Motorku, Kenanganku 05 [ Balik Nama Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) ]

Posted by Unknown


Ini kali pertama bagi Marni berhubungan badan dengan murni berinisiatif sepenuhnya. Bila biasanya dirinya mandah saja disebadani suaminya, merespon dengan baik apa saja keinginan suamnya, kali ini jauh berbeda. Dirinya sendiri yang menggebu membenamkan kejantanan itu kedalam dirinya, walaupun awalnya masih dibimbing, tapi sepenuhnya dirinya yang berkehendak, berjuang hebat menyelusupkan kejantanan itu kedalam liang sempit miliknya. Demikian selanjutnya dalam pertarungan birahi dua insan, dirnya yang sekuat tenaga dengan kespresif liar, mencoba membantai, otong kecil yang ternyata terbukti tangguh. 

Sampai dirinya berkali-kali menggelepar dalam puncak nikmatnya, kejantanan itu seolah teguh tak bergeming, kaku keras mengganjal penuh di kewanitaannya, sangat menyesakan nafasnya. Marni merasakan tubuhnya demikian lemas, setelah untuk pertama kalinya mendadak beraktivitas demikian binalnya, menggeliat-geliatkan pinggulnya, menghantamkan sekuat tenaga kewanitaannya pada kejantanan Bahdin. Nafasnya demikian memburu, menyapukan hawa panas di bahu telanjang Bahdin.

“Mbak sayang….mbak hebat sekali…kekasihku hebat sekali…’ Bahdin mencoba romantis di penghujung meredanya badai yang melanda Marni, kian berbunga-bunga hati Marni mendengar rayuan gombal itu.

Dengan mesra, lelaki itu membelai punggung telanjang yang lemas dalam dekapannya. Dibisikkannya kata-kata mesra ditelinga sang wanita, yang membuai sukmanya serasa melayang-layang dinirwana, mengarungi sorga kenikmatan birahi badani dan sorga kebahagian jiwa.

Bisikan rayuan mesra ditingkahi dengan kecupan kecil di belakang telinga, sesekali juga dikulumnya lembut cuping telinga, tanpa lupa membelai lembut ketelanjangan punggungnya, menjadikan Marni serasa wanita paling berbahagia didunia ini.

Tapi jangan salah saudara-saudara, bagi Bahdin pertarungan masih panjang, fase tadi hanya sekedar upacara pembukaan gunting pita. Upayanya selanjutnya adalah membangkitkan kembali stamina sang wanita yang sudah lemas kehabisan tenaga. Maklum mengumbar tenaga birahi tak terkendali lupa ngatur nafas. 

Dibiarkannya Marni meresapi indahnya keintiman yang baru berlalu.

Pada akhirnya Marni pun mulai sadar, ada sesuatu yang demikian keras tetap mengganjal penuh dikewanitaannya. Dirinya bertanya-tanya tugasnya apakah sudah selesai? Marni belum menyadari, masih jauh dari selesai tugas pengabdiannya. Masih sangat berat derita nikmat yang harus ditanggungnya nanti

Perlahan Marni menegakkan kepalanya, menatap lelaki yang tersenyum dihadapannya. 
“Mas…enak sekali mas…, kok aku yang keenakan ya mas?’
“Mbak, ini rahasia saya, nikmat saya tak terkatakan memandangi mbak seperti tadi, ingin rasanya mbak terus-terusan seperti tadi. Cape yaa mbak?

“Nggak…nggak kok,’ Marni menyangkal dirinya lemas.
“Kalo nggak cape…lagi ya mbak’ Bahdin tersenum nakal

Dengan menarik nafas panjang, Marni menguatkan dirinya untuk kembali bekerja keras. Mengurut kembali kejantanan keras yang sedari tadi dengan sabar mengganjal sesak kewanitaannya.

Bahdin dengan sabar menunggu Marni kembali siap. Kini belaian mesranya mulai berubah haluan, bila tadi sekedar belaian pembangkit sukma kin menjadi belaian pembangkit birahi. Tangan kirinya segera mencengkram keras bokong indah telanjang yag jongkok dipangkuan pahanya, sesekali dicakarnya dengan menggunakan kuku, menyelusuri belahan pantat si wanita.

Setengah mati Marni menahan rasa gelinya, tak sadar matanya terpejam menggigit bibir, menahan rasa. Tubuhnya kejang tidak bergerak karena merasakan terganjal tiang pancang di kewanitaannya. Dengan sabar kedua belah jemari Bahdin berkutat diwilayah itu, memancing-mancing sang wanita untuk kembali mulai terpercik bara birahinya.

Ditingkatkannya intensitas serangan, kepalanya diturunkan, dengan sigap bibirnya mengulum lembut puting yang sedari tadi diabaikan, puting yang sudah mengeras dari tadi menunggu untuk dikunjungi. Dikulumnya berganti-ganti, antara beberapa kali hisapan lembut dan sekali hisapan kasar dan ganas. Bahdin tidak perduli mau berbekas atau tidak, mungkin lupa. Keduanya lupa, sangat berbahaya bila bekas kuluman merah sampai terlihat Rusdi.

Shhhh…’ segera meledak kembali birahinya, tangannya merangkul erat leher Bahdin bak mencari pegangan. 

Tubuhnya sedikit menggeliat. Tanpa sadar, Marni menahan pinggulnya untuk bergerak seolah khawatir menyiksa kejantanan itu.

‘Hhhhh…..’ dengusannya mulai muncul, ketika dengan kasar Bahdin langsung menyelomot payudara yang satu lagi, menghisapnya kuat-kuat seolah-olah berupaya menelan seluruh payudara kenyal itu ke dalam tenggorokannya. Apalagi ditambah dengan bajakan keras kuku tajam Bahdin menjelujuri ketelanjangan belahan bokongnya. Tubuhnya lepas dari kendalinya, pinggulnya mulai menggeliat.

Geliatan pinggulnya semakin keras saat dirasakannya jemari itu menyentuh lubang pantatnya, geli nian.
Geliatan pinggul itu ternyata berefek sangat besar, otomatis saraf-saraf terpeka dikewanitaanya langsung terpaksa menekan kejantanan keras disana. Efeknya berbalik berlipatganda. Gelinya tergantinya letupan nikmat birahi

‘Ohh…mas….’ Dirinya mengeluh menerima sentakan nikmat, saat pinggulnya sendiri yang menggeliat memeras kejantanan sang lelaki, yang tegak terpancang dalam-dalam memenuhi seluruh saraf-saraf terpekanya. 

Bak mesin kuno baru diengkol, tubuh telanjang itu baru sedikit disenggol, langsung mulai menggeliat-geliat tak berhenti. Tentu saja sekali kewanitaannya mencoba mengggasak tiang pancang disana, langsung berbalik berlipat gandan serbuan rasa nikmat. Memaksanya menggeliat keras, semakin keras

‘Sst…..sst….sst….’ Dimulai kembali pertarungan itu, berkali kali kini pinggul itu mulai menyerang menggasak kejantanan yang demikian keras, kembali mencoba menaklukannnya. 

Kali ini gerakan tubuhnya sedikit terkendali, dirinya berusaha keras mencoba menyimpan tenaga, mengendalikan gelinjangan keras pinggulnya membajak kerjantanan Bahdin.
‘Hhhh….hh…..hhh….’Akhirnya Tetap saja ‘sarafnya tak kuat menahan deraan nikmat birahi, sehingga dengusan nafasnya tercetus demikian keras, mengosongkan paru-parunya

Sudah begini kembali Bahdin dengan santai menyandarkan punggungnya. Memang kurang ajar ini orang, nyenggol sedikit sang wanita, untuk membiarkannya bertarung sendiri sekuat tenaga. Persis seperti menyuruh petinju berusaha memukuli sekuat tenaga sanksak tinju, sampai kelelahan dan terengah-engah.

Tapi demikianlah hobi kesukaannya memandangi wajah sendu berkerenyit bersimbah keringat menahan deraan nikmat, dengan mata-terpejam-pejam sekuat tenaga mengerahkan segala daya menggasak kejantanan miliknya, dan bibir dan mulut terbuka terengah-engah menggapai oksigen tuk mengisi paru-paru. Sungguh suatu pemandangan yang luar biasa fenomenal baginya.

Sekian kali berhubungan dengan wanita, ditemukannya kenikmatan ini. Itulah sebabnya dengan sabar dia memasang jaring nan halus, memerangkap wanita ini dalam haribaannya, sehingga akhirnya bahagia dipangkunya, telanjang, dengan binal menunggangi kejantanan miliknya.

‘Hhh…mas……hhh…mas….hh …mas…’ Kembali Kali ini pengejarannya meraih birahi semakin mendekati puncaknya, keluhannya terdengar berkali-kali memanggil pujaan hatinya, memohon demikian memelas, mulai tak tahan menahan nikmat. Dirasakannya raganya demikian lemas, walaupun sudah sekuat tenaga berupaya menyimpan tenaganya. 

Tetapi karena gelinjangan tubuhnya memang demikian binal, setelah entah berapa puluh kali berupaya menghajar sekuat tenaga kejantanan itu, tanpa hasil, habis juga tenaganya. Apalagi memang dirinya tidak pernah dilatih untuk kebinalan seperti itu.

Bahdin merasakan gelinjangan wanita dipangkuannya mulai mejadi gemetaran tubuh, menandakan kehabisan tenaga, kepalanya sudah demikian lunglai dibahunya, tetapi puncaknya belum tercapai, sedikit lagi, tapi apa daya tenaga sudah habis. Hhhh…hh….hh…..’Engahan nafasnya demikian hebat, kini memanggil pujaan hatinya pun sudah tidak sanggup. Hanya sisa-sisa semangatnya saja yang membuat tubuhnya kini gemetaran berjuang dengan sisa-sisa dayanya, dititik akhir pendakiannya.

“Hmmm… perlu bantuan nih’ Bahdin tersenyum dalam hati.
Dengan sigap didorongnya tubuh Marni untuk telentang sembari tubuhnya mengimbangi sehingga kejantannnya tetap tertanam dalam. Dalam sedetik posisi berubah tanpa Marni menyadarinya. Kini tubuhnya terlentang ditindih rapat sang lelaki. Matanya terpejam tidak menyadri suasana, hanya nalurinya yang tersisa menggapai-gapai puncak nikmat..

Langsung tanpa tadeng aling-aling, Bahdin menekan keras kejantanannya
‘Hooggghhhh, …serasa lolos jiwa terbang meninggalkan raganya, kewanitaannya menerima hujaman demikian bertenaga, bila sedari tadi berpuluh-puluh kali kewanitaannya menghantami kejantanan tanpa hasil, kali ini dirinya beroleh serangan balik kejantannan yang langsung menghujam kuat, yang langsung meluluhlantakknya jiwa raganya

Dengan perlahan Bahdin menarik kejantanannya, untuk kembali dihujamkan dengan keras
‘Eghhhhh…’ Luar biasa sesak nafasnya kembali dirinya dihujam keras.

Tak sampai sepuluh kali hujaman bertenaga, kembali Marni meledak puncak birahinya
‘Masss…..’ jeritan panjang sanubarinya sampai tercetus dibibirnya yang mungil, terhanyut kembali dalam dahsyatnya badai kenikmatan dipuncak pendakiannya. Tubuhnya mengejang keras, kedua tangannya mencengkeram kuat kuat pinggul kurang ajar, yang barusan menghajarnya, menahannya untuk tidak menyiksa dirinya lebih lanjut.

Tapi namanya Bahdin, mana mau berhenti sampai situ, kembali dihadiahinya sang kekasih itu dengan hujaman kuat tetapi dengan ritme diperlambat, sangat perlahan, dua tiga detik setiap menghujam. Kali ini hujaman kuat berupa jelujuran batang kerasnya sepajang dinding liang kwanitaannya. Tak berdaya tangan lemas itu menahan gempuran melalui pinggulnya.

Kembali tubuh itu mengejang, setiap kali dinding kewanitaannya digerus kasar batang keras.
Sekuat tenaga ditolaknya pinggul Bahdin seolah tak tahan menerima dera nikmat tak berkesudahan. Tapi apa daya tangan itu sudah demikian lemas, jangankan menolak, menahan berat tubuh lelaki itupun tak kuasa.

Dengan lihat Bahdin menggeruskan batang kerasnya, setiap kali berbeda sasaran. Berganti ganti antara sisi dinding kemaluan atas, bawah, samping kri dan kanan. Ritmenya demikian perlahan tetapi sangat bertenaga.
Setiap kali batang kerasnya digeruskan ke bagian atas liang itu, menggasak keras wilayah klit, menggelepar seluruh tubuh Marni, sekuat tenaga di tolaknya pinggul sang lelaki, tanpa daya.

“nggghhhh….ngghhhhh….ngghhhhh…setiap kali dirinya mengejang dan menyuarakan derita, menerima nikmat yang tak tertahankan
‘Mas,,,oh….oh…mas…oh…sudah..ohh…’ Menitik airmatanya memohon dihentikannya kenikmatan yang semakin tak tertahankan. Tentu saja air mata indah, bukan kesedihan.

Puas benar batin Bahdin, mendengar hal itu, bukannya berhenti malah semakin kuat digeruskan kejantannyanya, dengan tempo semakin diperlambat’
“Mas,,,,,,ohh….sudah….ohh….sudah…’ kembali wanita itu menghiba memohon dihentikannya penyiksaan

Bahdin mengetahui batas akhir maksmal yang memungkinkan, sudah dekat. Bukannya berhenti, malah semakin buas. Di kulumnya bibir itu dengan hisapan panjang, sembari menekan pinggulnya dengan kuat, digerusnya dengan semakin kuat, kesisi atas dinding kewanitaannya, menghajar keras klit disana. Berulang ulang.

Walaupun sudah menghiba dengan demikian memelas, tetap saja tak berhenti hujaman-hujaman nikmat itu, akhirnya bak tak sadarkan diri, lemas tubuh wanita itu, sama sekali kehabisan daya, gemetaran pun tidak lagi. Demikian lemas ditindih erat sang lelaki.

Bagi Bahdin masih jauh upaya pencariannya.
Diangkatnya tubuh telanjang yang sedemikian lemas itu, ditariknya mengikuti tubuhnya yang bangkit duduk bersimpuh, tanpa melepaskan tongkat perkasanya. Kembali dirinya duduk bersandar menyelonjorkan kakii, sambil tetap membobong tubuh lemas, tetap dalam pangkuannya. Tidak tertlalu sulit, karena tiang pancang itu tetap tangguh menancap.

Dipandanginya wajah terpejam itu, yang seolah-olah tak sadarkan diri, hanya nafas yang tersengal-sengal yang menandakan adanya tanda-tanda kehidupna. Dinikmatinya hembusan nafa panas wanita itu diwajahnya. 

Dikecupnya seluruh wajah, dikecapnya setitik air mata asin yang berbekas di pipi. Dikecupnya lembut berulang-ulang bibir mungil. Di rabanya dengan lidahnya bulu-bulu halus di sisi mulut dan hidung dan telinga. Dilontarkannya bisikan kata-kata mesra “Oh sayang… pujaan hatiku….’ Gombal bener…’ andaikan saat ini tak berlalu….’ Bla…bla…bla….

Menit demi menit nan romantis berlalu, pada akhirnya Marni berhasil kembali kedunia fana, setlah sekian lama terbang ke awang-awang…
“Mas….’ Didekapnya sekuat tenaga tubuh sang lelaki, ditumpahkan kemesraan jiwanya. Seolah sekuat tenaga menyatukan raga mereka.

Perlahan-lahan Marni menyadari, tongkat keras itu, masih terpancang dengan perkasa, dikewanitaannya. Kebingungan mulai merayapi dirinya….ohhh… kok begini,,,, gimana caranya…aduh….lemas sekali…’
“Mas….nggg….mas sudah ??? (orgasme maksudnya)

“Belum…tapi saya hanya pengen seperti ini… kalau bisa sih tak berakhir…dikecupnya bibir mungil itu kembali.
Diajaknya waanita itu ngobrol ringan, sambil saling berhadapan, saling memeluk, saling mengecup, telanjang. Yang kurang ajar Bahdin mengabaikan kejantanan perkasanya tidak juga beranjak, tidak juga mau berhenti menyiksa wanita itu.

Susah-payah Marni mengatur nafas, batang keras yang penuh mengganjal itu serasa sangat menyulitkan upayanya menghirup oksigen, ditambah lagi diajak ngoborl, jadilah jawabannya seperti orang fly.
Lima sepuluh menit berlalu, dalam obrolan ringan yang susah payah ditimpali Marni. Batinnya kebingunan menghadapi kondisi ini, terutama, ganjalan keras itu. Bagaimana caranya.

“Mas… anu….itu kok keras terus ‘ dirinya memberanikan diri bertanya
“Iya mbak…’ Saya maunya demikian kalau mbak mau melayani saya.

“Kok…nggak keluar …nggak enak dong?’ (ejakulasi maksudnya)
“Wah saya sukanya begini kok, kalau keluar nggak pa pa, kalo nggak keluar juga nggak apa-apa’ Bahdin menenangkan wanita itu.

Bingung nian Marni mendengar jawaban itu. Baginya berarti dirinya kurang berdaya menuntaskan kewajibannya, tidak tuntas…tas….tas….Tapi jawabanyanya demikian kok. Lucunya lagi ngbrol sambil telanjang di pangku, bahkan dengan tongkat yang menancap dalam-dalam. Membuatnya belingsatan tidak konsentrasi.

Bahdin mengajaknya ngobrol tentang keluarga Marni lebih jauh, mertua, ipar, suami adik iparnya dan lain-lain. Sepuluh menit berlalu… gile batang itu tetap keras, tidak berkurang sedikitpun ketangguhannya. Tenaga Marni sudah banyak pulihnya.

Tiba-tiba terdengar suara anaknya memanggil
Wah sudah jamnya Anton minum susu….nggg…, nggg… sebentar ya mas…. Jangan kemana-mana…’ Dengan muka merah Marni mengisyarakan show must go on. Dengan canggung diangkatnya pinggulnya perlahan, berdebar-debar,,,slep…lepas….. lega sudah jiwa raganya, sedemikian lama disiksa batang itu. Dirinya beranjak ke lemari mencari daster dan memakainya. Daster yang hanya dikenakan malam-malam, hanya bila menjelang tidur.

Mengenakan gaun dalam hitungan detik, diliriknya Bahdin akan beranjak bangun…’ Mas….tunggu dulu…biar aja dulu mas…saya sebentar kok.

Bahdin mengambil bantal menutupkannya ke tongkat perkasanya yang tanpa malu-malu mengacung tegak, mevemooh wanita yang seolah akan melarikan diri itu.
Secepat mungkin Marni kedapur membuat susu, diberikan ke anaknya yang langsung disedotnya dari botol, Marni menghidupkan tv dan memilih siaran kartun, segera saja Anton terkekeh, mengalihkan perhatiannya ke tv menonton kartun. 

Marni kembali ke dapur mengambil air minum menuntaskan dahaganya, diisinya kembali gelas dan kembali kekamar, sambil melirik anaknya baru tekun menonton tivi., dikuncinya pintu kamar, mas minum mas…’
“Makasih mbak….’

Marni meraih bantal yang menutupi barang nakal itu, segera tampak tongkat keras tegak menjulang. Menantang Marni untuk minta di taklukan. Marni meremasnya dan berniat untuk mengurut benda jahanam itu dengan kedua belah tangannya, mencoba menuntaskan.

‘Ngg…mbak…kalo udah begini…. Nggak enak diurut pakai tangan…ngilu…’
“Jadi….’ Marni kebingungan
“Kalo masih mau ngurut… pakai anu mbak’ Tapi sudah kok. Lain kali saja. Mbak kan sudah capai.

Mana mau Marni dianggap kurang melayani, wong dia sendiri yang membuat pernyataan tekad akan melayani dengan sepenuh hati. Walaupun dengan kebingungan bagaimana caranya ‘Nggak ..nggak mas…nggak capai…Marni bahagia sekali kok’

Dirinya naik ketempat tidur jongkok mengangkangi Bahdin, sembari menarik lepas keatas dasternya.
Digenggamnya batang keras itu, sambil berjongkok, mengangkang di arahkannya ke liang kewanitaannya, setelah pas, ditekannya bertenaga, lebih mudah masuk, walaupun masih setengah, kembali sesak nafasnya. Ditariknya nafas dalam-dalam ditekannya lebih kuat, blas…amblas sepenuhnya’ “HHhhhh ‘dirinya mendesah

“Kenapa Anton? Bahdin mencoba mengalihkan perhatian
“Nggak apa apa cuman minta susu, sekarang sudah main lagi, nonton tv
Sambil menjawab, wajah itu mengkerenyit menahan rasa, selain itu wajah itu juga menyiratkan kebingungan. Gimana caranya ? wong ronde pertama dan kedua saat masih segar saja sudah ko, apalagi sekarang, dirinya masih terasa sangat lemas

“Terkekeh dalam hati, Bahdin menyaksikan rentetan adegan tersebut, digodanya wanita itu ‘Mbak, Rusdi pulang jam berapa’ dengan maksud mengingatkan agar tidak dipergoki.

Tersentak kaget juga, diri Marni; Ooo iya sebentar saya telpon ya mas, kebetulan HPnya ada di meja rias, diraihnya.
Tampak tanda-tanda Marni akan beranjank, ‘Telpon sini aja mbak….’ Sambil ditahannya pinggul telanjang itu tidak lari dari tiang pancangnya.

Ohhh aneh benar…..’kembali jengah merayapi wajah Marni, tangannya mencari no id hp suaminya, dan …. 

Tentu saja saudara-saudra…. Batang keras itu tetap terpancang di didalam sana. Batang keras bukan punya suaminya

'Kok bisa ditelpon ya mbak, sudah seminggu HP Rusdi nggak bisa dihubungi?', saat Marni sudah selesai memencet call id suaminya.

“Iya ini nomor baru dia, sengaja buat menghindar, tapi untuk komunikasi nomor ini dikasih ke saya’
Marni duduk dalam keheningan Sambil menunggu nada panggil

Bahdin mulai nakal di pilinnya putting payudara itu, sekaligus keduanya, putting itu langsung mengeras.

‘Glekkkghh….’ Marni menelan ludah meraskan gelinya putingnya dipilin.

“Halo… mas Rusdi ….. ini Marni, ini Bahdin baru datang, sedang nunggu, nanyain kapan mas pulang. 

(wedew…padahal sudah datang dari tadi’)

Dirasakan sebelah payudaranya kini diperas, sebelahnya di pilin, geli. 
Hening sejenak….’Saya nelpon dari dapur, nggak kedengaran dia kok….
Dijilatnya leher jenjang itu, menimbulkan kegelian sangat

Hening sejenak ‘Katanya sih Bahdin mau nungguin sampe mas pulang, hari ini dia nggak lembur’ Mendadak genit, Marni mengerling mengedipkan matanya “ayo dong mas pulang…’ nadanya bersungguh-sungguh mendesak suaminya pulang 

‘Nggak enak nih mas… dia sudah banyak bantu kita kok mas menghindar….shhhhhhh….’
Geli nian, kini payudaranya dikemut keras, kaget Marni pasti suaranya terdengan suaminya

“Anton jangan nakal….’ Marni bersandiwara seolah Anton yang nakal, tapi Anton gede semakin nakal, mengemotnya semakin keras, di remasnya payudara itu dengan mantap. Setengah mati Marni menggigit bibir menahan rasa

Hening sejenak ‘Mas….saya nggak enak ama Bahdin, masa di usir ? ….tapi mas…'
Hening lagi, dengan ganas Bahdin menggigit ketiak Marni
'Masssss…. ' Marni setengah menjerit, kebetulan pas, menjerit bagi Bahdin sekaligus bagi suaminya mempotes. Dijambaknya rambut lelaki kurang ajar itu.

“Mas ,,,ayo pulang’ Marni menghiba mohon suaminya pulang, Bahdin menuruti pertntah yang ditujukan bukan baginya, kemutannya kembali pulang, kembali mengemut putingnya
Hening sejenak, Marni sembari menggigit bibir menahan derita

“Massshhhh….' dijeritkan kegalauannya memprotes penolakan suaminya, sekaligus ledakan nikmat payudaranya dikulum demikian dalam, sembari sebelah lagi diremas dengan kuat. Dijambaknnya rambut lelaki itu, dibenamkan kepala itu dalam-dalam ke payudaranya, meminta penyiksaan lebih lanjut.

“Kalo mas nggak mau segera pulang, saya nggak mau tanggung jawab, masa bodoh’ Marni menggigit bibirnya keras-keras, nikmat nian kuluman di payudaranya, rupanya dengan sengaja Bahdin menggiatkan serangannya, menikmati permainan baru ini.

Hening…mungkin Rusdi sedang membujuk

‘Tererah mas deh…’ di puncak kekesalannya, saat bilang terserah, dihantamkannya dengan keras pinggulnya ke perut sang lelaki, seolah menyiratkan puncak kekesalannya, dengan membalas menghantam kasar, ketiga hal yang menyesakkan dadanya, kekonyolan suaminya, nikmat jarahan di payudaranya, dan tongkat keras yang sedari tadi dengan pongah menyesakkan dadanya.

“Sshhhhhhh….’ Betapa nikmat efek kewanitaannya menggerus batang keras itu, tak sadar dengusan nafas terlontar di hp tentu saja sampai terdengar suaminya.

Kembali terulang, bak mesin lama yang diengkol starter manual, kontan menyala terus menerus, demikian pula Marni, sekali menghantamkan pinggulnya, terpaksa tidak bisa berhenti, karena nikmat yang terlontar.

Rusdi tentu mendengar tapi dengan penangkapan lain, pasti istrinya sedang kesal luar biasa.
Mulai diceramahinya istrinya melalui telepon panjang lebar, maklum esia murah meriah

Bahdin melihat Marni sudah mulai giat beraktivitas birahi, segera menyenderkan tubuhnya, kembali santai menikmati pertunjukan dari dekat tari erotis yang baru dimulai/

Tentu saja Marni mendengar ceramah suaminya, tapi jauh dari menyimak, sekarang pikirannya sebagian besar sudah mengupayakan gerakan pinggulnya, bagai mana caranya supaya dapat menghajar tuntas si tongkat kurang ajar.

Pinggulnya mulai di goyangkan dengan penuh semangat, tentu saja karena nikmat, apalagi sensasional. 

Sebelah tangannya memegang erat bahu Bahdin, sebelah lagi memegang HP, setengah didengar, tapi yang dahsyat adalah goyangan pinggulnya. Goyangan pinnggulnya mulai ada tambahan variasi baru, berupa gerakan bergetar-getar meniru penyanyi dangdut kucing garong.

Bahdin mengedipkan mata, meminta HP ditangan Marni, sambil memberikan kode telunjuk di bibir. Dengan ragu Marni menyerahkan HP itu. Getaran goyang pinggul kucing garongnya terhenti, perhatiannya teralih

Sebelah tangan Bahdin buru-buru mencengkeran pinggul wanita itu, menggerakkanya, mendorongnya untuk dihantamkan ke perutnya, kembali pinggul itu bergetar-getar, menggelinjang tidak sampai terhenti.

Bahdin mendengar suara Rusdi, memberikan ceramah panjang lebar, menceritakan berbagai macam alasan yang diperuntukkan bagi istrinya.

Sekarang Marni sudah full konsentrasi bekerja, bekerja keras, sekaligus meraih nikmat, goyangan pinggulnya luar basa sensual, berganti ke model melonjak bak kuda. Tak tahan dirinya melontarkan desahan nikmat, walaupun sudah ditahan sekuat tenaga, takut terdengar ke HP

Enjoy saja Bahdin mendengar Rusdi bercelotah di HP, saat istrinya sedang semakin giat berpacu nafsu. Desahan nafasnya kini sudah berganti nafas yang terengah-engah. Matanya sudah merem melek menikmati karma nikmat perbuatannya menghantamkan kewanitaan ke batang keras nan perkasa.

Shh….shhhh.'

Dengan sigap Bahdin menutup bagian mic HP tersebut, karena desahan nafas Marni sudah semakin keras. Didengarnya betapa hebat Rusdi membual, pantes saja, Bahdin langsung dapat menilai, argumentasi Rusdi, bulshit semua, buaya kok dikadalin. Disaksikan betapa semakin hebatnya Marni berjuang melayani dirinya, di ronde ketiga ini kendali gerakannya mulai agak sistematis, koservasi energinya semakin baik, variasi gerakannya sudah bertambah.

Tapi semuanya itu hanya mengakibatkan hantaman balik kenikmatan yang semakin luar biasa.

“Nggggg….’ Bahdin menirukan deheman suara Marni, menyahuti ceramah Rusdi di HP, sambil terenyum geli.
Marni tersipu-sipu melihat kelakuan Bahdin

‘Nggggg,,,,’ kembali Bahdin menyuarakan saat dirasakannya Marni melonjakkan pinggulnya kedepan, berupaya mematahkan tiang pancang itu, nikmat sekali merasuki diri Marni terasa sesuatu yang keras kuat menekan pusat kenikmatannya, tekanannya pas, sangat pas, sesuai yang dinginkannya. Karena memang dirinya sendiri yang berulah, nikmat tapi geli mendengar suara Bahdin.

‘Kembali dilonjakkan pinggulnya kedepan, mengulangi lagi ‘ Ngggg…. Kembali Bahdin menirukan suaranya dj HP

Digoda demikian, Marni membalas dengan berupaya meningkatkan ritme lonjakannya, setiap kali menggoyangkan pinggulnya disahuti deheman mirip wanita, menyahuti ceramah Rusdi di HP

Susah payah Marni meningkatkan ritmenya, karena setiap lonjakan yang dilakukannya berefek balik luar biasa nikmat. Dirinya makin-lama makin tidak tahan didera nikmat seperti itu, dengusan nafasnya makin keras, ‘sshhhhh….shhhh…shhhhhh….’

Upayanya sekuat tenaga meningkatkan ritme tidak membuahkan hasil, semakin lama upayanya mematahkan tongkat perkasa itu semakin lambat, semakin lambat, karena, pada akhirnya tubuhnya lah yang mulai tidak tahan menerima dera nikmat ulahnya sendiri, susah payah diresapinya kenikmatan itu. 

Susah payah dirinya menghirup nafas menggapai oksegen yang seolah-olah telah hilang dari udara kamar itu. Semakin sampai di ujung semakin sulit Marni menggoyangkan tubuhnya, bak kehabisan tenaga, tetapi bukan, tetapi karena tidak tahan.

Karena lonjakan pinggulnya tidak seliar tadi, sisa-sisa tenaganya ternyata mampu berpacu, berpacu semakin pelan,mencapai puncak kenikatannya. Berhenti sama sekali saat mencapai puncaknya.

Ambruk dengan dengusan panjang, dan tubuh mengejang, 'Hhhhhhhh….. ' lembut desahan nafas panjangnyanya, dirinya menggapai nikmat.

‘Bahdin segera menyadari, Marni tipe wanita yang saat meraih puncaknya bukan dengan hujaman-hujaman kasar dan tempo cepat luar biasa, tapi dengan tekanan yang sangat lembut. Bila sudah meluncur ke puncak tidak perlu lagi diberikan yenaga ekstra hujaman=hujaman kasar, tetapi cukup dengan geliatan kecil tekanan ringan cukup menjaga ritmenya meluncur perlahan dan pasti ke puncak nikmat.

Diletakkannya HP itu jauh-jauh di meja rias, masih on, entah apa yang diomongi Rusdi, segera dengan sigap, dicengkeramnya kuat–kuat bokong indah telanjang dipangkuannya. Digerakkannya bokong itu dengan menirukan gerakan yang barusan terhenti, perlahan tapi dengan kuat menekankan kewanitaan nya ke batang kejantanannya yang keras

'Massshhh……massshhhh…..masssshhhhh….' Berulang-ulang wanita itu mendesah pasrah tak berdaya dirasuki rasa nikmat yang seolah tiada putusnya.

Berulang-ulang dengan tekun dimaju mundurkan bokong itu, perlahan-lahan tapi kuat. Berulang-ulang pula, Marni menesah nikmat

Akhirnya kembali usai pertarungan dua insan itu, dengan skor yang sangat jelas

Memang tak bisa dipungkiri, gaya bersebadan wanita diatas, sangat optimal bagi wanita dalam mengeksporasi kenikmatan dirinya, umumnya wanita akan lebih cepat orgasme bila mengambil posisi di atas tubuh lelaki. Dalam kondisi Marni, banyak faktor yang mengakibatkan demikian cepat wanita itu berali-kali lunglai dalam puncak kenikatananya. Selain faktor diatas, faktor suasana kebatinan, dimana Marni merasakan seolah bagai pengantin baru, faktor sensasional dirinya pertama kali berinisiatif penuh, faktor tingginya budi pekerti membuatnya sekuat tenaga membalas budi, menebus kesalahan, bahkan pada ronde terakhir, kekesalannya yang memuncak pada suaminya ditumpahkan dengan gaya erotisnya.

Mereka sudah mengabaikan HP yang tampaknya masih bercelotah
Bahdin meraih HP itu, ternyata masih berceramah
Diserahkannya ke Marni, sambil nyengir

“Ngggg…’ Marni menyahuti suaminya sekedarnya
“Jadi baru mau pulang kalo mas Bahdin udah pulang, ya udah ntar saya sms’ Langsung dimatikan

“Mas….agak ngilu’ dengan terpaksa Marni menyuarakan keluhannya

Sekian lama kewanitaannya bekerja keras memassage kejantanan yang sangat tangguh, akhirnya sangat kelelahan, terasa agak ngilu, apalagi dinantinya tiada jua Bahdin melepaskannya dari siksa derita dipancang dalam-dalam.
Dibiarkannya Marni bangkit, slep lepas.

Marni turut menyadarkan tubuhnya melendut di dada telanjang sang lelaki.
“Mas…. Kok tegang terus…. Nggak sakit….’ Digenggamnya dengan keras
“nggg …. nggak enak kalo sekarang digitukan pake tangan, bawahnya aja…na gitu….’ Diarahkannya Marni untuk membelai-belai biji pelirnya
Keduanya hanyut dalam keheningan

Marni kehabisan akal menghadapi perllaku aneh lelaki ini. Dirinya berpikir keras bagaimana menaklukan kejantanan itu. Tak ketemu jalan keluar. Sedangkan Bahdin terlihat santai saja tak perduli.
Bahdin ternyata menyasih menahan-nahan suatu masalah, dirinya masih ada sedikit rasa sungkan, karena bertarung di kamar sahabatnya., dirahasiakanya.

Tetapi bagi Marni, hari ini terasa merupakan hari terindah sepanjang hidupnya, dirinya berbahagia seolah menemukan seuami pasangan hidup sejati.

Tak terasa beberapa saat berlalu, Bahdin teringat akan motornya yang dicuci dan urusannya yang lain.
Mbak… saya pamit dulu
‘Iya mas…dengan berat hati dilepakan kepulangan lelaki ini.
“Besok mau datang mas…’ Marni memberikan sinyal undangan, 
‘Jangan mbak… hari minggu orang banyak dirumah, bahaya’ Maklum banyak rumah kontrakan di daerah itu.

Demikianlah, setiap saat memungkinkan Marni berusaha menunaikan kewajibannya, kebetulan karena Rusdi selalu menghindar ketemu Bahdin, dengan mudahnya Marni mengkondisikan Rusdi untuk kabur dari rumah, membebaskan dirinya untuk memassage spesial, kekasih hatinya.

Tak terasa hampir sebulan berlalu, beberapa kali memungkinkan mereka berakhis, Marni semakin kebingungan, kok tidak pernah berhasil menuntaskan lelaki itu…tas…tas…tas.

{ 0 comments... read them below or add one }

Posting Komentar

Berkomentaralah Dengan Baik yng berisi kritikan , Masukan Demi Kalangsungan Blog kita Bersama ini