Lanjutan Dari
Hari-hari Irma kini di warnai rasa takut, tegang, dan perasaan bersalah. Setiap kali bertemu dengan Reza, ingin rasanya ia menghindar, tapi senyuman pria tersebut selalu mampu menghipnotisnya, membuat dirinya selalu tak bisa menghindar untuk saling menatap.
Seperti malam ini, lagi-lagi ia merasa terjebak di dalam kondisi yang sulit. Suaminya sedang tidak berada di rumah, sementara di rumah ia hanya besama Reza.
Dari tadi siang semenjak Suaminya pergi, Irma jarang sekali keluar kamar, ia hanya keluar sesekali saja, di saat memang ia harus keluar kamar, seperti ingin buang air, mandi dan memasak makanan untuk mereka.
Jam di dinding kamarnya sudah menunjukan pukul 9 malam, tidak ada tanda-tanda kalau Reza akan mengganggunya, padahal semenjak Suaminya pergi, ia sempat beberapa kali berpapasan dengan Reza, bahkan ketika makan malam bersama, mereka sempat berada satu meja, tapi Reza bersikap seperti biasa saja, seolah tak tertarik ingin menggoda dirinya.
Rasa haus mulai mengusik dirinya, dengan sangat terpaksa, dengan cara mengendap-endap ia keluar kamar, menuju dapur yang ada di bagian belakang rumahnya.
Irma bisa sedikit bernafas lega, ketika ia tak melihat Reza saat ia berjalan tadi menuju dapur, mumpung Reza masi di kamarnya, Irma buru-buru mengambil sebotol mineral dingin dari dalam kulkas, dan ia segera hendak balik kekamarnya.
"Mau kemana Mbak ?" Tegur seseorang yang sebenarnya ingin ia hindari.
"Maaf, saya mau lewat." Ujar Irma, tanpa berani mengangkat wajahnya, dan hendak segera pergi, tapi Reza mencekal tangannya, sehingga ia tak bisa bergerak.
"Temani saya sebentar."
"Ja... jangan Mas, saya mohon." Jawab Irma ketakutan.
"Tenanglah cantik, jangan takut, saya tidak akan menyakitimu sayang, bahkan saya hanya ingin membantumu." Reza menarik tubuh Irma dan memeluknya, membuat Irma mulai memberontak sehingga botol minumannya jatuh dan tumpah kelantai.
Irma yang kaget berusaha memberontak, ia tidak mau lagi terjebak oleh permainan Reza seperti sebelum-sebelumnya, tetapi tenaga Reza, lagi-lagi berhasil membuatnya tak berdaya, membawa dirinya keruang keluarga.
Dengan gerakan cepat, Irma berusaha kabur, tapi lagi-lagi Reza berhasil menarik tangan Irma, dan mendudukan wanita itu di pangkuannya.
Dari belakang, kedua tangan Reza meremas kedua payudarahnya, sementara bibirnya menciumi sekujur wajah Irma, membuat wanita bersuami itu mulai menitikan air mata, ia ingin lepas dari cengkraman Reza, tapi tubuhnya tak mampu, ia terlalu lemah melawan dirinya sendiri, yang terlalu muda dirangsang, sehingga ia tidak bisa berbuat banyak ketika bibirnya di panggut Reza.
Reza begitu pintar memancing birahinya, sehingga tanpa sadar Irma membalas pagutan Reza, dan membiarkan lelaki itu tanpa perlawanan berarti membuka setiap kancing piyama yang ia kenakan, lalu satu-satunya pelindung yang menutupi dadanya, di tarik keatas sehingga payudarahnya mencuat.
Kedua tangan kekar itu langsung menyambutnya, meremas dan memilin puttingnya yang menggemaskan, hingga wanita cantik itu terpekik nikmat.
"Aauww... Hhmmpp... "
"Jangan di lawan, seperti biasanya, kamu nikmatin aja ya." Bisik Reza, lalu di susul dengan kuluman di daun telinganya.
"Jangaan... jangaan... aku tidak mau, tolonglaah Mas lepaskan aku, apa salahku Mas, kenapa kamu tega mengkhianati Suamiku, sadaarlah Mas... Aaww... Aaah... " Rinti Irma ketika Reza tiba-tiba saja melahap payudara kirinya.
Setengah dari dirinya tak rela membiarkan pria lain menikmati tubuhnya, dan setengahnya lagi dia menikmati setiap sentuhan yang di berikan Reza kepada dirinya, sentuhan yang sangat ia jarang dapatlan dari Suaminya yang sah, yang sangat ia cintai melibihi apapun di dunia ini.
Tak sadar Irma memegangi kepala Reza yang sedang menyusu di payudaranya, dia merasakan puttinya terasa hangat ketika lida Reza menjilatinya.
"Putting kamu enak sekali sayang, tapi sayang tidak ada susunya." Reza berujar di sela-sela menikmati payudarah istri sahabatnya.
"Uuhkk... Mass... Aahkk... Aaahkk... " Erang Irma nyaring.
Tolooong... aku tidak mau, ini salaah, aku tidak menginginkannya, maafkan aku Mas... maafkan aku Mas... !
Irma memejamkan matanya, bayangan Suaminya kembali menyadarkannya, apa yang sedang terjadi saat ini, memberinya sedikit kekuatan untuk mendorong pundak Reza hingga menjauh, bahkan sampai terjengkang kesamping.
Kesempatan itu ia memanfaatkan untuk kabur, ia berdiri lalu berlari menjauh dari Reza yang hanya tersenyum memandanginya dari kejauhan.
Sadar atau tidak sadar, Irma berlari kekamarnya, ia merasa di sinilah tempat yang paling aman baginya. Segera ia menutup pintu kamarnya, dan ketika hendak mengunci pintu kamarnya, tiba-tiba batinnya begejolak, antara ingin terus berlari, atau mengakhiri pernderitaannya malam ini.
Tok... tok... tok...
"Aku tau kamu di dalam, buka pintunya Irma !"
"Bajingaaaan... lepasin aku Mas, aku mohoon... " Tangis Irma semakin tak terbendung, ia benar-benar bingung dengan kondisinya saat ini.
Seandainya saja ia bisa lebi tegas, lebi berani, mungkin semua kejadian ini tak perlu ia alami.
"Buka sayang, ini adalah malam pertama kita, malam ini aku ingin membuka segelmu, biarkan aku masuk." Ujar Reza, memancing sisi liar Ibu muda itu, karena Reza tau kalau Irma sebenarnya sudah menjadi miliknya seutuhnya, hanya tinggal di sempurnakan saja maka Irma benar-benar menjadi miliknya.
Dengan jemari yang gemetar, Irma menekan handle pintu kamarnya, membuka perlahan hingga ia kembali melihat wajah Reza yang sedang tersenyum.
Irma tau apa yang ia lakukan saat ini, dengan membuka kamarnya, itu artinya dia sudah benar-benar menyerah, dan malam ini adalah malam penyerahan dirinya seutuhnya kedalam pelukan pria lain yang bukan Suaminya.
Entah kemana dirinya yang dulu, wanita yang setia terhadap suaminya, wanita yang menjaga dirinya dari maksiat, wanita yang taat terhadap aturan.
Reza masuk, lalu dia menutup pintu kamar Irma dan menguncinya sehingga tak ada jalan keluar bagi Irma untuk lari darinya, lari dari jalan yang telah ia pilih. Wanita cantik itu mundur beberapa langkah, lalu duduk di tepian tempat tidurnya, dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Reza segera menelanjangi dirinya hingga telanjang bulat, lalu dia berjalan, berdiri di samping korbannya yang telah pasra menunggu eksekusi darinya.
"Kamu istri yang baik !" Ujar Reza memebelai kepala Irma yang tertutup kerudung putih.
Irma menjauhkan kedua tangannya dari wajahnya, dan hendak kembali mengeluarkan unek-uneknya, tapi ia sedikit terkejut saat melihat kesamping, tepat di depan wajahnya saat ini dia melihat benda besar yang sebelumnya ia lihat. Penis Reza memang sangat mengagumkan baginya, ukurannya panjang dan cukup gemuk di bandingkan dengan suaminya, dan benda inilah yang membuatnya tidak bisa tidur semalaman.
Lagi pria berengsek itu menggoda Istri sahabatnya, dia dengan sengaja menabrakan kepala pionnya kebibir Irma, memamerkan kegagahan penisnya yang telah berhasil menaklukan beberapa wanita sebelumnya.
"Kamu perna melakukannya, dan saya yakin kamu pasti ingin melakukannya lagi."
"Cukup Mas, aku mohon hentikan kegilaan ini." Pinta Irma, ia menatap mata Reza, meminta belas kasihan dari Reza agar mau menghentikan dosa ini.
"Sudah terlambat, kamu taukan ?" Jawab Reza sembari tersenyum.
Dengan jemari yang gemetar Irma menggenggam penis Reza, rasanya hangat dan keras, berbeda dengan milik suaminya yang sedikit lembek. Perlahan ia menjulurkan lidanya, menyapu kepala pion itu dengan penuh perasaan.
Sudah kepalang basah, nyebur saja sekalian, mungkin itu yang ada di benak Irma, dia sudah kehilangan jati dirinya sebagai seorang Istri yang setia, yang ia inginkan saat ini hanya satu, yaitu kepuasan. Walaupun masi tersisa sedikit penyesalan karena harus menghianati Suaminya, seseorang yang sangat mencintainya dengan tulus, bukan karena nafsu.
"Aah... kamu semakin pintar sayang !" Puji Reza, ketika kepala pionnya di sapu Irma dengan lidanya, terus turun kebatang kemaluannya, hingga kekantung pelirnya.
"Ya... begitu, Ooo... oo... masukan kemulutmu."
Tangan kanannya mengocok penis Reza, lalu mengarahkannya ke dalam mulutnya, kemudian dengan gerakan seirama, tangan dan mulutnya mengocok penis Reza sehingga pria itu keenakan, merasakan servis oral darinya.
Walaupun tidak punya pengalaman dalam mengoral penis pria, tapi Irma melakukannya dengan baik, nalurinyalah yang menuntun dirinya, harus melakukan apa dan bagaimana untuk membuat pria yang ada di depannya merasa puas dan senang dengan pelayanannya memberikan oral sex.
Sementara itu Reza membelai kepala Irma, sambil ikut memaju mundurkan pinggulnya.
"Cukup sayang, aku belum ingin keluar." Ujar Reza, lalu menarik penisnya dari jangkauan Irma.
"Ka... kamu suda puaskan Mas ?"
"Belum dong, ini baru permulaan, malam ini kamu milikku sayang, kita akan bersenang-senang, mumpung Suamimu pulangnya besok sore." Ujar Reza, lalu dia menerkam tubuh Irma, membuat Irma kaget karena di serang mendadak.
Reza menindih tubuh Irma, lalu bibirnya memanggut bibir Irma, membelit mesrah lidanya, sementara tangan kanannya meremas payudara Irma.
Puas melumat bibirnya, ciuman Reza perlahan turun kelehernya, memberi beberpa cupangan merah di leher jenjang Irma, membuat kerudungnya semakin acak-acakan. Lalu ciuman Reza beralih keatas payudarahnya, dia mengulum secara bergantian kiri dan kanan payudarah Irma.
Puas bermain dengan gunung kembarnya, Reza beralih kebawa, ia menarik lepas celana tidur sekaligus celana dalam Irma, membuat wanita cantik itu memekik pelan sanking kagetnya.
"Hahaha... kupikir kamu gak suka dengan mainan baru yang kuberikan kemarin." Ujar Reza, setelah melihat selangkangan Irma yang terdapat kabal yang menggelantung, yang tersambung dengan remot kecil.
Mainan yang di maksud Reza adalah vibrator kapsul yang beberapa hari lalu ia berikan kepada Irma, dan tidak di sangka-sangka ternyata Irma yang di kenalnya sebagai wanita baik-baik, ternyata diam-diam dia malah menyimpan dan menggunakannya demi kepuasaan birahinya.
Irma memalingkan wajahnya, dia merasa malu karena telah nenikmati permainan Reza, seseorang lelaki yang seharusnya sangat ia benci.
"Aaahkk... " Irma merintih, ketika Reza mencabut vibrator dari dalam vaginanya.
Lalu vibrator itu di gantikan dengan jilatan di bibir vaginanya. Reza memang juaranya dalam merasang korbannya, kemampuannya terbukti membuat Ibu muda itu mengerang, kedua tangannya terkepal ketika lidanya menari-nari di clitorianya, menghisapnya lembut, sambil mengocok-ngocok liang kemaluannya.
Hanya butuh waktu lima menit, Irma mendapatkan klimaksnya, pantatnya terangkat, dan beberapa kali tanpa bisa kontrol vaginanya memuntahkan lendirnya.
"Sepetinya kamu sudah siap ?"
"Kumohon jangan Mas, hoss... hoss.. hoss... !" Deruh nafas Irma memburu, orgasmenya barusan, benar-benar menguras tenaganya, dia hanya bisa memandang pasrah kearah Reza.
"Mas yakin kamu akan menyukainya." Bujuk Reza, dia mengait kaki kanan Irma di lengannya, sambil mendekatkan tubuh bagian bawahnya, hingga penisnya yang besar terasa menggesek-gesek bibir vagina Irma.
Perlahan Reza memaju mundurkan peninya menggesek-gesek penisnya di belahan vagina Irma.
"Aaahk... Mass... Uubkk... " Irna melenguh panjang, ketika kepala penis Reza menyodok, menggesek clitorisnya. Irma mencengkram erat lengan Reza, menahan seribu satu rasa yang ia rasakan saat ini, seandainya saja dia belum betsuami, mungkin sudah sedari tadi ia meminta Reza untuk menyetubuhinya.
Iram memejamkan matanya, menggigit birinya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Hatinya menolak keras apa yang sedang terjadi saat ini, tapi tubuhnya seolah menghinatinya dan menuntutnya untuk segera menuntaskan nafsu birahi iblisnya yang sudah lama ia pendam.
Reza penisnya sedikit, lalu mendorongnya kembali, menubruk lipatan vagina Irma, kemudian membelanya perlahan dan mulai memasuki lobang vagina Irma yang sudah amat becek.
"Aaahkk... " Irma terpekik, vaginanya terasa ngilu saat penis itu Reza yang ukurannya lebi besar dari milik Suaminya memaksa masuk kedalam vaginanya.
"Kamu kejam Irma, membiarkan kontol pria lain menikmati memekmu, sementaran Suamimu di luar sana mencari nafka untukmu." Bisik Reza, ia membelai wajah Irma yang bermandikan keringat, menahan rasa sakit, sekaligus geli ketika terjadi gesekan antara kepala penis Reza dengan dinding bagian luar vaginanya.
"Maaas... Aahkk... Aaahkk... pelan-pelan Mas ! Vaginaku Aahk... Rasanya ngilu Mas." Erang Irma, dia mencengkram kedua lengannya Reza, sambil mencari posisi yang membuatnya merasa nyaman ketika sedang di setubuhi.
Irma memejamkan matanya, menikmati setiap gesekan antara kulit penis Reza dengan dinding vaginanya. Ia merasa, vaginanya terbuka semakin lebar ketika penis Reza terus memaksa masuk hingga kepala penis Reza terasa menabrak rahimnya. Tubuhnya mengejang, dia kembali mendapatkan orgasme walaupun tidak sehebat sebelumnya.
Jemari Reza membelai wajah cantik Istri sahabatnya, ia tidak menyangka kalau dia akan semuda ini menaklukan Irma.
Perlahan jemarinya turun, menyentuh bibir seksi Irma yang gemetar, ia membukanya perlahan, lalu meminta wanita cantik itu untuk mengulum jarinya, Irma dengan patuhnya membuka mulutnya, membiarkan jari itu membelai lidahnya.
Sementara itu, pinggul Reza mulai bergerak maju mundur menubruk selangkangan Irma, mengaduk dan memompa vagina Irma dengan Ritme teratur, seiring dengan nafas Reza yang semakin memburu, dia sangat menikmati ketika dirinya berhasil membuat Istria sahabatnya yang di kenal baik dan seorang panutan bisa takluk di hadapannya.
Perasaan yang berlawanan juga di rasakan Irma, dia tidak menyangkah kalau dirinya yang seorang guru Agama bisa berbuat zina dengan pria lain, di dalam rumahnya sendiri di atas tempat tidurnya, yang biasa ia gunakan untuk melayani Suaminya, kini dengan suka rela membiarkan pria lain berada di dalam kamar pengantinnya menikmati tubuhnya.
"Mas... Enaaak Mas ! Aahkk... Aahkk... aku dapeeet Mas !" Lolongan panjang Irma menggema, nafasnya menghentak di ikuti dengan goyangan pinggulnya yang liar.
Bukannya berhenti Reza malah semakin cepat mengocok vagina Irma, hingga Ibu muda itu untuk pertama kalinya ia mendapatkan multy orgasme, selama kurang lebi lima menit, dan beberapa detik di awal dia sempat squirt membuat seprei tempat tidurnya menjadi basah.
Reza menarik pinggulnya, lalu dengan satu gentakan dia kembali membenamkan penisnya sedalam mungkin.
Crrooott... crooott... crooott...
"Lihatlah, Aku akan menghamili Istrimu Iwan... " Erang Reza sambil menyemburkan lahar panasnya kedalam rahim Irma yang sedang dalam masa subur.
Reza menyeka keringat sambil mencabut penisnya, sementara Irma segera menjauh dari Reza, dia duduk di pojokan sambil memeluk lututnya dan menangis sejadi-jadinya, dia memang menikmatinya, tapi rasa sesalnya jauh lebih besar sehingga membuatnya menangis di dalam keheningan.
Dari sudurnya ia memandang benci kearah Reza yang pergi begitu saja setelah menodai tubuhnya.
Braaak...
Reza membanting pintu kamar Irma, lalu menghilang entah kemana perginya dia. Irma bergegas masuk kedalam kamar mandi, yang ada di dalam kamarnya. Dan lagi-lagi di dalam kamar mandi ia menangis, menghukun dirinya dengan membiarkan tubuh indahnya basah terkena air shower yang dingin.
------------------
Hampir satu jam lamanya ia mengurung diri di dalam kamar mandi, setelah puas menumpahkan air mata penyesalannya, ia segera mengiringkan tubuhnya dengan handuk, lalu melilitkan handuk tersebut ketubuhnya. Saat ia melangkah, Irma masi dapat merasakan rasa ngilu di vaginanya, seperti ada sesuatu yang mengganjal di dalam vaginanya.
Irma menarik nafas panjang, lalu perlahan ia membuka pintu kamar mandinya, dan saat itulah perasaannya mendadak tidak tenang, dia merasa akan terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan.
Bersambung Ke
Dosa Yang Nikmat Bag.08
Bersambung Ke
Dosa Yang Nikmat Bag.08
{ 0 comments... read them below or add one }
Posting Komentar
Berkomentaralah Dengan Baik yng berisi kritikan , Masukan Demi Kalangsungan Blog kita Bersama ini