karena mood penulisnya. Jadi kalau penulisnya nggak mood, maka nggak bakal update.
9) Just enjoy the story, seorang penulis amatir yang ingin menuangkan uneg-unegnya di cerita ini.
10) Beware your kids! Protect your kids! The Predator are out there.

Para Tokoh

Arczre Zenedine

Pewaris keluarga Zenedine. Seorang bos mafia, bos preman yang mempunyai julukan Si Kapak. Pernah membuat kekacauan di Kota Malang satu dekade yang lalu. 

Ghea Zenedine
Istri dari Big Boss. Dia yang mengendalikan dunia hitam Zenedine. Dia dikenal dengan sebutan Madam. Sekali pun dia kuat, tapi hatinya rapuh ketika berhadapan dengan suaminya.

Asyifa
Orang yang mirip dengan Andini, cewek ini pun kemudian dengan dengan Arci. Dia anak yatim yang kemudian tinggal di Panti Asuhan. Masa lalunya membawa dia kepada perselingkuhan antara Zulkifli Irawan dengan sekretarisnya. Dia adalah adik dari Andini tapi berbeda ibu.

Diva
Kakak angkat Asyifa. Dia selalu menolong Asyifa. Namun ketika tinggal di panti Asuhan ia harus pergi karena tidak ingin Asyifa ikut-ikutan menjadi seperti dirinya. Dia sangat menyayangi Asyifa seperti adiknya sendiri

Lian
Ibu dari Arci. Dia selalu ada untuk Arci, tapi ketika dia pergi tidak ada Arci di sampingnya.

Putri
Adik Arci yang memiliki permasalahan brother complex, sama seperti kakaknya Safira yang sudah pergi. Sekalipun ia tak bisa bersama dengan kakaknya tapi dia rela melakukan apa saja untuk kakaknya. Sekalipun itu membuat hatinya sakit.

Rio
Kakak Ipar Arci. Dia awalnya menyalahkan Arci atas meninggalnya Andini. Namun kemudian dia mendukung Arci dan berjuang bersama. 


Bianca
Seorang akuntan yang mengetahui semua arus keuangan Arci. Dia kemudian terlibat asmara dengan Ryuji, hingga akhirnya suaminya ditangkap oleh pihak yang berwajib.

Leli
Anak tiri Bianca. Ia pun menjadi korban dari permasalahan keluarganya. 

Komisaris Basuki
Komisaris polisi yang bertangan dingin. Ia berusaha menangkap Arci dan menjebloskannya ke penjara.

Kenji
Salah satu orang besar di keluarga Tanaka. Setelah Tanaka Yoshida wafat, otomatis dialah yang menjadi pucuk pimpinan dari keluarga Tanaka. 


Ryuji
Keponakan dari Kenji. Sebetulnya dia bisa saja menjadi pucuk pimpinan kalau saja ia berkompeten. Dia tak setuju dengan kepemimpinan Arci dan menolak dipimpin oleh Sang Big Boss. Menurutnya kehormatan keluarga Tanaka harus dikembalikan.

Susiati
Mertua Arci, ibu dari Andini. Dia menjadi pengacara terkenal dan selalu membantu Arci dalam permasalahan hukum.


Mustafa
Orang yang ingin menyaingi Arci. Dia ingin agar para preman yang ada di seluruh kota ia kuasai.


Miller
Orang yang licik dan punya maksud tersembunyi. Belum jelas untuk tujuan apa ia membantu Mustafa.


Special appereance: Dr. King
Karakter yang misterius. Kanibal. Psikopat. Dia adalah tokoh yang akan menjadi ujung dari cerita ini.


PROLOG

Asyifa memunguti bukunya yang terjatuh setelah disenggol oleh pengendara motor. Dia ke sekolah memang memakai sepeda mini dengan keranjang di depannya. Dia kelas tiga SMA tahun ini. Sebentar lagi lulus. Hidup sebatang kara dijalaninya sejak lama, setelah ibunya lahir di luar nikah ia pun dididik seorang diri oleh ibunya sampai kemudian ibunya meninggal karena TBC. Dia sampai sekarang tak tahu siapa nama ayahnya. Atau kemana ayahnya pergi, atas alasan apa ayahnya pergi. 

"Syifa? Kamu tak apa-apa?" seorang gadis seusianya yang sama-sama memakai kerudung membantunya mengambil buku-buku yang berserakan di jalan. Asyifa menuntun sepedanya sambil tertatih-tatih. Tampak darah merembes di rok abu-abunya yang panjang. "Kamu yakin pergi ke sekolah? Terluka seperti ini."

"Nggak apa-apa koq Lel, makasih. Bantu aku aja deh," kata Asyifa. 

Leli teman dan juga sahabat Asyifa itu pun membantunya berdiri. Leli kemudian membantu Asyifa menuntun sepeda Asyifa sampai tiba di sekolah. Setelah sampai mereka langsung ke UKS minta untuk dirawat. 

Inilah Asyifa Ramadhani, seorang gadis yang sangat cantik. Dia boleh dibilang menjadi primadona di sekolah ini. Selain cantik, ia juga pintar. Cita-citanya adalah menjadi seorang dokter. Maka dari itulah dia sekolah di SMK yang ada jurusan keperawatan. Dia sangat serius dengan cita-citanya, maka dari itulah hampir semua mata pelajaran sekolahnya sangat sempurna. 

"Waduh, Asyifa kamu kenapa?" tanya seorang guru wanita paruh baya yang tiba-tiba masuk ke ruang UKS.

"Tadi ditabrak lari bu," jawab Asyifa. 

"Ealaaah, tapi kamu nggak apa-apa kan? Ibu langsung ke sini ketika tadi Leli bilang kamu ada di UKS," ujar guru ini. Namanya adalah Ibu Tatik, guru pelajaran Kimia.

"Maaf, bu. Saya telat masuk," kata Asyifa.

"Nggak apa-apa, yang penting kamu baik-baik saja. Aduh sampai robek bajunya, ibu akan beliin kamu baju baru besok," kata Bu Tatik. 

"Aduh bu, nggak usah."

"Eh, nggak boleh seperti itu. Harus!" 

Wajar saja Asyifa dianak emaskan oleh para guru, sebab prestasinya membanggakan sekolah. Tahun lalu dia juara Olimpiade Biologi. Namanya membuat sekolahnya terkenal di mana-mana. Dan selama kelas tiga ini perkembangan nilai Asyifa terus dipantau, setelah mendapatkan UTS dengan hasil yang memuaskan. Asyifa benar-benar sosok seorang siswa teladan dan sempurna. Hal ini tentu saja membuat guru-guru yang menyayanginya selalu ingin menjaga Asyifa. 

Asyifa dengan tertatih-tatih menuju ke kelasnya. Paling tidak hari itu tidak ia lewatkan untuk mendapatkan ilmu. Sekolah terlalu penting buatnya untuk dibuat main-main. Saat itu kelas sedang ada pelajaran, sang guru yang mengajar melihat Asyifa baru masuk langsung mempersilakan. 

"Maaf Pak, tadi saya ke UKS dulu," kata Asyifa. 

"Tak apa-apa, bapak sudah dengar koq. Silakan duduk!" kata Pak Edi guru Matematika. 

Asyifa kembali ke bangkunya. Dia bernafas lega dan mulai mengikuti pelajaran pada hari itu. 


oOo


"Suara serangga ini merdu sekali," ujar Mustafa. Pria keturunan arab ini sedang duduk di sebuah kursi sambil menyaksikan pepohonan rindang yang ada di hadapannya. Terdengar suara-suara serangga yang bersahut-sahutan. 

"Di sini masih banyak serangga yang hidup. Dari pada di kota engkau tak akan dapatkan suara semerdu ini," kata seseorang yang duduk di sampingnya. Namanya Miller. Perawakan Miller lebih seperti orang Eropa dengan rambut berwarna pirang dan pupil mata berwarna biru.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Mustafa sambil menghirup cerutunya. 

"Kabarku ya seperti ini, kamu bisa lihat aku sangat senang," jawab Miller. 

"Semenjak kota dipimpin oleh orang itu, tak pernah ada kekacauan. Semuanya benar-benar di dalam kendalinya. Aku saja jadi enggan untuk nyalakan api di sana."

"Oh, kamu merasakannya juga?"

Mustafa mengangguk. "Kami keturunan Habib, tentu saja ingin kota itu menjadi salah satu tempat di mana kami bisa menyebarkan ajaran kami. Hanya saja, kotanya terlalu teratur sekarang. Pengaruh para habib di kota itu tidak begitu besar lagi."

"Hanya gara-gara satu preman bisa seperti itu?"

"Kamu tidak tahu apa yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Gara-gara preman itu satu kota dikacaukan oleh dia. Polisi sampai harus menerjunkan berapa batalyon itu. Dia juga membantai banyak orang, bahkan pembunuh istrinya pun tak ada yang selamat dari tangannya. Tak berselang lama setelah keluar dari penjara dia mendapatkan julukan Si Kapak. Semua orang takut dengannya. Terlebih sekarang orang-orang Yakuza juga ikut bekerja di bawah pengaruhnya."

"Untuk itukah kamu memanggilku kemari?"

"Miller, aku tahu kamu ahli strategi. Aku sudah tidak suka dengan kelakuannya, terlebih keluarga Agus Trunojoyo masih ada kerabat denganku. Anaknya Gladis harusnya akan menjadi salah satu istriku tapi pulang dengan kepala tertembus peluru sniper rifle. Ah, padahal permainan ranjangnya luar biasa."

"Kamu malah memikirkan urusan ranjang di saat seperti ini."

"No offense, aku jujur. Tapi aku butuh bantuanmu sekarang. Mungkin saat ini Si Kapak sadar akan banyak orang yang merebut posisinya. Tapi dia tidak tahu dari mana. Aku butuh bantuanmu untuk bisa menyingkirkan dia."

"Sulit, kalau semua kota sudah dikuasainya akan sangat sulit."

"Bukan berarti tidak bisa bukan?"

"Ya, bukan berarti tidak bisa. Hanya saja kita butuh power yang lebih besar."

"Salah satu contohnya?"

"Kita butuh massa. Kalau hanya kita sendirian, mungkin besok kita sudah ditemukan di antara karung-karung mayat. Tapi kalau kita bergerak bersama orang lain tentunya hasilnya beda."

"Caranya?"

Miller tersenyum. "Pertama kita siapkan dulu bahan bakarnya, sumbu dan koreknya. Kalau sudah siap, tinggal kita nyalakan saja."

"Aku tak mengerti."

"Tenang saja, aku tahu apa yang harus aku lakukan. Hanya saja cara ini agak lama. Dan mungkin saja kamu tak suka."

"Yang penting berhasil, maka itu tidak masalah."

"Baguslah kalau begitu. Ngomong-ngomong, siapa itu?" tunjuk Miller ke seseorang yang ada kira-kira beberapa ratus meter di hadapan mereka dengan posisi berlutut dengan kepala tertutup kain. 

"Ah, hanya orang bodoh yang berani macam-macam kepadaku."

"Boleh tahu alasannya?"

"Dia menghina kami tentu saja. Yang kedua... dia anak buah Si Kapak."

Mustafa berdiri dan memberikan isyarat. Salah seorang anak buahnya berjalan mendatanginya sambil membawakannya sebuah senapan laras panjang dengan sebuah teropong di atasnya. 

"Daripada nganggur, aku bisa membuatnya jadi sasaran tembak bukan?" tanya Mustafa sambil membidik orang yang berlutut tadi.

"Hahahahaha, kurang kerjaan."

"Nyamuk itu memang harus ditepuk kalau dia sudah mulai berani menggigit"

DORR!

oOo


Arci memakai kemejanya, tubuhnya yang penuh dengan bekas luka pun tertutupi. Luka-luka itu tak bisa hilang, mulai dari luka sabetan golok dan bekas luka tertembus peluru ada semua di badannya. Semuanya berawal dari peristiwa lebih dari satu dekade lalu yang menewaskan kakak dan istrinya. Dua orang yang sangat dia cintai tewas di hadapannya. Dia membuat perhitungan dengan orang-orang yang telah menyakiti mereka. Kini hanya tinggal bekasnya saja. Sang istri Ghea, begitu telaten memakaikan baju suaminya. Wanita berdarah Kaukasia itu mengancingkan baju kemeja lelaki itu satu per satu, kemudian sebuah jas hitam disematkan. Dia tidak selesai memakaikan bajunya sampai benar-benar terlihat rapi. Agaknya Ghea sudah terbiasa hidup dengan cara seperti ini, lebih tepatnya Ghea menyesuaikan diri. 

Hari ini mereka akan melakukan kegiatan amal di sebuah Panti Asuhan. Kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh perusahaan textil yang dikembangkan oleh Keluarga Zenedine. Sekarang perusahaan ini berkembang di bawah pimpinan seorang Arci. Perusahaan yang besar ini siapa sangka berada di bawah pimpinan seorang bos mafia yang paling ditakuti di kota ini. Paling tidak penjahat mana pun yang ingin melakukan aksinya harus minta izin dulu kepadanya sebelum beroperasi di kota ini. Bahkan Walikota pun tak ada kekuasaannya di bandingkan seorang Arci.

Arci bersama Ghea dan anaknya pergi ke sebuah Panti Asuhan, begitu datang mereka langsung disambut dengan antusias. Sebuah spanduk bertuliskan "AMAL PEDULI ANAK YATIM DAN DUAFA" terpampang jelas di sebuah Panti Asuhan. Di dalamnya tampak anak-anak yatim dan beberapa orang yang disebutkan sebagai duafa ikut dalam acara amal ini. Mereka sedang diberikan sumbangan oleh sebuah perusahaan besar PT Evolus Produtama. Arci yang dijuluki Raja Preman itu sedang duduk bersama anak-anak yatim lainnya ikut makan bersama. Mereka dengan penuh suka cita bercanda, tertawa dan bermain bersama. 

Tak jauh dari tempat Arci berada seorang wanita berambut merah dengan pupil mata berwarna hijau juga turut serta makan bersama di bagian anak-anak perempuan. Arci dan Ghea merupakan sosok yang sering dibicarakan orang akhir-akhir ini karena mereka sangat dermawan. Arci menghabiskan seluruh harta kekayaan keluarganya untuk amal. Usahanya pun makin berkembang pesat. Dia juga punya perusahaan-perusahaan lain. Sedangkan urusan dunia hitam, ia punya cara tersendiri untuk itu.

Di luar ruangan tampak seorang berperawakan seperti orang Jepang dengan tatanan rambut sedikit acak-acakan mondar-mandir. Pakaiannya serba hitam, memakai kacamata hitam terlihat tak bisa diam. Seorang lelaki lainnya tampak tenang wajahnya sama-sama seperti wajah orang Jepang, rambutnya cepak, dia lebih tua. Namanya Kenji, sedangkan yang satunya bernama Ryuji.

"Kenapa kamu mondar-mandir seperti orang kesurupan, Ryuji?" tanya Kenji. 

"Aku bosan saja berada di sini," jawab Ryuji. 

"Sudahlah, nikmati saja. Aku tahu, tempat ini mengingatkanmu tentang masa lalumu."

"Ken, jangan ingat-ingat hal itu lagi. Aku benci mengingatnya."

"Aku tahu. Aku mengerti. Maaf, tapi aku di sini sebagai pamanmu. Harus menjagamu, aku khawatir dengan keadaanmu."

"Kamu cuma lebih tua lima tahun dariku."

Kenji menghela nafas. "Yang penting jaga sikapmu. Ingat, jangan bikin Big Boss tidak suka."

"Aku tahu," Ryuji mulai bersikap tenang dan menampakkan senyumnya. 

Arci dan Ghea pun berdiri mau pamit. Arci menunjuk ke seorang anak kecil yang tampak sedang ngobrol dengan anak-anak kecil lainnya. "Dia masih sibuk sepertinya."

Ghea tertawa, "Dia sepertinya suka dengan mereka."

"Alex?!" panggil Arci. 

"Comming dad!" sahut anak kecil itu. Dia berlari menuju Arci. Alex, anak dari Ghea dan Arci, memakai kemeja putih dan jas hitam, umurnya sekarang 11 tahun. Arci dan Ghea kemudian menggandeng Alex kecil keluar dari Panti Asuhan. Di luar mereka sudah disambut oleh Kenji dan Ryuji. Namun perhatian Arci tertuju ke arah lain.

Seorang gadis SMA tampak tergopoh-gopoh dengan kaki sedikit pincang berlari memasuki Panti Asuhan. Kerudungnya yang berkibar di tiup angin membuatnya kerepotan. Tapi tujuannya jelas, ia masuk ke panti asuhan ini. Arci menatap ke arahnya, agaknya sang gadis pun menatap ke mata Arci dari kejauhan. Untuk sesaat ia tak mengerti kenapa hanya dengan bertatapan saja kedua mata mereka seakan sepertinya sudah saling mengenal satu sama lainnya. 

BRUUKK! Gadis itu menabrak Ryuji. 

"Hoi, hati-hati kalau jal....an....," Ryuji menggerutu ketika gadis itu menabraknya. Namun matanya tampak terkesima ketika melihat kecantikan gadis yang menabraknya.

"Aduh, hari ini sial banget. Udah ditabrak, sekarang malah nabrak orang lagi," gerutu gadis itu.

Arci melihat rok di lutut cewek itu ada bekas darah dan robek. Arci segera menolong gadis itu. Ghea tampak sedikit terkejut melihat wajah sang gadis. 

"Kamu tak apa-apa?" tanya Arci sambil memegang bahu sang gadis. 

"Aduh, maaf. Nggak apa-apa koq," katanya. 

"Andini?" tanya Arci. 

"Maaf Om, saya bukan Andini. Saya Asyifa," jawab gadis tersebut. 

"Asyifa, kamu kemana saja baru datang?" tanya pengurus Panti Asuhan yang tiba-tiba keluar dari dalam. Arci menoleh ke arah orang itu. Nama pengurusnya Pak Hajar. "Hayo, cium tangan dulu sama Om itu. Dia yang barusan bantu Panti Asuhan ini."

"Oh, begitu," Asyifa meraih tangan Arci dan menciumnya. 

DEG! DEG! DEG!

Arci seperti melihat hantu. Sesuatu yang tak pernah dia sangka sebelumnya. Semua memory tentang dirinya kembali lagi. Memory tentang Andini, memory tentang masa lalunya yang kelam. Matanya berkaca-kaca. Dia sadar Andini tidak mungkin hidup lagi. Tidak mungkin gadis yang ada di depannya ini adalah Andini yang bangkit dari kubur. Hanya saja wajahnya sangat mirip, terlalu mirip. Arci menoleh ke arah Ghea. Ghea juga seakan tak percaya terhadap apa yang dilihatnya. Asyifa kemudian pergi masuk ke dalam Panti Asuhan, ia menoleh sejenak ke arah Arci sambil memberikan senyumannya. Sebuah senyuman terima kasih karena telah membantu Panti Asuhan tempat dia berada. 

"No Fucking way!" kata Ghea. Dia segera menghampiri suaminya. "Mirip sekali."

"Iya, sangat mirip," Arci setuju dengannya. 

Setelah dari Panti Asuhan itu, Arci dan keluarganya pulang ke rumah. 


oOo


"Rio?! Kamu di mana?" tanya Bu Susiati di telepon. 

"Barusan mendarat di Juanda, Ma," jawab seorang laki-laki berjanggut tipis. Dia mendorong sebuah troli yang berisi dua kopor. 

"Kamu jadi tinggal di sini sekarang?" tanya Bu Susiati.

"Iya, aku ingin tinggal di sini."

"Ya sudah, cepetan sampe yah. Ibu sudah kangen. Pemakaman papamu saja kamu tidak datang."

"Heh, maaf Ma. Pemakaman Andini juga aku tidak datang. Aku sangat menyesal tidak datang. Untuk menebus rasa bersalahku. Aku sekarang datang dari Kanada dan ingin menemani mama seumur hidupku."

"Hahahaha, nggak usah lebay."

"Bagaimana tidak? Sekarang hanya mama satu-satunya keluargaku. Iskha tak ada, Andini tak ada, papa juga sudah tak ada."

"Ya sudah, cepetan sampai!"

"OK, ma," Rio menutup teleponnya. 

Rio menghirup oksigen hingga paru-parunya penuh. Ia telah lama kedinginan di Kanada. Sekarang dia sudah kembali merasakan udara tropis Indonesia. Rio adalah kakak dari Andini. Dia sudah berkeluarga, namun dua tahun yang lalu ia bercerai dengan istrinya. Rumah tangganya kandas begitu saja, karena kesalah fahaman. Ia tak mau larut lama-lama dalam kehidupan yang serba tak menentu seperti ini. Dia ingin pulang. Dan di sinilah ia berada. Namun ada sesuatu hal yang ingin dia selesaikan. Dia ingin membalaskan dendamnya kepada seseorang. 

"Arci, kau harus membayar semuanya terhadap apa yang telah kamu lakukan kepada Andini," gumamnya. 

Rio kemudian menghentikan sebuah taksi. Kemudian dia memasukkan barang-barangnya ke bagasi lalu melaju dengan taksi itu meninggalkan Juandal International Airport. Sebuah langkah awal untuk menuju ke balas dendam. Sebuah cerita baru tentang perjalanan Sang Raja Preman.

Bersambung Ke
Aku Sayang Kamu Ganteng Season Dua [Bagian 01]

{ 0 comments... read them below or add one }

Posting Komentar

Berkomentaralah Dengan Baik yng berisi kritikan , Masukan Demi Kalangsungan Blog kita Bersama ini