Dosa Yang Nikmat Bag.08

Posted by Unknown

Lanjutan Dari
Dua orang pria dengan cepat menyergap seseorang wanita yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi, lalu menariknya hingga terjatuh keatas tempat tidurnya. Saat tersadar, Irma sangat panik ketika melihat empat orang pria bertopeng tiba-tiba saja sudah berada di dalam kamarnya, dia berusaha memberontak melepaskan diri, tapi dia gagal karena tenaga keempat pria itu terlalu kuat untuk dirinya.

"Diaam, atau kamu mau kami bunuh ?" Ancam seseorang dari mereka sambil menunjukan pisau di tangannya.

"Si... siapa kalian ? tolong lepaskan saya !" Mohon Irma, dia sangat ketakutan, dia tidak menyangkah kalau malam ini akan menjadi malam tersial baginya.

"Jangan takut, kami hanya ingin bersenang-senang hehe... " Jawab mereka sambil membelai wajah cantik Irma, membuat Irma dengan terpaksa memalingkan wajahnya karena menahan rasa jijik dan takut.

"Mau apa kalian ? Tolooong... tooolong... !" Teriak Irma merontah-rontah ingin melepaskan diri.

"Percuma Bu, gak akan ada yang denger."

"Mending Ibu nurutin apa kata kita-kita." Timpal seseorang dari mereka.

"Jangan sakiti saya Mas, silakan ambil apa yang kalian mau di rumah ini, tapi setelah itu kalian boleh pergi dari rumah saya." Ujar Irma pasrah, dia berharap mereka berempat hanya ingin mengambil hartanya.

Keempat pria bertopeng itu saling pandang, lalu sedetik kemudian mereka tertawa lebar.

Seseorang dari mereka tiba-tiba menarik handuk Irma hingga terlepas, membuat wanita itu terpekik kaget, tapi tak bisa berbuat apa-apa ketika tubuh telanjangnya untuk kedua kalinya menjadi santapan pria lain.

"Maaf Bu Ustadza yang terhormat, kami tidak butuh harta benda atau uang Ibu, yang kami inginkannya hanya bersenang-senang dengan tubuh anda. Saya berharap anda bisa bekerjasama, sehingga kami tidak perlu menyakiti, apa lagi harus membunuh anda dengan pisau ini."

Irma terdiam, ada perasaan takut saat mendengar ancaman mereka, bisa saja mereka memang benar-benar nekad membunuhnya dan membuang mayatnya. Membayangkannya saja sudah sangat menakutkan, apa lagi kalau harus benar-benar merasakannya.

"Bagaimana Bu ? Ini tidak akan lama kok, setelah kami puas kami akan segera pergi." Ujar seseorang dari mereka.

"Kalian tidak akan bohongkan, kalian tidak akan membunuh saya, kalau kalian sudah puas." Tanya Irma, memperjelas ucapan keempat pria bertopeng tersebut.

Keempat pria tersebut saling pandang, seakan tidak percaya dengan apa yang mereka dengar. Begitu juga dengan Irma, dia seakan tidak yakin dengan ucapannya sendiri, dia merasa bahkan perkataan itu seperti bukanlah keluar dari mulutnya.

Tapi apa yang bisa di lakukan Irma ? Dia juga sadar, pemerkosaan terhadap dirinya juga tak akan bisa terelakan, bagaimanapun juga mereka berempat akan tetap menggilirnya dengan cara paksa dan setelah itu mereka akan membunuhnya, untuk menutupi perbuatan mereka. Irma terntu saja dia belum siap untuk mati, dia sadar betul dosa yang ia perbuat selama ini sangat besar.

Dari pada nantinya dia perkosa secara berutal dan akhirnya di bunuh, Irma lebi memilih menyerah, toh... dia juga bukan Istri yang suci lagi, dia wanita kotor yang jauh lebi menjijikan ketimbang wanita penghibur sekalipun.

"Seriuuuss... !" Tanya seseorang tampak tidak percaya.

"Iya, tapi dengan syarat." Jawab Irma ragu-ragu.

"Oke, syaratnya apa ni ?"

"Kalian boleh menggilir saya, tapi jangan main kasar, dan tolong setelah ini lepaskan saya, jangan bunuh saya." Ujar Irma, dengan bibir gemetar, dia sangat ketakutan sekali.

"Cuman itu ?" Irma mengangguk. "Baiklah, kami setuju." Jawab salah satu dari mereka.

Lalu pria itu seperti memberi aba-aba, kemudian ketiga pria lain segera membuka pakaian tanpa melepas topeng mereka hingga telanjang bulat, Irma melotot saat melihat ukuran penis mereka yang ternyata ukurannya lebi besar ketimbang milik Suaminya walaupun tak sebesar punya Reza.

Mereka bertiga langsung mengepung tubuh Irma, seseorang bermain di atas payudarah Irma, dia meremas dan menciumi payudara Irma secara bergantian, membuat Irma kegelian, tapi dia menyukainya dan sama sekali tidak protes.

"Ayo dong Ustadza, kulumin kontol saya hehe... " Seseorang yang berada di samping Irma menyodorkan penisnya di hadapan Irma.

Walaupun masi tersisa rasa tidak rela membiarkan pria lain menyentuh tubuhnya, tapi Irma berusaha menikmati pemerkosaan yang terjadi kepada dirinya.

Dia menggenggampang penis pria tersebut dengan jari-jarinya yang lembut, lalu mengocoknya perlahan sambil menjilati kepala penisnya beberapa detik, dan kemudian membuka mulutnya, melahap habis penis pria tersebut. Sementara itu, di bawah sana kedua kakinya di buka lebar, dan Irma sama sekali tidak melawan, walaupun dia tau kalau pria tersebut ingin menyetubuhi dirinya.

"Eehmmpp... " Irma merintih pelan dalam keadaan mulut tersumbat penis, ketika benda tumpul itu memaksa masuk, menbongkar pintu vaginanya 

"Anjrriiit... sempit banget !" Keluh seorang pria yang sedang ingin memasukan senjatanya kedalam tubuh Irma.

Sleep… Begitulah kira-kira bunyinya ketika penis pria itu menancap kedalam vagina Irma, masuk semakin dalam hingga menubruk dinding rahimnya.

Semakin lama penis pria itu terasa semakin dalam, Irma hanya dapat merenyitkan dahinya menahan rasa sakit dan nikmat ketika vaginanya mulai di sodok-sodok kasar oleh pria tersebut sambil mencengkrang kedua pahanya.

Suasana terasa semakin erotis, tatkalah seseorang menaiki perutnya, lalu meminta Irma menjepit penis pria tersebut diantara kedua payudarahnya, lalu pria itu mulai menggesek-gesekkan penisnya diantara jepitan payudara Irma sambil memandangi wajah Ustadza tersebut yang sedang mengoral penis sahabatnya.

"Gila enak banget memeknya !" Celetuknya sambil menikmati jepitan vagina Irma.

"Habis kamu, giliran saya ya... !"

"Eeitts... gak bisa, jangan lupa perjanjian kita sebelumnya, habis dia aku dulu." Potong pria yang sedang menikmati di oral oleh Irma. "Mulutnya juga enak kok, habis ini kamu harus coba mulutnya dulu." Sambung pria tersebut sambil membelai rambut Irma yang terurai.

"Terserah kalian aja."

"Hahahaha... "

Irma yang mendengar obrolan mereka hanya bisa berpura-pura tidak mendengarnya, walaupun hatinya sedih tapi ia berusaha tegar, dan berharap malam keji ini cepat berakhir.

Seorang pria yang tadi menyodok vaginanya semakin cepat menyodok vaginanya, tubuh pria itu yang bermandikan keringat mulai mengejang, Irma tau sebentar lagi pria itu akan mencapai klimaksnya membuat ia mulai ikut agresif, menggerekan pinggulnya, membantu pria itu agar cepat memuntahkan spermanya kedalam rahimnya.

Dan benar saja, beberapa detik kemudian pria itu mencabut penisnya lalu memuntahkan spermanya keatas perur Irma.

"Gilaa... puas banget rasanya, memek Ustadza ternyata rapet banget ya, hak... hak... hak... " Tawa pria tersebut, mengejek Irma yang tak berdaya. "Ayo sekarang giliran siapa ? Aku mau istirahat dulu ni, capek juga." Tawarnya, lalu dia menggeser posisinya dan duduk di pinggiran tempat tidur yang kosong.

"Giliran aku ya." Ujar seseorang sambil mencabut penisnya.

Irma menarik nafas panjang, dia tau siksaannya belum berakhir karena masi ada tiga lagi yang belom menikmati vaginanya. Sekarang giliran pria yang tadi menikmati mulutnya, untuk menikmati jepitan vaginanya.

Irma menurut saat di minta menungging, lalu dari belakang seseorang sudah bersiap untuk menyetubuhinya.

Tapi ketika penis itu hampir menusuknya dari belakang, tiba-tiba sudut matanya menangkap seseorang pria yang berdiri di dekatnya sedang mengarahkan handicam kepadanya, Irma yang kaget berusaha memprotes, tapi sebelum Irma ngeluarkan suara protesnya, seseorang yang tadi menikmati jepitan dadanya tiba-tiba saja menjejalkan penisnya kedalam mulut Irma.

Sementara itu orang di belakangnya sudah menjejalkan vaginanya dengan penisnya, dan menyodok-nyodok kasar vaginanya dari belakang tanpa ampun.

"Buka topeng kalian." Perinta pria yang sedang memegang handicam di tangannya.

Irma semakin kaget ketika satu persatu dari mereka membuka topeng mereka, di mulai dari pria yang memegang handycam yang ternyata adalah Reza, lalu di lanjut dengan seorang pria yang barusan menikmati tubuhnya yang ternyata adala satpamnya yang bernama Rojak, lalu kemudian di susul dengan pria yang sedang ia oral yang ternyata adalah Budi, dan yang terakhir adalah Dewa yang saat ini sedang menikmati vaginanya.

Tentu saja Irma marah dengan perbuatan Reza yang berani merencanakan pemerkosaan terhadap dirinya, tapi di sisi lain dia merasa lega karena ternyata Reza yang merencanakan kejutan besar malam ini untuknya. Setidaknya ia tidak perlu khawatir kalau Reza akan menyakiti dirinya.

"Kamu pasti menyukainyakan ?" Ledek Reza sambil mengeshot wajar Irma dari jarak dekat. "Kamu seksi sekali kalau lagi ngemut kayak gitu, saya yakin pasti banyak cowok di luar sana kepingin merasakan oral dari kamu." Lanjut Reza sambi tersenyum cengengesan.

"Gila Boss, mulutnya enak banget !" Ujar Budi yang sedang memperkosa mulut Ustadza alim itu.

"Itu belum seberapa, kamu harus coba memeknya Bud." Celoteh Rozak yang membuat telinga Irma terasa panas mendengar ucapannya.

"Hahaha... kamu kenapa Irma ? Seharusnya kamu senang, karena sudah bikin mereka puas, wanita itu baru di akui keberadaannya kalau bisa memuaskan pasangannya, dan kamu bisa memuaskan mereka semua." Puji Reza, lalu dia beralih kebelakang dan mulai mengeshot kearah vagina Irma yang sedang di sodok keluar masuk dari belakang.

Setelah mendengar penjelasan Reza, perasaan Irma semakin bercampur aduk, antara marah, kecewa, nikmat dan bangga karena melayani mereka, para pria pengejar nafsu birahi.

Irma seoalah telah melupakan dosa besar yang ia perbuat, saat ini yang ada di benaknya hanya mengejar kenikmatan birahi,.walaupun ia harus mengkhianati pernikahannya yang suci, melupakan kalau saat ini ia sedang di lecehkan.

"Aaahk.... Hhnmpp... Aku dapeeeett... Aaahkk... " Pekik Irma, saat ia mendapatkan orgasme yang kedua kalinya.

Wajah Irma jatuh keatas bantal, dia tak mampu lagi mengangkat kepalanya hanya untuk sekedar memberi servis oral kepada Budi Tapi sepertinya pria itu mengerti, kalau saat ini Irma sangat kelelahan setelah mendapatkan orgasme keduanya 

Berbeda dengan Dewa, pria itu seolah tak perduli kondisi tubuh mangsanya yang kelelahan.

Dewa mencabut penisnya lalu membalik tubuh Irma hingga terlentang, dan kemudian dia kembali menjejalkan penisnya, dan memompa dengan ritme perlahan.

"Eehmm... Ooo.... Aaahk... Aaa... "

"Gimana rasanya Ustadza, enakkan di entot rame-rame." Goda Dewa sambil membelai pipi Irma yang memerah menahan rasa malu dan nikmat. "Jawab dong Ustadzah, enakan mana, di entot rame-rame apa di entot sama Suaminya ?" Tanya Dewa tanpa jeda memompa vagina Istri Ustad Iwan.

Mendengar pertanyaan Dewa, Rozak yang tadi sedang duduk santai tiba-tiba dia mendekat kesisi kanan Irma, sepertinya ia juga ingin mendengar pengakuan Irma, sementara Budi sibuk menampar-namparkan penisnya di wajah cantik Irma.

Pendirian Irma perlahan mulai goyah, awalnya dia berusaha mati-matian untuk mengingkari apa yang ia rasakan saat ini, tapi melihat keempat pemerkosanya, Irma merasa tak ada yang perlu di tutupi lagi, kalau dia memang sangat menikmati cara mereka memperkosa dirinya.

Irma mendesah pelan ketika Rozak merempas susu kanannya dengan cukup kasar.

"Jawab dong... kok diam ! Hehehe... " Ujar Rozak.

"Gak usah malu gitu Ustadza, di jawab aja, biar kita semakin semangat genjot memeknya, nanti habis ini giliran Budi yang dapat jatah buat puasin memeknya Ustadza." Timpal Dewa, dia menekan bagian belakang lutut Irma hingga kedua lutut Irma hampir mnyentuh dadanya.

"Aaah... Aaaaa... Aaaaa.... kaliaaaan ! Ooohkk... "

Gilaa... itulah yang ada pikiran Irma, semakin ia di lecehkan semakin ia terangsang, sedari tadi vaginanya terus-terusan memproduksi lendir cintanya, membuat para pemerkosanya semakin muda menggenjot vaginanya tanpa ampun.

Dia menggigit bibirnya, dan perlahan bibirnya bergerak "Iyaaa... kalian hebat, Aaagkk... ayo setubuhi saya Pak." Ucap Irma, dia mencengkram erat lengan Dewa.

"Ini namanya ngentot, bukan bersetubuh." Ralat Budi.

"Ayo di ulang, yang lebi liar biar saya nyodoknya semakin liar, hehe... !" Timpal Dewa, dia sangat yakin kalau saat ini Irma sudah bertekuk lutut di hadapannya.

"Iya Pak, Aahk... Aaahkk... entot saya Pak, saya mohon sodok memek saya Pak. Kontol Bapak lebih besar di bandingkan punya Suami saya." Kata Irma sambil menatap dengan tatapan memelas, dia merasa vaginanya sangat gatal 


"Na gitu dong Haha !"

Dewa semakin bersemangat menggenjot memek Irma, sementara Irma sendiri tanpa henti mengerang-erang dengan bermandikan keringat, menikmati setiap sodokan yang ia dapatkan dari pemerkosanya, bahkan ia tak segan-segan melingkarkan kedua tangannya di leher Dewa.

Sambil merangkul erat leher Dewa, Irma mendekatkan bibirnya lalu melumat bibir Dewa.

Tak lama kemudian, Irma kembali mencapai klimaksnya, pinggulnya terangkat keatas, dadanya terguncang dan teriakannya sangat keras.

"Ni rasain spermaku Sayang !" Erang Dewa sambil membenamkan dalam-dalam penisnya hingga menyentuh dinding rahim Irma.

--------

Setibanya di sekolah aku tidak langsung pulang kerumah, aku langsung ikut bergabung bersama temanku untuk melaksanakan olah raga sore, sehabis olah raga aku mampir keasrama temanku. Aku baru pulang ketika langit sudah gelap.

Sesampainya di depan rumah kulihat rumahku masi tampak gelap, kupikir rumah dalam keadaan sepi, mengingat Saudaraku yang masi di luar kota.

Aku berjalan santai masuk kedalam rumah, dan keanehan mulai kurasakan, pintu rumah dalam keadaan tidak terkunci.

Apa rumah kami baru di masuki maling ? Ah... tidak mungkin, mana berani maling masuk kedalam lingkungan sekolahku, bisa-bisa ia keluar tanpa nyawa.

Aku mencari tombol lampu, lalu menyelakannya dan saat itulah kudengar suara isak tangis sayup-sayup terdengar dari dalam kamar Saudaraku. Karena merasa khawatir, aku buru-buru membuka pintu kamarnya, dan kudapatkan Kakak iparku sedang meringkuk diatas tempat tidurnya. Aku segera menghampirinya, duduk di tepian ranjangnya.

"Kak!" Panggilku lirih.

Dia menatapku sebentar, lalu sedetik kemudian dia berhamburan memelukku sambil menangis dengan suara yang lebi kencang dari sebelumnya. Membuatku semakin bingung dengan keadaan saat ini, tapi tak mau banyak komentar dulu, kubiarkan ia memelukku dengan erat sambil menangis, menumpahkan emosinya kepadaku.

Tangan kananku merangkul pundaknya, sementara tangan kiriku membelai kepalanya, walaupun aku tidak tau, tapi aku yakin saat ini Kak Nadia sedang ada masalah.

Tak lama kemudian tangisnya mulai mereda, berganti dengan suara dengkuran halus. Apa ia ketiduran ? Ah... biarkan saja, mungkin dia kelelahan.
Bersambug Ke
Dosa Yang Nikmat Bag.09

{ 0 comments... read them below or add one }

Posting Komentar

Berkomentaralah Dengan Baik yng berisi kritikan , Masukan Demi Kalangsungan Blog kita Bersama ini