Dosa Yang Nikmat Bag.06

Posted by Unknown

Lanjutan Dari

Sore harinya para siswa berkumpul untuk melakukan olah raga pagi, yang putra berkumpul di depan kantor Aliya, sementara yang putri berkumpul di lapangan, di depan asrama khadija.

Setelah di beri arahan sebentar, dan sedikit pemanasan, mereka memulainya dengan lari pagi mengelilingi sekolah.

"Shifa mana ?" Tanya Popi, menanyakan Shifa kepada Latifha.

"Gak tau gue, katanya tadi dia di panggil sama Umi Andini kekamarnya." Jawab Latifha sambil berlari-lari kecil mengikuti rombongan santri lainnya.

"Perasaan, dia sering banget akhir-akhir ini di panggil sama Umi Andini, ada apa ya ?" Tanya Ria.

"Waduh, gak tau juga Ya, tapi iya juga si, semalem dia juga menginap di kamarnya Umi Andini, pulangnya pas habis subuh, terus tadi ke kamarnya Umi lagi." Jelas Lathifa, walaupun penasaran, dia tak menaruh curiga sedikitpun terhadap sahabatmya.

"Apa dia di hukum ya ?"

"Eehmm... bisa jadi tu." Jawab Popi.

"Nanti kita tanyain aja de sama orangnya langsung." Timpal Ria, sambil sesekali menyeka keringat di dahinya.

Tak terasa saat ini mereka memasuki kawasan Santri, mereka melihat para siswa laki-laki yang masih berkumpul di lapangan, otomatis mereka yang jarang melihat lawan jenis mulai saling menggoda, seperti bersiul atau bersorak, tapi ada juga yang tersenyum malu-malu sambil berbisik.

Para siswa laki-laki yang tadinya sedang serius memperhatikan arahan Gurunya, kini malah memalingkan wajah kearah siswa perempuan yang sedang berlari kecil melewati mereka.

"Lihat tu ada cowok keren, gila ganteng banget ya !" Pekik Popi sambil melambaikan tangan kearah Cakra, pemuda itu hanya tersenyum tipis menanggapinya.

"Apaan si, itu cowok gue... " Omel Latifha kesal.

"Hihihi... ya deh sayang, gitu aja ngambek !" Jawab Popi, memang paling suka menggoda Sahabatnya.

"Ciee... ada yang cemburu niye... " Timpal Ria.

"Apaan si, kalian nyebelin banget si, awas ya kalian nanti." Ancam Lathifa, tapi malah membuat kedua sahabatnya semakin tertawa terpingkal-pingkal.

Sudah menjadi rahasia umum, kalau Lathifa menjalin hubungan special secara diam-diam dengan Cakra, bahkan beberapa malam yang lalu, mereka berdua sempat janjian bertemu di belakang danau yang ada di lingkungan sekolah.

Mengingat kejadian malam itu, pipi Lathifa merona merah, karena untuk pertama kalinya, dia mencium bibir seorang pria.

----------

Sementara itu di tempat lain, sepasang wanita yang berbeda usia sedang memadu kasih di dalam kamar berukuran 3X4. Mereka berpelukan, sambil berciuman.

Wanita yang usianya lebi tua beberapa tahun, membuka pakaian pasangannya, yang usianya jauh lebi muda, hingga telanjang bulat. Kemudian ia menuntun pasangan mudanya, naik keatas tempat tidurnya.

"Umi... Aaah... " Ashifa merintih tertahan.

"Kamu cantik sekali, Umi gak perna bosan melihat kamu telanjang seperti ini sayang." Puji Andini, sembari tersenyum manis, membuatnya terlihat makin cantik.

Andini kembali melumat bibir muridnya, sementara tangannya meremas-remas payudara muridnya, membuat gadis kecil itu merintih keenakan, sambil membalas lumatan mesrah gurunya yang sekarang menjadi kekasihnya.

Aneh memang, seorang guru yang seharusnya mendidik muridnya, malah melakukan perbuatan yang tak terpuji bersama muridnya, yang seharusnya ia didik menjadi anak yang baik.

"Umi gak adil ni." Rengek Asyifa.

"Loh, gak adilnya di mana sayang ?" Tanya Andini, sambil memebelai wajah cantik muridnya.

"Umi masi pake pakaian lengkap, sementara Shifa uda telanjang kayak gini." Gadis muda itu cemberut, membuat Andini semakin gemas dan menciumi sekujur wajahnya.

Lalu dia mulai melepas gamisnya dan juga branya, hingga payudaranya melompat keluar, kemudian ia menurunkan celana dalamnya, dan saat itulah terlihat benda besar berbentuk penis yang terhubung dengan ikat pinggang yang melilit di selangkangannya.

Sambil tersenyum, Andini memainkan mainannya di depan muridnya. Ashifa seperti anak kecil yang mendapat mainan baru, dia langsung merangkak, medekati dildo tersebut dengan wajah girang, lalu tangannya yang halus menggenggam dildo tersebut sambil mengocok dan menjilatinya, seperti menjilati es cream kesukaannya itu.

Sementara Andini membelai rambut Ashifa yang terurai indah, sepanjang punggungnya.

"Kamu sukakan sayang ?"

"Iya Mi, Ashifa suka kontol Umi, rasanya geli-geli di mulut." Jawab Ashifa di sela-sela mengulum mainan Umi.

"Kalau suka, masukin sekarang dong, Umi gak tahan ni."

"Sebentar lagi dong Umi, akukan masi seru mainin kontolnya Umi." Pinta Asyifa seperti anak kecil, yang tak ingin di jauhkan dari mainan barunya, membuat Andini semakin gemas.

Tanpa berkata lagi dia menarik penis mainannya, kemudian dia mendorong tubuh mungil Asyifa, dia mengangkangkan kedua kaki Ashifa, hingga vagina mungilnya terkuak. Andini sudah tidak sabar lagi menikmati madu manis vagina Ashifa, murid kesayangannya, sekaligus kekasihnya.

Lidanya terjulur menyapu bibir vagina Ashifa, rasanya asin tapi menyenangkan, membuat Andini tidak perna bosan menjilati vagina Muridnya.

Tak butuh waktu lama, tubuh gadis muda itu mengejang hebat, kepalanya mengada keatas, ketika orgasmenya tiba, membuatnya berteriak cukup nyaring, tapi untunglah, suasana sore itu tampak sepi sehingga suaranya tidak terdengar oleh siapapun.

"Umi jahaaat !"

"Tapi kamu sukakan sayang." Goda Andini sambil membelai rambut Ashifa.

Perlahan Andini mengangkat kaki kanan Ashifa keatas pundaknya, sementara kaki kiri Ashifa di rentangkan kearah berlawanan sehingga vaginanya terkuak.

Dia memegang batang dildonya, mengarahkan kearah bibir vagina Ashifa, membelanya dengan cara perlahan, ia dorong inci demi inci memasuki lembah nikmat milik muridnya. Raut wajah itu, ya... Andini sangat suka setiap kali melihat wajah imut Ashifa meringis.menahan rasa sakit bercampur nikmat setiap kali dia mebyetubuhinya, dia semakin puas tatkala Ashifa mulai merintih.

Dengan tempo perlahan, Andini menggoyang pinggulnya maju mundur, sambil meremas kedua payudara Ashifa.

Dua bulan yang lalu, untuk pertama kalinya Andini merenggut keperawanan muridnya, dengan dildo yang ia gunakan saat ini sebagai saksinya. Semenjak saat itu, Ashifa menjadi budak nafsunya hingga saat ini.

"Aaahkk... aaaaa.... aaa... "

"Kamu cantik sekali sayang, tubuh kamu bagus, Umi tidak bisa berhenti memikirkan kamu !" Ujar Andini, sambil menatap dalam mata muridnya.

"U... Umiii.... Aaaah.... Puaskaaan Ashifaaa... sodok teruuss Umi, Ashifaaa milik Umi... !" Erang Ashifa lalu melingkarkan kedua tangannya di leher Andini.

Andini menyambutnya, dengan melumat mesrah bibir muridnya, hingga akhirnya Ashifa kembali di terjang badai orgasme yang dahsyat, tubuhnya seperti terkena tegangan tinggi, bergetar hebat, dan terhempas.

Walaupun Andini tidak sampai mengalami orgasme, tapi Ibu Guru itu merasa sangat puas, setiap kali melihat muridnya menggelepar, meringis, merintih dan menggeliat di dalam kekuasaannya, dia puas bisa menaklukan gadis muda nan cantik dan baik seperti Ashifa.

-----------------

Dddrrrttt..... Ddrrtt... Drrrrttt....

Suara rington hp cukup nyaring, membuat sang pemilik tergesa-gesa kembali kekamarnya, lalu dengan cepat ia mengangkat telponnya.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikum salam, gimana kabar kamu nak ?"

"Baik Ma, kabarnya Mama sama Papa gimana ?" Jawab Nadia, sambil menanyakan balik kabar mertuanya.

"Alhamdulillah baik, kalian kapan pulang? Sudah hampir setengah tahun loh kalian gak pulang."

"Iya Ma, maaf belum sempat pulang."

"Ya udah gak apa-apa, tapi nanti kalau kalian ada waktu jangan lupa untuk pulang." Ujar Farah mertuanya Nadia. "Oh iya ngomong-ngomong sudah ada kabar gembira belom ?" Lanjutnya dengan suara yang terdengar penuh harap.

Deg... perasaan Nadia berubah menjadi tidak tenang. "Maksud Mama kabar apa ?" Tanya Nadia ragu-ragu.

"Gini loh, maksud Mama kapan kamu mau kasih Mama cucu, Mama sudah kepingin menimang cucu." Pertanyaan yang di takutin Nadia akhirnya keluar juga.

Nadia tak langsung menjawab permintaan Mamanya, karena ia sendiri juga tidak tau, apakah ia bisa memberi cucu untuk mertuanya atau tidak, karena kesempatan dirinya untuk bisa hamil sangat tipis.

Bukan karena Nadia seorang wanita mandul, melainkan karena Suaminya yang mandul, selain itu Suaminya juga mengalami ejakulasi dini. Satu bulan yang lalu, Nadia dan Suaminya mendatangi dokter spesialis kandungan untuk mengecek kesuburannya, dan mencari tau penyebab kenapa ia tidak bisa hamil, padahal ia sudah lama menikah.

Dan ternyata, dari penjelasan dokter, Suaminyalah yang mandul, dan mengalami ejakulasi ringan, sehingga sangat sulit baginya saat ini untuk bisa hamil.

"Nadia... " Panggil dari sebrang telpon.

"Eh iya Ma!" Jawab Nadia tergagap dari lamunannya.

"Jadi gimana, kapan Mama bisa menimang cucu." Ujar Farah antusias, membuat Nadia semakin merasa bersalah, walaupun kesalahan terletak pada Suaminya.

"Secepatnya Ma, mohon doanya saja."

"Kamu itu dari dulu jawabannya gitu-gitu terus, Mama butuh kepastian Nad." Paksa Ferah seperti biasanya, padahal yang salah sebenarnya adalah putranya sendiri.

Beruntung Jaka memiliki seorang Istri yang setia dan baik seperti Nadia yang selalu menyembunyikan kekurangan Suaminya, dan membiarkan dirinya yang tersiksa demi kebahagian dan harga diri Suaminya.

"Maaf Ma, ini kami lagi usaha." Jawab Nadia.

"Pokoknya Mama tidak mau tau, tahun ini kamu harus hamil bagaimanapun caranya. Teett.... teeett... " Tiba-tiba saja lawan bicara Nadia mematikan teleponya.

Dan seperti biasanya, dia segera menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidurnya, lalu ia menyembunyikan wajahnya di dalam bantal dan menangis sejadi-jadinya. Sebagai seorang wanita tentu saja ia sangat sedih, apa lagi ia selalu di salahkan tanpa ada yang mau mengerti penderitaannya.

-------------------

Sore hari menjelang malam, ketika para siswa perempuan berkumpul di kamar mandi umum sebelum melaksanakan ibadah magrib. Diantara kumpulan tersebut terdapat sekelompok anak yang tampak asyik bermain air, saling menyiram dan tertawa cekikikan, terkadang mereka saling kejar.

Ria berlarian masuk kedalam kamar ganti, lalu dia menutup pintunya, sialnya kamar ganti yang di masuki Ria tidak memiliki kunci, karena telah rusak, sehingga ia harus menahan pintu tersebut dengan tubuhnya.

"Bukaaa... Ria !" Pekik Ashifa dari luar.

"Gak mauuu... Hahaha... "

"Dobrak aja pintunya !" Dukung Lathifa.

"Kalau lo gak mau keluar, gue dobrak pintunya." Ancam Ashifa sambil menendang-nendang pintunya.

"Dobrak aja kalau lo bisa !" Tantang Ria, sambil cekikikan mentertawakan sahabatnya.

Braaak... braaak... braakk...
Beberapa kali Ashifa mendobrak pintunya, tapi Ria menahannya cukup kuat, melihat Ashifa yang kesulitan, Lathifa ikut membantu mendorong pintu, hingga akhirnya Ria kalah kuat, sehingga dikit demi sedikit pintunya terdorong.

Ashifa dengan cepat mengambil kesempatan, dia menahan pintu tersebut, dan meminta Lathifa untuk segera masuk dari cela pintu yang sedikit terbuka.

"Dapaat... " Teriak Lathifa girang, ketika berhasil masuk dan memeluk erat tubuh Ria.

Ashifa segera menyusul masuk kedalam, dan kemudian menutup pintunya. Ashifa tersenyum licik kearah Ria, membuat gadis itu panik, berusaha melepaskan diri, tapi dekapan Lathifa terlalu kuat, sehingga gadis itu hanya bisa meronta-ronta kecil.

"Saatnya kita telanjangi." Ujat Ashifa.

Lalu dia bersama Lathifa berusaha menarik kain basah yang dikenakan Ria, wanita berusia 16 tahun itu berusaha memberontak, tapi kedua sahabatnya lebi kuat darinya sehingga perlawanannya tak begitu berarti untuk bisa menyelamatkan dirinya dari kedua sahabatnya.

Dengan begitu mudanya, mereka melepas kain yang menutupi tubuh Ria hingga telanjang bulat.

Ashifa yang memang memiliki kelainan seksual semenjak mengenal Andini, langsung tergoda untuk menggoda tubuh molek sahabatnya Ria, sekuat tenaga ia membuka kedua kaki Ria, sementara sahabatnya Lathifa tidak kalah gilanya, dia meremas-remas kasar payudarah sahabatnya yang terasa kenyal, sementara puttingnya dia pelintir pelan.

Perlahan tapi pasti, rontahan Ria melemah, dan setuasi itu di manfaatkan Ashifa untuk memebenamkan wajahnya, dan menjilati vagina sahabatnya.

"Ooohh tidaaak... Aaaa... Aaa... " Erang Ria frustasi.

"Gimana Ria sayang, enak gak memeknya di jilatin sama Shifa, pasti rasanya enakan ? Apa lagi kalau puttingnya sambil di pelintir kayak gini." Kata Lathifa menggoda sahabatnya, sambil memberi rasangan di kedua payudara Ria.

Sluuupp... Slupp... Sluupps...
"Eehmn... memeknya enak banget, rasanya kayak semanis madu, elo harus mencobanya Latifha. Hihihi... !" Komentar Ashifa di sela-sela memanjakan vagina sahabatnya.

"Ogaah gue, lu aja sendiri !" 

"Yakiiiin, ya udah kalau lu gak mau." Jawab Ashifa, lalu dia kembali menjilati vagina Ria.

Sementara gadis yang bernama Ria, tidak dapat berbuat apa-apa selain berusaha melawan gairahnya yang perlahan mulai terbakar oleh sentuhan kedua sahabatnya. Perlahan Ria memejamkan matanya, dia sudah meyerah dan membiarkan kedua sahabatnya mengerjain habis-habisan tubuhnya.

Jari jempol Ashifa menggelitik clitoris Ria, sementara lidanya menusuk-menusuk lobang vagina sahabatnya yang masih perawan, belum sekalipun di sentuh oleh seorang pria manapun.

Ria membelai rambut sahabatnya, membiarkan sensasi apapun mengusik dirinya, menikmati setiap jilatan dan sentuhan lembut di vaginanya, sementara kedua payudaranya menjadi mainan sahabatnya Latifha.

Aaaahhkk... rasanya nikmat sekali ! Gumam Ria, sambil membayangkan Radityalah yang melakukannya.

"Eehmm... rasanya enak banget ya ?" Tanya Lathifa penasaran melihat sahabatnya yang menggeliat keenakan.

"Aaaah... iya ituku di hisap Fa." Erang Ria, dia sangat menikmati ketika klitorisnya di isap kuat-kuat oleh sahabatnya Ashifa, yang sedang menghisap clitorisnga.

"Lu nyebelin banget si... " Kesal Lathifa karena pertanyaannya tidak di jawab, dan sebagai balasannya Lathifa meremas kencang payudarah sahabatnya, hingga Ria histeris karena kesakitan akibat remasan Lathifa di dadanya.

"Aaauuww... gila lu ya sakit tau !" Protes Ria.

"Makanya kalau orang nanya di jawab !"

"Kalau pengen tau coba aja sendiri." Sindir Ria, lalu dia bangkit melepaskan diri dari mereka, membuat Ashifa tampak kecewa, padahal dia sedang menikmati vagina sahabatnya.

Ria mengambil kainnya kembali, lalu mengikatnya seperti semula. Sebenarnya, Ria tadi sangat menikmati ketika vaginanya di jilat Ashifa, tapi gara-gara remasan kasar dari Lathifa, modnya mendadak hilang. Entah ia harus berterimakasih atau kecewa atas perlakuan sahabatnya, yang pasti sekarang dia merasa lega karena bisa terbebas dari Ashifa.

Ashifa memandang Lathifa dengan sebal, padahal dia sudah lama ingin sekali menikmati vagina Ria, tapi gara-gara Lathifa dia terpaksa menundanya kembali.

"Eee... setan, siapa di sana ?" Pekik Lathifa, sontak kedua sahabatnya melihat keatas, kearah telunjuk Lathifa yang mengarah keatas.

Terlihat tiga kepala orang dewasa muncul dari balik tembok kamar mandi mereka, padahal kamar mandi umum ini memiliki tembol yang cukup tinggi, walaupun di bagian atasnya tidak.tertutup apapun, sehingga sangat memudakan bagi yang mau mengintip setelah mereka berhasil memanjat tembok.

Berselang beberapa detik, sebelum mereka mengenali ketiga pria itu, mereka bertiga telah menghilang di balik tembok.

"Gimana ni ?" Tanya Ria panik, dia yakin sekali, kalau mereka bertiga tadi sempat melihat di telanjangi oleh kedua sahabatnya, setelah di kerjai oleh kedua sahabatnya.

"Tadi siapa ya ? kok berani banget masuk kewilayah santriwati." Timpal Lathifa tak kalah paniknya.

"Uda tenang dulu." Lerai Ashifa.

"Mau tenang gimana, tadi dia melihat apa yang kita lakukan barusan bagaimana kalau nanti dia cerita dengan Umi, bisa-bisa kita di keluarkan dari sini." Timpal Ria panik, bagaimanapun juga, tadi dia yang telanjang, selain malu dia juga takut, kalau nanti apa yang mereka lakukan barusan tersebar.

"Ya uda yuk, nanti kita pikirkan lagi." Ajak Lathifa.

"Maafin gue ya Ria ?" Lirih Ashifa.

"Udalah, nasi uda jadi bubur." Jawab Ria tak bersemangat, lalu mereka keluar dari ruang ganti dan kemudian melanjutkan mandi mereka yang sempat tertunda.

--------------------

"Nyaris aja !" Ujar seorang pria sambil mengelus dadanya.

"Kira-kira mereka tau gak ya, kalau kita yang mengintip mereka barusan ?" Timpal Budi, satu-satunya diantara mereka yang memiliki tubuh paling besar, sehingga wajar saja kalau dia merasa khawatir, takut ketahuan oleh para santriwati barusan.

"Udah, gak perlu khawatir, walaupun mereka tau juga gak akan berani bilang, kaliankan tau sendiri tadi mereka habis ngapain ? Mereka pasti takutlah buat ngadu." Jawab Rozak, menenangkan kedua rekannya Dewa dan Budi.

"Tapi makasi banyak Zak, uda ngajakin kita ngeliat yang bening-bening, hahaha.... !" Ujar Dewa seraya tersenyum mesum.

"Gak sia-sia ternyata kemarin sempat memergoki santri ngintip di sini, hahaha... " Jawab Rozak sambil tertawa girang. Ya semenjak saat itu, ketika ia mengejar dua orang santri yang sedang mengintip, Razak jadi tau kalau tempat ini sangat tersembunyi buat mengintip.

"Eehmm... ngintipin apa ni ?" Tiba-tiba dari belakang seseorang menegur mereka.

Sontak mereka bertiga kaget, ketika nenyadari yang datang seorang Ustad baru di madrasyah, sahabat baik dari Ustad Iwan yang di kenal tegas dan di siplin.

"Ya Pak, kita ketahuan." Desah Budi pasrah.

"Ma... maaf Tad." Ujar Rozak tak berani memandang Reza yang sedang berdiri di depan mereka, seperti seorang hakim yang sedang mengadili tersangkah.

"Ampun Ustad, jangan aduhin kami Ustad." Kata Budi ketakutan.

"Maafin kami Ustad." Timpal Dewa.

Kemudian dari sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman, senyuman yang memiliki sejuta arti, penuh makna dan rencana-rencana licik.

Reza menepuk pelan pundak Rozak, satpam Madrsya tempat ia mengajar, sebagai ucapan terimakasi.

"Jangan takut, kalau saya jadi kalian berdua, mungkin saya juga akan melakukan hal yang sama, seperti yang kalian lakukan sekarang, tapi bedanya, kalau saya tidak akan puas kalau hanya sekedar mengintip mereka." Ujar Reza sambil memperlihatkan tanduk iblisnya di depan mereka bertiga.

"Maksud Ustad ?" Tanya Dewa.

"Hahaha... kalau kalian mau, saya bisa berbagi dengan kalian, tapi dengan syarat." Jawab Reza.

"Maaf banget ni Ustad ya, kita-kita beneran gak ngerti ni."

"Saya yakin kalian pasti mau nidurin para santri di sinikan ?" Tanya Reza sambil tersenyum.

"Maksud ustad ngentot ?" Tanya Budi.

"Waaa... kalau di suruh ngentot pasti maulah Ustad, tapi Santri mana yang mau kita cicipin." Timpal Dewa, yang kini lebi tenang dari sebelumnya.

"Itu tugas kalian yang nyari nantinya, tapi kalau kalian mau bekerja sama, saya punya satu Ustadza yang bisa kalian cicipi bersama, bagaimana ?" Tawar Reza.

"I... ini serius Ustad ?" Tanya Rozak masi merasa tidak percaya mendengar ajakan Reza, dia takut ini hanya sekedar jebakan buat mereka bertiga.

"Emang Ustadzanya siapa Ustad ?" Timpal Budi.

"Pokoknya kalian gak akan menyesal... "

"Tapi kapan Ustad ?" Tanya Rozak.

"Sini biar saya bisikan... "

Mereka bertiga segera mendekat, mendengarkan sebuah rencana yang membuat mereka tampak bahagia, tapi akan menjadi bencana bagi para Santri dan Ustadza yang akan mereka jadikan korban untuk memenuhi nafsu birahi mereka.

Sesuai yang di janjikan, mereka sudah tidak sabar menunggu beberapa hari lagi, karena hari itu akan menjadi hari yang paling bersejarah di dalam hidup mereka.
Bersambung Ke
Dosa Yang Nikmat Bag.07

{ 0 comments... read them below or add one }

Posting Komentar

Berkomentaralah Dengan Baik yng berisi kritikan , Masukan Demi Kalangsungan Blog kita Bersama ini