Motorku, Kenanganku 04 [ Ganti Mesin ]

Posted by Unknown

Besok pagi
“Mas jangan pergi, jam 9 Bahdin akan datang’
‘Alaaa,,, , pergi dulu ya, kalo sore Bahdin sudah nggak ada, saya pulang, SMS yaaa‘ diabaikannya permintaan istrinya. Rusdi segera mengelurkan motornya dan pergi.

Dengan tenang, Marni membiarkan Suaminya pergi, keputusan finalnya sudah diambil, dirinya sudah tidak terlalu memperdulikan lagi. Bila dari kemarin batinnya resah, kali ini rasanya plong bener.

‘Mana Rusdi?’ Bahdin menegur wajah cerah Marni yang sedang menyapu halamannya yang kecil tapi asri.
‘Masuk dulu mas…nggg mas Rusdi tadi sengaja pergi’

“Waduhhh gimana tuh orang…’
“Duduk mas… kopi , ehhh mana motornya? Agak merasa kehilangan dirinya akan motor spesial mereka.
‘Diservis dulu dibengkel, tadi naik ojek kesini’, kopi boleh deh’

‘Minum mas….awas masih panas….’
‘Eh gimana anakmu…’ dilihatnya anton sedang bermain dilantai, tampak sehat

‘Obatnya manjur mas, tadi pagi sudah sehat, langsung main'
‘Sukurlah…ooo iya, jadi nggak guna dong Rusdi ditunggu’

“Mas biarkan saja…’ Sambil menatap anaknya Marni membulatkan tekadnya
“Mas… semalam saya sudah tahajud, berpikir dengan tenang, tanpa emosi, keputusan saya bulat’

“Mbak…’ Puyeng Bahdin mendengar keputusan tegas wanita yang dikenalnya lemah lembut ini.

“Mas dengarkan saya…mas nggak usah khawatir, biar saya sajalah yang menempatkan mas dalam hati sebagai suami saya sesungguhnya, mas Rusdi hanya lahiriah saja, selaku istri yang berbakti sedapat mungkin saya berbakti melayani mas, mas nggak usah khawatir tidak berhubungan dengan wanita lain, hanya saya saja yang mengganggap mas sebagi suami, mas tidak perlu menganggap saya sebagi istri, bahkan nanti akan saya carikan mas istri yang lebih baik dari saya, tapi selamanya mas tetap suami saya’

Hening sekian lama

Marni meyakini keluguan lelaki ini, dirinya bangkit dari tempat duduk melangkah menghampiri, dengan gemulai, membungkunk, dan mengecup lembut bibir Bahdin, ‘Terima saya ya mas?’

‘Gimana ya mbakk… bingung saya…terserah mbak aja deh’

“Terima kasih mas’ Marni menggeser tubuhnya dan langsung duduk dipangkuan Bahdin, dirapatkan wajahnya, dihadiahinya Bahdin dengan cun khususnya. Marni mengulum kuat-kuat bibir lelaki itu, matanya terpejam menikmati momen yang dirasakannya penting itu. Lidahnya mulai menari-nari, menggelitik lidah Bahdin, mengajaknya berdansa. 

Bahdin mengimbanginya dengan kuluman yang sepadan kuatnya, tubuh mereka merapat. Saling mendekap erat. Kedua manusia ini mengabaikan anak kecil yang asik bermain-main dilantai yang sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi.

‘Mas kekamar yukkk’ Sedikit terengah usai cun khusus, hangat membara,
Bahdin manut aja setengah di geret, tidak lupa Marni memasang papan penghalang agar anaknya tidak merangkak keluar, dibiarkannya pintu rumah kopelnya tetap terbuka, jauh lebih aman, terbuka. Kalau tertutup akan menimbulkan banyak pertanyaan

Dibimbingnya lelakii itu masuk kekamarnya yang kecil, tipikal rumah kontrakan, hanya sebuah tempat tidur nomor 3, lemari dan meja rias. Dikuncinya pintu kamar. Kembali didekapnya lelaki itu sambil dihujani kuluman kuat.

Dengan gentel, Bahdin mengimbangi kuluman kuluman kaut dari Marni.
Direbahkan dirinya dikasur, ditariknya lelaki itu untuk menindih tubuhnya. Memang itulah yang diketahuinya bila melayani Rusdi suaminya. Hubungan seks konvensional.

“Suksesss. ‘ sorak Bahdin dalam hati, tidak sia-sia upaya nya menebar jaring halus selama ini
Puas rasanya bisa menaklukan wanitia. Bahdin sangat menyukait proses penaklukan itu, hasil akhir, seks hanya sekedar saja.

‘Bener mbak mau melayani saya?’
‘Iya mas…’

“Buka dong bajunya…
‘Dengan wajah merah, dirinya duduk, dengan gemulai melepas kerudung yang dikenakannya, memelorotkan keatas kaus lengan panjang yang dikenakannya, melepaskan rok panjang yang dikenakannya.

Segera terpampang tubuh mulus indah, telanjang, hanya berbalutkan bra dan secarik celana dalam. Bahdin langsung menyadari kecantikan wanita ini menjadi berlipat ganda, ketika kerudungnya dilepaskan, ternyata rambutnya menjadikan penampilanjnya semakin menarik, semakin cantik. Kecantikan masa remaja dulu saat dipacari Rusdi, yang hanya bisa dipelototi iri, kalah jauh dibanding kecantingan matang seorang wanita.

Marni canggung menyadari ketelanjangan dirinya dilahap lelaki bukan suaminya, tanpa sadar, masing-masing tangannya mendekap bra dan cd nya mencegahnya dari tatapan lelaki ini.

‘Katanya mo melayani suami. Kok malu-malu’ Bahdin menggoda
‘Ngg…mas juga buka dong…’
‘Bukain aja…’ Dengan canggung Marni beranjak berlutut di tempat tidur, dalam ketelanjangannya, tangannya menarik keatas kaos yang dikenakan Bahdin, meloloskankan melewati kepala. 

Terpampanglah Tubuh kurus.
Jemarinya sedikit gemetar juga meriah dan melepskan ikat pinggang, melepaskan kaitan celana, dan menurunkan resleting, memelorotkan celana panjang lelaki yang berdiri disamping tempat tidur itu.

Kedua insan itu sama-sama telanjang
Marni naik kepembaringan, dibaringkan tubuhnya terlentang, duduk bersandar di sandaran tempat tidur,
‘Ayo dong buka…’

Dengan canggung Marni meraih kaitan bra dipunggungnya melepaskan kaitan, sungguh gerakan yang erotis. Selanjutnya dipelorotkan celana dalamnya, dengan sedikit mengangkat pinggulnya.
Dengan sangat malu dirapatkannya pahanya yang dengan sia-sia tak berdaya menjadi santapan pandangan binar lelaki itu.

‘Bukain juga mbak ‘ maklsudnya, sisa kain terakhir celana dalam Bahdin.
Marni menarik celana dalam itu, yang dibantu Bdengan sedikit mengangkat pinggul nya
Terpampanglah kejantanan lelaki yang masih ciut, bak tertidur, tak menyadari bakalan ada pekerjaan berat yang dihadapi..

‘Urutin mbak…’
Dalam ketelanjangannya dengan jengah Marni duduk bersimpug di samping lelaki telanjang itu.
Kedua tangannya segera meraih onggokan daging lemas, membelainya perlahan, meremasnya berulang-ulang.

Perlahan tapi pasti walaupun seolah-olah ogah-ogahan, kejantanan itu mulai mengeras. Hal yang meembangkitakn semangan Marni, dengan mulai munculnya ketegangan batang itu, tangan nya mulai mengurut perlahan,
Semakin iurut semakin mengeras, semakin membesar, sehingga pada ahirnya kejantanan itu terasa penuh dalam genggaman tangan lembut wanita itu.

‘Mbak urut juga… itunya tapi jangan dipencet yaaa..dibelai aja’
Marni mematuhi nya dengan gembira, sebelah tangannya segeramenyelusup kebawah mulai membelai sepasang buah pelir.

‘MMmmmm enak mbak….’
Semakin bersemangat Marni memijat

‘Aduh…’ Bahdin menjerit ketika dengan keras Marni meremas biji pelirnya ‘Mbak yang itu lembut aja, yang anu boleh keras-keras’
‘Maaf mas…’ dengan giat Marni melanjutkan urutannya

“Mbak bener nih, saya jadi suami mbak ?’ sekarang waktu terakhir sebelum terlambat’
“Bener mas… demi Tuhan..saya bersumpah’

Waduh…pakai sumpah… serius bener nih’
‘Nanti kalau saya punya pacar…”

‘Ya nggak apa2apa, bahkan saya bantuin cari gadis yang baik’
‘Kalau saya kawin ?’
‘Ya nggak apa-apa, asal mas inget saya sudah cukup’

‘Sini mbak, ditariknya tangan wanita itu, dibimbingnya tubuh telanjang itu bangkit di tempat tidur
Marni kebingungan, mau apa ini
Sambil tetap duduk bersandar dituntunnya pinggul telanjang itu untukduduk dipahanya

‘Jongkok mbak…’ naa gitu…
‘Masukkan mbak…, jangan menyesal yaa… Bahdin memberikan peringatan terakhir

Dengan membulatkan tekad, Marni mencoba untuk pertama kalnya berinisiatif, memasukan kejantanan lelaki sambil berjongkok. Selama ini Selaku wanita lemah lembut gemulai, dirinya cenderung mandah menuruti inisatif seks uaminya. Dan kebetulan Rusdi memang cenderung biasa-biasanya gaya dan tekniknya, maklum masih muda.

Coba dipegangnya kejantanan yang sudah berhasil dibuatnya menegang keras, sambil berjongkok diarahkannya ke liang kewanitaannya. Diturunkannya sedikit pinggulnya saat dirasakannya ada daging keras di permukaan bibir kemaluannya, nyangkut, sedikit nyeri.

Diperbaiknya posisi jongkoknya, lebih dikangkangkannya pahanya, ketika sudah pas, ditekannya perlahan pinggulnya, sedikit nyeri dirasakan ketika ujung keras kejantanan itu berhasil menyelip masuk sedikit. Marni Mulai terengah
“Mas…nggg…’

Bahdin hanya tersenyum menikmati perjuangan indah dihadapannya, dalam hati ‘ayo kamu bisa…’
Marni melipatgandakan upayanya, ditariknya nafas dalam-dalam, dengan kuat ditekannya kebawah pinggulnya, bles, masuk separuh ‘Shhh….’ Dirinya berbuat dirinya yang mengeluh. Terasa lemas sekujur tubuhnya.

‘Sini mbak… sini mbak sayang’ Diraihnya wajah terpejam meringis kesakitan itu, Dilumatnya dalam-dalam bibir mungil itu.
Didekapnya tubuh telanjang sembari menghujanijan dengan kuluman-kuluman kuat, 

‘Istriku sayang…’ sungguh ironis sapaan mesra itu, tapi terasa indah ditelinga Marni. Membangkitkan semangat Dibalasnya kuluman itu, dengan sama dahsyatnya. Lidahnya mengimbangi tarian lidah Bahdin dirongag mulutnya, sekian lama saling mengulum, Marni mulai melupakan pekerjaan setengah tertunda di bawahnya.

Bahdin mulai sedikit menyerang, dikecupnya sisi leher Marni, dengan menyibaknkan rambut indahnya, dijelujurinya kejenjangan leher. Yang kadung menyentakkan geliatan geli tubuh sang wanita
Marni tidak menyadari, kewanitaanya langsung membanjir diserang geli dan sedikit nikmat. Birahinya langsung menyala. Tanpa perlu foreplay, langsung membara.

Beberapa kali kenjenjangan leher itu disapu, bahkan ketika sapuannya menyentuh bawah telinga, gelinjangannya sedemikian keras, sehingga membenamkan lebih dalam kejantanan keras dikewanitaannya. 
Ohhh….’ Geli ditelinga nikmat dibawah. Tak sadar dirinya mulai menggerakkan pinggulnya, kembali meraih kenikmatan, semakin bergerak semakin nikmat rasanya.

Perlahan-lahan dirinya tanpa sadar mulai menggeliat terus menerus, menggapai gapai rasa nikmat, semakin menggeliat semakin nikmat
Setelah sekian lama dalam geliatan yang semakin liar, akhirnya batang keras itu terbenam penuh, terasa mengganjal penuh. Semakin menyentakkan intens rasa nikmat yang diderita.

‘Shhhh…’ melepaskan dengusan panjang Marni menggeliatkan pinggulnya bak berputar
Mulailah Marni menggeliatkan pinggulnya dalam putaran-putaran yang nulai tak terkendali. Wajahnya sendu dengan mata terpejam menahan derita nikmat, tangannya berpegang erat di bahu sang lelaki memberinya bantuan tempat berpijak, mulai mengarungi laut kenikmatan.

Marni melepaskan pelukannya, menyenderkan kepalanya, dengan santai penuh rasa puas, menikmati hobi aneh yang dimilikinya. Ditatapnya wajah sendu penuh nafsu menahan nikmat birahi. Dirasaknnya kejantannya mulai digerus keras, nikmat.

Segera Bahdin menyaksikan munculnya kebinalan wanita lemah lembut ini, tanpa disadarinya gerakannya sudah lepas kendali, bila tadi cenderung memutar dengan liar, sekarang bergerak liar kesegala arah tanpa terkendali, seolah- dengan panik mengapai kenikmatan yang menyapu dahsyat.

“Hhhhh…hhh….’ Denguasan keras terdengar setiap tubuhnya memutar atau melonjak, merupakan irama musik yang indah ditelinga Bahdin, menandai di mulainya pengejaran kenikmatan saat mendaki puncak.
‘Mas…mas….ohhh….keluhannya sesekali terdengar dibarengi dengan badan yang gemulai menggelepar, mendekati puncak kenikmatan. Marni sendiri yang berbuat, Marni sendiri yang mengeluh

“Mas…..nggghhhhhhhh’ dengan pinggulnya bergerak dahsyat maju menyentak, tegang, menyentak kebelakang tegang, menyentak kedepan, duibarengi keluhan panjang setengah mengedan, wanita itu menghempaskan dirinya di puncak nikmat, terbang ke awang-awang.’ 

Tubuhnya mengejang dan mulai melemas..
Bahdin mendekap serata mungkin tubuh kejang yang telanjang itu, dalam pangkuannya, dicengkerammnya dengan kasar bokong indah telanjang, dengan sekuat tenaga digoyangkan pinggulnya dalam gerakan bergetar-getar, cepat

‘Sssshhh…..mas…..ssshhhhh mas….’ Dibegitukan Marni hanya dapat mengeluh mendesah, menikmati panjangnya nikmat yang menderanya

‘Shh mass….ohh…mas….’ Berkali-kali dirinya berhasil kembali menyentuh puncak-puncak nikmat lanjutan melalui geletan kejantanan dikewanitaanya, akibat goyangan dahsyatnya Bahdin, saat memangku dirinya. 

Namun pada akhirnya tak tahan juga tubuhnya menggapai nikmat, tubuhnya lunglai dalam dekapan erat lelaki yang baru diaku suaminya.

‘Diajeng sayang….’ Dibisikannya kata lembut mesra, dikecupnya mesra sisi telinganya. Betapa indah dirasakan momen itu oleh Marni.

Didekapnya, dalam kediaman, menikmati suasana mesra perpaduan sepasang manusia. Dibiarkannya berlalu saat–saat mesra itu.

Perlahan kembali kesadaran sang wanita…”Mas….’
'Diajeng hebat, ngurutnnya…

{ 0 comments... read them below or add one }

Posting Komentar

Berkomentaralah Dengan Baik yng berisi kritikan , Masukan Demi Kalangsungan Blog kita Bersama ini