Dosa Yang Nikmat Bag.05

Posted by Unknown

Lanjutan Dari

Setiap hari jumad tiba, aku menyambutnya dengan suka cita, karena hanya di hari ini aku bisa keluar dari lingkungan sekolah, dan berjalan-jalan kepasar, walaupun hanya sekedar melihat-lihat tanpa membeli apapun.

Dan hari ini terasa lebi spesial, karena tadi saat aku baru tiba di terminal pasar, aku bertemu dengan pujaan hatiku, Clara Shinta yang juga sedang berkeliling di pasar.

Aku memberanikan diri untuk menghampirinya, hanya sekedar menyapa dan berjalan keliling pasar bersama-sama.

"Kamu lapar gak?" Tanyaku.

"Eehmm... jam berapa si sekarang?" Katanya bertanya balik.

"Baru jam 11 an, emang kenapa ?"

"Ya udah yuk, kita makan dulu sebelum pulang." Ujarnya, aku mengangguk senang.

Kami berjalan beriringan, lalu kami memasuki tenda yang menjual bakso. Aku sengaja memilih tempat duduk di belakang, di dekat sungai yang mengalir, agar terlihat lebih sedikit romantis.

Tak lama.kemudian seorang pelayan menghampiri kami sambil membawakan pesanan kami.

"Kok ngeliatnya gitu banget si?" Tegur Clara, aku tersenyum sambil menikmati pentol bakso di dalam mulutku, setelah mengunyanya sebentsr, aku menelannya dengan perlahan.

"Kamu cantik!" Kataku langsung.

"Eehkk... " Dia tersedak, aku buru-buru memberinya segelas air putih untuk ia minum. "Terimakasih...!" Ujarnya, sembari tersenyum, membuatnya terlihat semakin cantik.

"Iya sama-sama."

"Gara-gara kamu bilang cantik, aku jadi keselek ni." 

"Hahaha... "

"Nyebelin ni kamu!" Katanya cemberut tapi aku suka.

"Iya maaf." Ujarku lalu aku menyeka sisa air di bibirnya sembari tersenyum. "Tapi aku serius kamu memang cantik kok." Sambungku, lalu aku kembali menyantap bakso milikku.

Selesai makan dan membayar ke tukang bakso, kami berpisah di pinggir jalan, dia lebi naik angkot yang pertama, sementara aku menunggu angkot selanjutnya.

Seperti yang kuceritakan sebelumnya, peraturan di sekolahku sangat ketat, siapa saja yang ketahuan berjalan berdua-duaan yang bukan pasangan resminya atau keluarganya, makan ia akan di hukum sangat berat, bahkan kalau sampai ketahuan beberapa kali bisa di keluarkan dari sekolah.

------------------

Seminggu telah berlalu semenjak terjadinya pelecehan yang di alami Irma oleh Reza, dan selama itu juga Irma menjaga rahasianya dari Suaminya tercinta. Ancaman yang beberapa hari lalu sempat ia lontarkan kepada Reza, tidak sampai dia lakukan, ia hanya memendamnya sendiri.

Sementara untuk obat perangsang yang sempat di berikan Reza kepadanya, awalnya ia sama sekali tidak tertarik untuk menggunakannya, tapi ia juga tak membuangnya. Hingga di hari keempat setelah kejadian itu, rasa penasarannya terhadap obat tersebut, membuatnya mencoba meminumnya.

Dan ternyata benar apa yang di katakan Reza, sensasi yang dia dapat begitu luar biasa, sepanjang hari ia terangsang dan harus menahan birahinya sepanjang mengajar, puttingnya selalu mengeras, dan vaginanya selalu mengeluarkan pelumas.

Semenjak itu ia ketagihan untuk mengonsumsinya setiap hari, pagi dan malam hari, seperti yang di anjurkan Reza.

Sehabis makan malam, Irma tampak sibuk mencuci piring kotor bekas mereka makan barusan, sambil mencuci piring, pinggul Irma tak mau diam, bergerak kekiri dan kekanan, akibat obat perangsang yang ia konsumsinya sebelum makan tadi.

"Gimana sayang ? kamu sukakan dengan obat yang aku berikan kemarin ?" Tiba-tiba dari belakang seseorang memeluknya, dari suaranya dia sangat mengenal suara itu.

Irma berusaha memberontak tapi Reza memeluknya dengan sangat erat, sehingga dia tak dapat melepaskan diri dari pelukan Reza, belum lagi birahinya yang semakin meledak, ketika ia menyadari saat ini sedang di peluk oleh orang lain yang bukan Suaminya. Tentu saja sebagai seorang wanita Shaleha, dia merasa sangat terhina.

"Lepasin Mas, Suamiku ada di rumah."

"Berarti aku boleh memelukmu, kalau Suamimu sedang tidak ada di rumah ? Dasar wanita nakal." Katanya kasar, tapi terdengar menggoda di telinga Irma.

"Bu...bukan begitu !"

"Tenanglah, kamu gak perlu panik seperti itu, Suamimu baru saja pergi, katanya ada rapat di kantor." Bisik Reza, kemudian tangan kanannya meraih payudarah kiri Irma.

Irma sempat memejamkan matanya, sejenak menikmati remasan kasar yang di lakukan Reza kepadanya.

Melihat mangsanya terbuai oleh sentuhannya, Reza langsung menyerang Irma bertubi-tubi, dia menciumi tengkuk Irma dari balik kerudung yang di kenakan Irma, sementara tangan kirinya turun menekan vagina Irma.

"Aaww... hentikan Mas, Aaahkk ... Aahkk... !"

"Hehehe, kamu menyukainyakan sayang, tenanglah... kita punya waktu dua jam untuk bersenang-senang." Ujar Reza, lalu dia melepas pelukannya dan memutar tubuh Irma hinga mereka berdua berhadap-hadapan.

Dalam sekejap, Reza sudah melumat bibir Irma, sementara kedua tangannya mencengkram erat pantat Irma, sambil menggesek-gesekan selangkangannya ke selangkangan korbannya. Sementara lidanya mencari lida Irma, setelah dapat ia membelit lida Irma.

Perlahan Irma membuka matanya, dia sadar saat ini ia sedang dipeluk seorang pria yang bukan Suaminya, sedangkan bibirnya saat ini membalas ciuman seorang pria yang sangat ia benci itu dengan sangat panas. Sungguh apa yang ia lakukan saat ini sangat tidak pantas, mengingat statusnya sebagai seorang Ustadza yang sangat di hormati.

Sadarlah Irma, apa yang kamu lakukan sekarang, kamu tidak boleh kalah dari nafsumu, tapi... ini nikmat sekali. Tidak Irma, ini salah, kamu sudah bersuami, ingat Suamimu, ingat anakmu, ingat keluargamu.

Tiba-tiba Irma tersadar dan kemudian mendorong tubuh Reza, sehingga Reza melepaskan pelukannya.

"Hentikan Mas, di rumah masi ada anakku." Ujar Irma dengan sisa-sisa kesadarannya.

"Kita bisa melakukannya di kamarku."

"Aku tidak mau, aku mohon Mas, sadarlah... kita tidak boleh melakukannya Mas, ini dosa besar Mas... Mas... " Rengek Irma, tapi dia tidak bisa berbuat banyak ketika Reza menyeretnya masuk kedalam kamar.

Reza segera menutup pintu kamarnya, sementara Irma berusaha menghindar, ia berdiri di pojokan, matanya sayu menatap Reza, berharap belas kasih dari Reza.

Pria itu membuka pakaiannya satu persatu hingga telanjang bulat, membuat Irma segera memalingkan wajahnya, karena ia merasa tidak pantas untuk melihat tubuh telanjang seorang pria yang bukan Suaminya, walaupun ia sendiri sebenarnya merasa penasaran dengan bentuk tubuh dan penis Reza.

Reza tersenyum girang, melihat mangsanya yang tampak malu-malu kucing, membuatnya semakin gemas ingin segera menikmati tubuh Istri sahabatnya itu, tapi Reza sadar betul, saat ini bukanlah saat yang tepat untuk melakukannya.

"Jangan sakiti aku." Bisik lirih Irma, saat Reza sudah berada di depannya dalam keadaan telanjang bulat.

Reza mengakat dagu Irma, meminta wanita itu memandang matanya, tapi Irma malah memejamkan matanya, dia terlalu malu untuk melihat wajah Reza.

"Buka matamu." Perintah Reza.

"Tolong hentikan semua ini Mas."

"Buka matamu lonte... liat mataku." Reza kembali mengulang perintahnya, membuat Irma merasa tertekan, dan mulai membuka matanya dengan perlahan, sehingga mata mereka berdua bertemu. "Sekarang, lihatlah kebawa." Ujar Reza pelan.

Bagaikan orang yang sedang terhipnotis, Irma menuruti perkataan Reza, dia mengalihkan padangannya kebawa hingga matanya melihat benda besar yang menggantung diantara paha Reza. Mata Irma mendelik kaget, dia tidak menyangkah kalau penis Reza begitu besar, tiga kali lipat lebi besar dari Suaminya.

"Ooo... Tuhan !" Pekik Irma kaget.

Segera Reza melumat bibir Irma, memeluk erat pinggang wanita shaleha yang ada didepannya.

Irma yang kembali tersadar, kembali berusaha memberontak, dia berusaha mendorong tubuh Reza, tapi gagal karena pelukan Reza sangat erat sekali, sehingga ia kesulitan untuk melepaskan diri dari cengkraman Reza.

Pria itu menghempaskan tubuhnya di atas kasur, dan kemudian memaksa, menelanjangi Irma untuk kedua kalinya, tanpa ada kesulitan berarti, dia berhasil menelanjangi Irma, dan hanya menyisakan kerudungnya yang nerwarna merah. Reza walaupun sudah perna melihat tubuh Irma dalam keadaan telanjang bulat, tapi tetap saja melihat kembali tubuh telanjang Istri sahabatnya itu, selalu menjadi hal yang special baginya.

Dengan sekuat tenaga, wanita berhijab itu mendorong kepala Reza, ketika pria itu ingin mengulum payudarahnya, tapi usahanya untuk mencega Reza kembali gagal.

Pria itu berhasil mengulum payudarah Irma, dia menyedot dan memainkan putting Irma, sementara tangan kirinya membelai bibir vagina Irma yang sudah sangat lembab.

"Aaoooh... jangaaan, hentikaaaan Mas... aku punya Suami, aku mohooon !" Erang Irma, ia menangis sejadi-jadinya karena ketidak mampuannya menghentikan perbuatan Reza.

Tapi erangan yang memilukan yang keluar dari wanita shaleha itu tak di gubris oleh Reza yang keburu di kuasai oleh iblis. Pria itu semakin intens merangsang tubuh Irma, kini kedua jarinya menusuk vagina Irma, mengocok dengan gerakan cepat, membuat Irma terbawa arus nafsu birahinya.

Ciuman dan jilatan Reza turun hinggap keperutnya yang rata, lidanya berputar dan terus turun hingga kepermukaan vagina Irma, ia sama sekali tidak jijik menjilati rambut vagina Irma, sementara tangannya membuka lebar kedua kaki Irma hingga setenga mengangkang.

Dengan gerakan cepat, wajah Reza sudah berada diantara kedua kaki Irma,.bibirnya menciumi sekujut bibir vagina Irma, yang di kenal sebagai wanita terhormat, Istri dari Ustad Iwan.

"Jangaaan di jilaaat Maaass.... Geliii.... Aaaa.... Aaa... enaaak... oooo... Tuhaaan.... cukuuuupp.... !" Irma mulai gelisah, karena ia kembali merasakan seperti yang ia rasakan minggu lalu, ketika ia mendapatkan orgasme pertamanya.

Reza melanjutkan aksinya,.dia mencari clitoris Irma di antara lipatan vagina Irma, setelah menemukannya, ia menggigit mesrah clitoris Irma, sementara kedua jarinya bergerak seperti gerakan yang sedang mencangkul, hingga terdengar suara plokk... plokk.. ploookkk... ketika jarinya mengocok vagina Irma.

Hingga akhirnya, pertahanan Irma tidak bertahan lama, ia mengerang hebat, dan memuntahkan cairan cintanya. Tubuhnya langsung terkulai lemas, setelah badai orgasmenya berhenti.

Seperti sebelumnya, untuk menimbulkan rasa nyaman pada diri Irma, Reza memeluk tubuh korbannya, sambil mengecup mesrah kening Istri sahabatnya tersebut, sementara tangan kanannya meremas pelan payudara Irma.

"Kenapa Mas ?" Tanya Irma pelan.

"Karena aku ingin kamu menjadi lonteku, menjadi budak nafsuku, dan menjadi istri yang durhaka terhadap Suaminya."Jawab Reza tanpa ada keraguan sedikitpun.

"Kamu gila Mas, aku sangat membencimu ! Aku tidak sudi menjadi lontemu." Pekik Irma, berurai air mata, hatinya teramat sakit mendengar ucapan Reza yang sangat melukai perasaannya sebagai wanita baik-baik. Padahal Suaminya sudah sangat baik kepadanya, tapi Reza malah tega mengkhinati kepercayaan Suaminya terhadap dirinya.

"Tidak sekarang tapi nanti."

Lalu Reza melepaskan pelukannya, dan menuju lemarinya, ia mengambil dua jenis vibrator dan satu dildo tempel. Sambil tersenyum ia mendekati Irma, sambil memperlihatkan ketiga mainannya di depan Irma yang kebingungan.

"Ini namanya vibrator kapsul, dan yang ini namanya vibrator rabbit sementara ini namanya dildo tempel." Jelas Reza memperkenalkan alatnya kepada Irma.

"Ini untuk apa ?"

"Ini untukmu sayang, na sekarang duduklah di sini." dia menarik kursinya, lalu menegakkan dildo tersebut diatas kursi. "Ayo kemarilah." Reza membimbing Irma untuk duduk di kursi yang sudah di pasangi dildo.

"Ja... jangan Mas aku tidak mau." Tolak Irma.

Tapi wanita yang sehari-harinya selalu mengenakan pakaian tertutup itu sama sekali tidak mencoba untuk lari ketika di bimbing Reza untuk menduduki dildo tersebut, karena jauh di dalam dirinya, ia juga sangat menginginkan kepuasan yang lebi dari sebelumnya.

Dengan perlahan Irma menduduki dildo tersebut dengan di bimbing Reza, perlahan inci demi inci dildo tersebut membela bibir vagina Irma, menggesek dinding vaginanya, menikmati sensasi yang di dapat dari dildo tersebut.

"Aaaah... " Irma merintih tertahan, sambil memejamkan matanya.

"Bagaimana rasanya ? Enakkan ? Hahaha... bayangkan kalau dildo itu penis milik orang lain bukan punya Suamimu." Bisik Reza sambil meremas sebentar susu Irma.

"Eehnm... kamu bajingan." Umpar Irma.

"Hahaha... ayo buka mulutnya sayang, aku akan mengajarkan kamu bagaimana cara mengoral kontol." Dia memegangi bagian belakang kepala Irma dan mendorongnya agar mendekat.

"Gaak... jangan Mas, aku belum perna."

"Cobala dulu sayang, Mas yakin kamu pasti menyukainya." Bujuk Reza tak melepas pandangannya kearah mata mangsanya.

Dengan sekuat tenaga Irma menutup mulutnya, walaupun sebenarnya dia mulai tergoda ingin melakukannya, apa lagi Reza sekalipun tidak perna berbuat kasar kepadanya, hingga detik ini Reza tak perna sekalipun memukulnya, bahkan pria itu melakukannya cukup lembut dan sedikit hinaan.

Reza mendorong pinggulnya, menyentuhkan penisnya ke bibir Irma yang terkatup rapat.

Irma menggigit bibir bawahnya, dia sudah tidak tahan lagi ingin melahap penis yang ada di depannya saat ini, dia berharap Reza mau sedikit memaksanya, tapi pemuda yang ada di depannya saat ini tidak akan perna mau memaksanya, membuat Irma merasa frustasi.

Dia mengalami tekanan batin, harga dirinya sebagai seorang wanita yang bersuami bertarung sengit dengan keinginan nafsunya yang ingin merasakan penis Reza di dalam mulutnya.

Reza memegangi penisnya, lalu membelai pipinya, meminta Irma mau membuka mulutnya. Kembali Irma terisak, dia menangis karena dia kembali menyerah oleh nafsunya, perlahan wanita bersuami itu membuka mulutnya, menerima penis Reza di dalam mulutnya yang hanya mampu menampung setengahnya saja.

Untuk pertama kalinya di dalam hidupnya, Irma mengoral penis seorang pria, bahkan Suaminya saja tidak perna memasukan penis kedalam mulutnya.

"Bagaimana kamu sukakan ?" Tanya Reza sambil membelai kerudung Irma.

Perlahan Reza menggoyang pinggulnya yang di ikuti Irma memaju mundurkan kepalanya. Ternyata rasa penis Reza tidak seburuk yang di pikirkannya, bahkan dalam waktu singkat dia sudah terbiasa dengan penis Reza yang berada di mulutnya.

"Bagus, ya seperti itu lonte ! Awas jangan sampai terkena gigi, ya begitu... Ooo... mulutmu enak sekali sayang, ehmm... yeaa... pinggulnya ikut di goyang, kocok dildo itu." Kata Reza memberi arahan untuk calon pelacurnya.

Irma mengikuti semua arahan Reza, sambil menikmati dildo yang saat ini sedang mengocok vaginanya, tidak, tepatnya dia yang sedang mengcok dildo tersebut, mencari kenikmatannya sendiri, sambil mengulum penis Reza yang terasa semakin nikmat di mulutnya. Sementara itu, Reza memainkan payudarahnya, meremas kasar tapi nikmat.

"Mulut kamu enak sayang ! Aaa... " Racau Reza, dia semakin cepat menggoyang pinggulnya.

Berselang sepuluh menit kemudian, Tubuh Irma kembali mengejamg-ejang, ketika badai orgasme kembali menghempaskan dirinya, kedalam jurang nista dan dosa yang sedang ia lakukan saat ini.

Dan pada saat bersamaan Reza memuntahkan spermanya kedalam mulut Irma, sehingga wanita bersuami itu tanpa sadar malah menelan sperma Reza, membuat pria itu terkagum-kagum melihatnya, bagaimana wanita yang di kenalnya selama ini begitu baik dan setia kepada Suaminya, mau menelan spermanya.

Reza mencabut penisnya dari dalam mulut Irma. "Kamu hebat, sebagai pemula kamu sangat luar biasa, bisa menelan sperma pria lain yang bukan Suamimu." Sebuah penghinaan yang terdengar seperti pujian bagi Irma.

Reza membantunya berdiri, membuat vagina Irma terasa begitu kosong, ada perasaan kesal di dalam hatinya.

"Sini duduk di pangkuanku." Ajak Reza, Irma bagaikan budak yang patuh kepada majikannya. Dia duduk di pangkuan Reza dalam keadaan pasrah. "Kamu cantik sekali malam ini, tak heran kalau sahabatku sangat mencintaimu." Puji Reza sambil membelai payudara Irma.

"Kau bajingan Mas, kau tega menodai Istri sahabatmu sendiri." Umpat Irma, dia sangat marah, walaupun ia menerima setiap perlakuan Reza terhadap dirinya.

"Ini belum selesai, aku belum menikmati memekmu."

"Terkutuk kamu Mas, aku tidak mau melakukannya." Isak Irma, sambil memukul dada Reza, tapi ia tak beranjak sedikitpun dari dalam pelukan Reza.

"Tidak sekarang, tapi nanti... Hahaha... " Tawa Reza menggema di dalam kamarnya.

Tangisan Irma terdengar semakin memilukan, wanita itu sadar betul, kalau Reza cepat atau lambat akan merenggut satu-satunya yang tersisa pada dirinya, tapi dia sendiri juga tidak dapat berlari, tepatnya dia tidak mau berlari menghindari takdinya ketakdir yang lebih baik untuknya.

Reza membelai kembali kepalanya, menenangkan Irma, hingga tangisan wanita itu perlahan mereda.

"Bangunlah, waktu kita sudah habis, sebentar lagi Suami kamu pulang." Ujar Reza sambil menepuk paha mulus Irma.

Irma segera tersadar, dan ia buru-buru melepaskan diri dari dalam pelukan Reza. Lalu tanpa di perintah Irma buru-buru mengenakan pakaiannya, dan merapikannya.

Dan seperti malam sebelumnya, Reza kembali menghentikan langkah Irma ketika wanita itu ingin keluar kamar meninggalkannya sendiri di dalam kamarnya. Reza berjalan mendekatinya, lalu mendorong wanita itu hingga sedikit menungging, kemudian ia menyingkap gaun tidur Irma keatas sebatas pinggangnya, dan menarik celana dalamnya.

"Mau apa.kamu Mas ?" Tanya Irma.

Dia pikir, Reza ingin mengambil celana dalamnya sama seperti sebelumnya, tapi ternyata tidak.

Reza memasukan benda kecil kedalam vagina Irma, lalu ia kembali mengenakan celana dalam Irma, dan mengaitkan benda berwarna hijau kesamping celana dalamnya, dan benda tersebut terdapat kabal yang tersambung dengan benda bulat yang berbentuk kapsul di dalam vaginanya.

"Ini pengatur geteran, kamu bisa menekan tombolnya sekarang." Perinta Reza.

Irma menekan tombol 'high' lalu benda yang di dalam vaginanya tiba-tiba bergetar hebat, sehingga membuat Irma sampai terduduk menahan getaran di vaginanya yang terasa begitu geli.

"Aaa... apa ini Mas ?" Tanya Irma kebingungan.

"Itu vebrator kapsul, mulai sekarang kamu harus menggunakannya, setiap saat kecuali saat kamu harus mengganti batreinya, dan untuk sementara waktu kamu belum boleh di sentuh oleh Suamimu, kamu mengerti ?" Tanya Reza.

"Kamu bajingan Mas."

"Sudalah, nanti kamu juga menyukainya." Jelas Reza sembari tersenyum yakin. "Dan yang ini, vibrator rabbit, cara menggunakannya hampir sama, untuk sementara mainan ini yang akan memuaskanmu, menggantikan penis Suamimu yang tak berguna itu." Reza menyerahkannya ke Irma.

Walaupun ragu, Irma tetap menerimanya dan menyimpan pemberian Reza.

"Sekarang kamu boleh keluar." Sambung Reza.

Sambil terisak, Irma berusaha berdiri menahan rasa geli dan nikmat di dalam vaginanya, dengan kaki gemetar ia meninggalkan kamar Reza, bak pelacur yang baru saja memuaskan birahi pelanggannya.
Bersambung Ke
Dosa Yang Nikmat Bag.06

{ 0 comments... read them below or add one }

Posting Komentar

Berkomentaralah Dengan Baik yng berisi kritikan , Masukan Demi Kalangsungan Blog kita Bersama ini