Lanjutan Dari
Hampir satu minggu aku tidak pulang kerumah, kejadian beberapa waktu yang lalu membuatku merasa bersalah terhadap Kakak iparku, seharusnya aku bisa menahan diri, bukannya mengikuti naluri nafsuku yang ingin memilikinya. Sadar Dit, dia Istri Saudaramu, aku tidak boleh melecehkannya lebih dari ini.
Aku berjalan santai menelusuri jalanan berkerikil menuju rumahku, hari ini yang kutau Mas Jaka baru pulang dari kota, sehingga aku tak perlu merasa khawatir kalau kejadian kemarin kembali terulang.
Tapi sebenarnya ada perasaan bersalah dan takut kalau harus bertemu dengan Mas Jaka, aku merasa bersalah karena beberapa hari ini, terutama kejadian seminggu yang lalu saat aku menggerayangi tubuh Kak Nadia, kalau seandainya Mas Jaka tau, mungkin dia akan sangat membenciku, bahkan kemungkinan terburuk dia akan membunuhku.
Hufff… Aku menarik nafas dalam, saat tinggal beberapa langkah lagi aku sampai di rumah.
"Assalamualaikum...!"
"Waalaikumsalam..." Kudengar jawaban Kak Nadia dari dalam rumah.
Aku memberanikan diri memasuki rumahku, bersiap menerima kemungkinan terburuk dari Mas Jaka, kalau seandainya Kak Nadia sampai menceritakan perbuatanku kepadanya di saat Mas Jaka tidak sedang berada di rumah.
Aku menghampiri Kak Nadia di ruang makan dan menyalaminya, ia diam tanpa ekspresi.
"Mas Jaka mana Kak?" Tanyaku agak ragu.
"Ada di dalam kamar Dit, oh iya... kamu beberapa malam ini kemana? Kok gak pulang kerumah?" Tanya Kak Nadia, kali ini ekspresi wajahnya beruba menjadi tampak khawatir kepadaku.
"Aku nginap di asarama Kak." Jawabku.
Aku menarik kursi makan, lalu duduk tenang di sana dengan perasaan campur aduk, antara takut dan merasa bersalah yang amat besar kurasakan.
Kak Nadia menarik satu kursi di sampingku, lalu duduk sambil menatapku dalam. Aku memberanikan diri membalas memandangnya, dan astaga Kak Nadia sangat cantik sekali, apa lagi ketika ia sedang tersenyum, ia sangat mengagumkan.
"Kamu membuat Kakak khawatir beberapa hari ini."
"Eh... " Kupikir dia senang karena aku tidak ada di rumah. "Maaf Kak, soalnya aku merasa..." Psstt... ia menutup bibirku dengan jari telunjuknya, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya memintaku untuk tidak meneruskan ucapanku.
"Jangan di bahas, di rumah ada Masmu."
"Maafin aku Kak." Kataku sembari kembali menunduk.
"Ya sudah kamu makan dulu, kamu pati laperkan? Apa lagi kamu sudah lama gak makan masakan Kakak, ini Kakak sengaja memasak makanan kesukaan kamu, ayo makan dulu." Katanya penuh semangat, benar-benar di luar dugaanku.
Tanpa berkata lagi aku langsung melahap makanan yang di sajikan Kakak iparku, dan harus kuakui masakannya memang tidak ada duanya, sangat lezat sekali, di bandingkan masakan yang lainnya.
Selesai makan aku segera kekamarku untuk berganti pakaian dan beristirahat.
Ping...
Hpku bergetar, kulihat ada bbm yang masuk, setelah kubaca ternyata bbm dari Clara. Ya... gara-gara kejadian kemarin, hubunganku dengan Clara semakin akrab.
Clara : Lgi apa?
Aku : Lagi tidur-tiduran aja, kamu lagi apa Ra?
Clara : Sama ni, btw bsok malam kmu ada acara gak?
Aku : Gak ada knapa?
Clara : Ktemuan yuk, di villa kmrin
Aku : Serius.
Clara : Iya aku serius
Aku : Boleh, dengan senang hati [/i]
Aaaaarrr.... sumpah demi apapun, aku gak nyangka kalau Clara mengajakku keluar bareng, pasti sangat menyenangkan bisa menghabiskan malam minggu bersama di villa, sambil memandangi danau.
Ternyata benar apa kata orang, di balik kesusahan pasti ada kesenangan.
Aku kembali mengirim pesan kepadanya, hanya sekejar mengobrol basa-basi, mengakrabkan diri dengannya, dan besok malam adalah momen yang tepat bagiku untuk menyatakan perasaanku kepadanya, rasanya sudah lama sekali aku tidak pacaran, sementara mantanku dulu sewaktu SMP sudah lama putus.
Tapi kira-kira nanti aku di terima gak ya? Ah... persyetan, yang penting di coba dulu, masalah keterima apa gaknya, itu urusan belakangan.
-------------
Di tempat yang berbeda, seorang gadis berteriak girang di hadapan kedua sahabatnya yang tampak mayun. Dia baru saja berkirim pesan, dan malam besok dia berjanji akan bertemu di villa. Sebuah pertemuan yang akan menjadi penentu kemenangannya.
"Ingat ya janji kalian, kalau gue bisa jadiin sama adiknya Ustad Jaka, kalian harus teraktir gue selama sebulan penuh... Hahaha... !" Dia tertawa puas.
"Jangan senang dulu, kan belom jadian." Ujar Vera
"Iya ni Clara, pede banget si bakalan di tembak malam besok, kayak adiknya Ustad Jaka mau aja sama lu." Kesal Yuli sambil memanyunkan bibirnya.
"Eeitts... kita liat aja tar malam." Balas Clara sambil mengdipkan matanya.
"Ingat ya kalau lu sampe kalah, lu harus cium Mang Rozak... ingat itu." Ujar Yuli sambil mencolek dagu clara dengan jari telunjuknya.
"Tenang gue pasti menang kok."
"Yakin banget lu, jadi gak sabar nunggu besok." Timpal Vera sambil senyum-senyum sendiri, padahal di dalam hatinya ia mulai was-was, takut kalau nanti Clara benar-benar memenangkan taruhan.
Sebulan yang lalu, mereka bertiga sepakat untuk taruhan, kalau seandainya Clara bisa dekat dan pacaran dengan adiknya Ustad Jaka, Raditya. Maka mereka akan mentraktir Clara sebulan penuh, tapi sebaliknya, kalau seandainya Clara gagal, maka ia harus mencium bibir Pak Rozak satpam di sekolah mereka.
Clara yang memang di kenal sebagai play girl tentu saja menerima tantangan kedua sahabatmya, apa lagi Raditya di kenal sebagai cowok yang dingin terhadap lawan jenis, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Clara yang sudah beberapa kali menaklukan santri lainnya.
-------------------
Hari ini Nadia merasa sangat senang sekali, bukan... bukan karena Suaminya pulang, melainkan karena Adik iparnya yang sekarang ada di rumah. Beberapa hari terakhir ia merasa sangat kesepian tatkala Adik iparnya sedang tidak berada di rumah. Tapi sekarang ia sudah berkumpul kembali seperti saat ini.
Mereka baru saja menghabiskan makan malam bersama, dan sekarang mereka sedang bersantai di ruang keluarga sambil menonton sinetron.
Beberapa kali tanpa sepengetahuan Suaminya, Nadia mencuri pandang kearah Adik iparnya, dia benar-benar terpesona dengan kharisma Adik iparnya, yang tidak di miliki oleh Suaminya Jaka.
"Mas, aku mau ngomong sesuatu." Ujar Raditya tiba-tiba, dia menghadap kearah Jaka.
"Mau ngomong apa? Kayaknya penting banget."
"Eehmm... aku mau tinggal di asrama aja Mas." Jelas Raditya agak ragu, dan permintaan Raditya cukup membuat Nadia kaget, dan mengalihkan fokusnya 100% kearah Raditya.
Nadia tidak menyangkah kalau kejadian kemarin membuat Raditya benar-benar berfikir ingin meninggalkan rumahnya, dan memilih tinggal di asrama, tentu saja keputusan Raditya sangat memukul dirinya, karena ia saat ini benar-benar merasa nyaman di dekat Raditya ketika Suaminya sedang tidak ada.
"Loh... emangnya kenapa kamu mau tinggal di asrama, bukannya di sini kamu punya rumah." Jelas Jaka, dia merasa ada sesuatu yang di sembunyikan oleh Adiknya.
"Cuman mau fokus belajar aja Mas, soalnyakan bentar lagi aku mau ujian."
"Kamukan bisa belajar di sini." Ujar Jaka.
"Bedalah Mas, kalau di asramakan aku punya teman buat belajar bersama, apa lagi di asrama ada Ustad yang membimbing." Jelas Raditya, dia sangat berharap Jaka mau mengizinkan ia tinggal di asrama.
Karena menurut Raditya, dengan tinggal di asrama ia bisa terhindar dari keselahan-kesalahan sebelumnya, dia tidak yakin bisa menahan diri kalau masi tinggal di rumah saudaranya, apa lagi Jaka sering tidak ada di rumah, dia takut apa yang tidak ia inginkan terjadi.
"Aku tidak setuju Mas." Celetuk Nadia. "Maskan jarang di rumah, kalau Raditya tinggal di asrama, berarti aku tinggal sendirian di rumah, aku takut Mas." Terang Nadia, tapi alasan yang sesungguhnya dia tidak ingin jauh dari Adik iparnya, tapi bukan berarti ia ingin mengkhianati Suaminya.
Bagaimanapun juga ia sangat mencintai Suaminya, tapi kehadiran Raditya membuat hidupnya lebi berwarna, dia merasa nyaman berada di dekat Adik iparnya.
"Benar apa kata Kakakmu Dit." Bela Jaka.
Raditya menarik nafas dalam, bagaimanapun caranya ia harus meninggalkan rumah ini.
"Tapi Mas, aku benar-benar ingin tinggal di asrama, Kak Nadia bisa saja meminta salah satu muridnya untuk tinggal di rumah kita, untuk menemaninya." Kata Raditya ngotot, membuat Nadia sangat kecewa.
"Ya sudah kalau itu maunya kamu, Mas ijinkan kamu tinggal di asrama." Ujar Jaka mengalah, tapi apa yang di katakan Adiknya memang benar, kalau tinggal di asrama Raditya bisa lebi fokus belajar.
"Terimakasi ya Mas." Kata Raditya girang.
Sementara itu Nadia merasa sangat kecewa dengan Adik iparnya, kenapa Raditya harus meninggalkan rumah hanya untuk menghindari dirinya, padahal ia sama sekali tidak mempermasalahkan kejadian beberapa hari yang lalu, karena ia sadar Raditya tidak salah, yang salah adalah dirinya.
Tanpa di sadari keduanya, mata Nadia berkaca-kaca, ia sangat marah, tapi tidak tau harus marah dengan siapa, karena tidak ada yang salah dengan keputusan Adik iparnya yang ingin tinggal di asrama.
"Aku kekamar dulu ya Mas." Lalu tanpa menunggu jawaban Suaminya, Nadia langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
Jaka yang tidak mengerti apapun, terlihat biasa saja, berbeda dengan Raditya, ia tampak sedih melihat Kakak iparnya yang marah karena keputusannya untuk meninggalkan rumah demi kebaikan bersama.
Maafin aku Kak, aku tidak ingi menyakitimu, karena aku menyayangimu, dan aku tidak ingin berada diantara kalian berdua walaupun aku sangat menginginkanmu, maafin aku karena membuatmu kecewa....
------------------------------
Nadia tidak masuk kedalam kamarnya, melainkan ia berlari kekamar mandi, dia menutup dan mengunci kamar mandinya, dan tak lupa ia menghidupkan shower untuk meredam suara tangisannya.
Oh Tuhan... apa yang terjadi kepadaku, kenapa dadaku sesek banget denger dia mau meninggalkan rumah ini, aku tau ini salah, aku tau ini dosa besar, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, rasa ini hadir begitu saja, rasa ini tak dapat aku pungkuri lagi, kalau aku mencintainya, menyukai Adik dari Suamiku.
Aku mohon, jangan tinggalin aku Radit, aku mau melakukan apa saja, asal kamu tidak pergi dari sini, bahkan kalau memang harus, aku rela menyerahkan tubuhku ini untukmu, karena aku sangat-sangat menyukaimu, aku tidak ingin jauh darimu.
Oh Tuhan, apa yang harus kulakukan sekarang
----------------
Sudah hampir satu minggu ini Irma tak lagi bertemu dengan Reza, ia bertekad tak kan lagi jatuh kedalam pelukan Reza, walaupun ia sendiri memang sangat membutuhkan kepuasaan seksual dari Reza, tapi cintanya yang besar terhadap Suaminya membuat ia bertekad kejadian kemarin tak akan perna terulang lagi.
Tapi harapan tinggalah harapan, ketika hpnya berbunyi dan ketika di buka ternyata dari Reza, ia mengirim foto Irma dalam keadaan telanjang, beserta sebuah pesan ancaman agar Irma membukakan pintu untuknya.
"Kamu kenapa sayang?" Tanya Suaminya, yang ternyata belum tidur.
Buru-buru Irma menyembunyikan hpnya. "Gak apa-apa Mas, kok mas belom tidur?" Tanya Irma, karena setaunya tadi Suaminya sudah mendengkur.
"Kebangun denger suara hp kamu. Emang siapa yang malam-malam begini menghubungi kamu?" Jawab Iwan, selaligus bertanya kepada Irma.
"Itu Mas... temen lama cuman nanya kabar." Jawab Irma gugup, ia sangat ketakutan.
"Ya udah, kamu bilang ini sudah malam, sudah waktunya beristirahat." Ujar Iwan menasehati Istrinya, Irma mengangguk lemah, dan sedikit bersyukur karena Suaminya tidak ingin melihat pesan di hpnya.
Irma segera membalas pesan Reza, memintanya untuk menunggu sebentar.
-------------------
Setelah memastikan Suaminya tidur kembali, Irma bergegas keluar kamar, menuju pintu depan rumahnya membukakan pintu untuk Reza yang telah menunggunya cukup lama, mungkin sudah hampir satu jam lamanya Reza menunggu.
Saat pintu di buka ternyata Reza masi setia menunggunya, padahal Irma sangat berharap Reza kelelahan dan segera pulang dari rumahnya.
"Lama banget? Suami kamu udah tidur?" Tanya Reza, sambil melirik kearah Irma.
"Maaf iya, dia sudah tidur." Jawab Irma gugup.
Reza tersenyum, ia membelai wajah cantik Irma, ia paling suka melihat ekspresi wajah Irma yang tegang, semakin takut mangsanya ia semakin senang, dan menikmati ketidak berdayaan korbannya.
Lalu tanpa berkata lagi, Reza memeluk tubuh Irma dan mencium bibirnya, melumatnya dengan lembut, sementara kedua tangannya mencengkram erar pantat Irma, menekan pinggul Irma hingga selangkangan mereka berdua menempel.
"Eehmmpp... cukup aku mohon." Pinta Irma, dia merasa tubuhnya mulai panas.
"Kenapa? Kamu gak kangen memeknya di sodok pake kontol besar, Eehmm... Kamu gak pengen jadi budak saya, jadi pelayan seks saya?" Goda Reza, mengusik sisi lain di dalam diri Irma.
"Ta... tapi di rumah ada Suami saya."
"Bagus dong, bila perlu kita main di depannya, hahaha... ini hanya sebentar kok." Reza merangkul pinggang Irma dan mengajaknya masuk.
Tentu saja Irma sangat panik, bagaimanapun juga di dalam rumahnya saat ini ada Suaminya, dia tidak bisa membayangkan reaksi Iwan kalau sampai melihat dirinya sedang bermesraan dengan sahabatnya.
Tapi anehnya kondisi seperti ini malah membuat Irma menjadi terangsang, dia dapat merasakan kalau organ intimnya memproduksi cairan lebi banyak dari biasanya, bahkan celana dalam yang ia kenakan terasa sangat lembab sekali.
Reza membawa Irma kedapur, lalu dia kembali memanggut bibir Irma, dan kali ini Irma membalasnya dengan perasaan was-was takut ketahuan Suaminya.
"Kamu sudah gila Mas." Umpat Irma di sela-sela ciumannya.
"Aku gila karena kamu sayang, ayo buka bajumu." Perintah Reza sambil meremas-remas bokong Irma yang padat berisi.
Irma segera mempreteli satu-persatu kancing piyamanya, dan melepasnya, di lanjut dengan melepas tali behanya, hingga kedua payudaranya terbebas.
Dia menuntun Irma duduk diatas meja makan, kemudian kembali menggerayangi tubuh Irma, dia mencium sekujur wajahnya, lalu turun kelehernya, membuat tubuh Irma menggelinjang nikmat, bahkan wanita alim itu tak segan memeluk kepala Reza, dan mengarahkannya kearah payudaranya yang sudah siap untuk di santap.
"Kamu sudah tidak sabar sayang?" Goda Reza, lalu dia.melahan salah satu payudarahnya.
"Aaauuww... Eesstt... aaku ingin ini cepaat selesaaaiiii... Aaahk.... Eehmmpp.... " Jawab Irma, sambil menahan desahannya, ia takut kalau nanti Suaminya terbangun karena mendengar suaranya.
"Hehehe.... aku suka melihat kamu seperti ini." Puji Reza sembari meremas dan memilin putting Irma yang sebelah kanan penuh nikmat.
Kedua tangan Reza melingkar di pinggang Irma, jari-jarinya memegang di kedua sisi karet celana tidurnya. Reza melepas kulumannya, dan memandang Irma. Dengan perlahan Irma menganggukkan kepalanya, dan sedikit mengangkat pantatnya, mempermuda Reza melepas celana tidurnya sekaligus celana dalamnya.
Mata Reza berbinar tatkala memandang vagina Irma yang indah, setelah satu minggu lamanya ia menahan libidonya, malam ini ia akan menuntaskannya.
Salah satu kaki Irma di naikan keatas meja, sementara kaki satunya lagi di buka melebar sehingga bibir vagina Irma terkuak lebar, menampakan bagian dalamnya yang kemerah-merahan.
Reza segera berjongkok, ia mulai menjilati betis Irma, lalu naik keatas menjilati pahanya, dan kembali turun kebetisnya, gerakan tersebut ia lakukan berulang-ulang, membuat Irma merasa sangat menderita akibat rangsangan-rangsangan yang di berikan lidah Reza, belom lagi jari-jari Reza yang bergeriya di atas perutnya.
"Uuuhh... Eehmmpp... udah Mas!" Rintih Irma, ia setenga mati berusaha mendekap mulutnya agar suara erangannya tidak sampai terdengar Suaminya.
Irma semakin panik tatkala ketika lida Reza menyentuh bibir vaginanya, mengecup lembut dan perlahan mulai mengisap clitorisnya, membuat tubuhnya menegang hebat sanking nikmatnya, kedua betisnya mengejang menahan rasa geli yang amat sangat.
Sslluuuupppss......... Ssslluuuuuuppp.......Ssssllluuupss..... Sslllluuupppss.......... Slllluuuuuppp...... Sllluuuuuppsss.......
"Aaaaah.... aku dapeeet!" Erang Irma, sedetik kemudian lendir cintanya muncrat sanking nikmatnya.
Muaahk... "Gimana sayang, enakaan!" Bisik Reza sembari berdiri di hadapan Irma.
Irma tak mau memandang Reza, ia benar-benar merasa malu di hadapan Reza, apa lagi setelah ia mendapatkan orgasmenya barusan, ia benar-benar merasa dirinya begitu hina dan kotor. Bagaimana mungkin wanita seperti dirinya bisa melakukan perbuatan sehina ini.
Reza menarik tangan Irma, dan memintanya untuk berjongkok di hadapannya.
"Kalau kamu merindukannya, kamu boleh membuka dan membelainya sayang." Ujar Reza sembari mengusap-usap kepala Irma yang tertutup kerudung putihnya.
Darah Irma berdesir mendengar kata 'merindukan', karena ia memang sangat merindukan penis Reza, ia merasa ada yang hilang beberapa hari ini, walaupun ia selalu berusaha menutupinya dengan cara sering melakukan hubungan sex dengan Suaminya.
Tapi ternyata cara itu malah semakin memperjelas perbedaan anatara Suaminya Dan Reza.
Selain Reza memiliki ukuran penis yang lebi besar, Reza juga sangat pintar merangsang dirinya, baik itu lewat perbuatan, ataupun lewat kata-kata.
Walaupun hati kecilnya menolak, tapi kedua tangan Irma sama sekali tak mendengar kata hati kecilnya, dia menbuka perlahan celana tidur Reza berikut dengan celana dalamnya, hingga penis Reza langsung menampakan diri.
"Oh... Tuhan!" Gumam Irma kaget.
"Sentuhlah sayang, masukkan kedalam mulutmu dan rasakan kenikmatannya." Bisik Reza, yang kemudian di turuti Irma.
Tangan mulus itu gemetar saat menggenggam penis Reza, rasanya hangat dan nyaman. Lalu dengan perlahan ia mengarakan penis itu kedalam mulutnya dan 'hup...' dia mengulum penis itu.
Reza kembali membelai kepala Irma, sambil memaju mundurkan pinggulnya, menyodok-nyodok mulut Irma dengan amat kasar, sampai-sampai Irma nyaris kehabisan nafas, tapi beruntung sebelum itu terjadi Reza segera mencabut penisnya dari dalam mulut Irma.
"Ayo kita selesaikan sekarang." Ujar Reza.
Irma mengangguk cepat, dia segera naik keatas meja sembari membuka kedua kakinya.
"Lakukan dengan cepat Mas aku mohon." Pinta Irma, selain karena ia menginginkan penis Reza mengaduk-aduk liangnya, ia juga semakin khawatir dengan keberadaan Suaminya.
"Kamu pasti akan menikmatinya." Jawab Reza.
Dia mendekatinya, lalu mengerahkan penisnya kearah bibir vagina Irma, dengan satu kali sentakan penis Reza amblas kedalam rahim Irma. "Eeenhhkk... " Irma melenguh kesakitan, saat Reza menusuknya dengan amat kasar.
Dan tanpa memberi jedah, Reza langsung memompa vagina Irma dengan tempo cepat, dia sangat puas ketika melihat Irma meringis kesakitan yang bercampur nikmat, membuatnya semakin bersemangat menyetubuhi Istri sahabatnya itu.
Dan begitu juga yang di rasakan Irma, dia merasa sangat menikmati cara Reza menikmati tubuhnya, dia senang saat laki-laki itu sangat berkuasa terhadap dirinya.
Tanpa sadar Irma melingkarkan kedua tangannya di leher Reza, kemudian ia melumat bibir Reza, mencari-cari lida Reza yang seolah menghindar, mempermainkan dirinya yang sudah sangat bernafsu.
"Eehmmpp... sodok lebi cepat Mas." Rintih Irma.
"Kamu memohon hanya untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan sayang? Dasar wanita murahan." Goda Reza yang kini menurunkan temponya.
"Bajingan kamu Mas." Umpat Irma kesal.
"Hahahaha...."
Irma ikut menggerakan pinggulnya maju mundur, menyambut setiap sodokan dari penis Reza. Dia sangat menikmati gesekan antara penis Reza dengan dinding vaginanya, yang sedang mengapit erat penis Reza, seolah tak ingin melepaskannya.
Hingga akhirnya, tanpa sepengetahuan Reza, Irma kembali mendapatkan orgasme.
"Eeenggkk... " Erang Irma tertahan karena sambil berciuman dengan Reza.
-------------
Sudah hampir setenga jam lamanya Reza mengaduk-aduk liang vagina Irma, tapi belum ada tanda-tanda kalau ia akan segera selesai, sementara Irma sudah tak terhitung berapa kali mencapai orgasme, sampai-sampai ia sangat kelelahan.
"Sayaaaang... " Tiba-tiba terdengar suara Iwan yang memanggil.
Reflek Irma mendorong tubuh Reza menjauh darinya, mukanya mendadak pucat, kelelahan yang ia rasakan hilang sudah sanking takutnya. Berbeda dengan Reza yang tampak lebi tenang. Dia terlihat sangat menikmati momen ini.
Mereka saling pandang, seolah bertanya apa yang harus di lakukan. Reza mengangkat kedua tangannya.
"Hahaha... jangan takut." Ujar Reza.
Belum sempat Irma menjawab, Reza segera memungut pakaian Irma dan dirinya, lalu kemudian ia menggendongnya. Irma yang kebingungan malah semakin panik melihat kelakuan Reza yang malah terlihat seperti sengaja ingin memperlihatkan hubungan terlarang mereka kepada Suaminya.
Reza berlari kecil, lalu dia membuka kamar mandi dan segera menutupnya.
"Ayo jawab panggilan Suamimu, bilang kalau kamu sedang kebelet." Ujar Reza, Irma mengangguk setuju, ia menarik nafas sebentar menghilangkan ketegangan di dalam dirinya.
"I... iya Mas, aku di dalam kamar mandi, lagi kebelet." Sahut Irma takut-takut, ia merasa sangat khawatir kalau sampai ketahuan Suaminya.
"Ooo... kamu di kamar mandi." Jawab Suaminya.
"Iya Mas, Aaauuuuu..." Tiba-tiba Irma terpekik nyaring.
Gilaaa... pikira Irma, ketika ia merasakan penis Reza.kembali terbenam kedalam vaginanya, dan kemudian tanpa permisi lagi, Reza memompa vagina Irma ketika ia sedang berbicara dengan Suaminya.
Dia menahan punggung Irma agar sedkit menungging, sehingga penisnya semakin dalam memasuki rahim Irma yang selama ini sangat terjaga.
"Kenapa sayaaaang?' Panggil Iwan khawatir.
"Eenggg... enggak apa... Aaahkk.. apa Mas!" Jawab Irma terputus-putus. "Tadi ada kecoak lewat." Buru-buru ia memberi alasan sebelum Suaminya mendatanginya.
Suasana mendadak hening, keringat Irma perlahan jatuh dari keningnya, ia sangat ketakutan, tapi di balik rasa tegang itu tiba-tiba ia ingin kembali mencapai orgasmenya. Dengan sekuat tenaga ia menutup mulutnya dengan kedua tangan tangannya agar tidak bersuara, tapi tiba-tiba saja Reza menarik kedua tangannya.
"Aaaaaarrhkk.... Eehhmmppp... " Walaupun ia sudah mengatupkan mulutnya tapi tetap saja, suara erangannya cukup nyaring.
Tubuhnya bergetar hebat, sampai-sampai ia hampir terjerembab kalau seandainya saja Reza tidak menahan tubuhnya dari belakang. Siapa yang menyangka, kondisi seperti ini, Irma mendapatkan multi orgasmenya.
"Kamu benar-benar gila Mas.." Rutuk Irma.
"Hahaha... tapi kamu menikmatinyakan? Kamu suka aku entotin kayak gini di depan Suami kamukan?" Bisik Reza menggoda Irma.
"Terserah apa katamu Mas, aku ingin ini segera selesai Mas, aku takut ketahuan." Pinta Irma memelas.
"Oke... oke... aku akan segera menyelesaikannya."
Reza menarik tubuh Irma hingga mereka sama-sama berdiri, lalu kedua tangan Reza mendekap payudara Irma dan memerasnya, membuat Irma kemnali terangsang, apa lagi ketika jari-jari Reza memilin puttingnya yang sangat sensitive.
Sementara itu dari belakang Reza menyodok-nyodok vagina Irma tanpa ampun.
"Sayaaaang...!" Deg, lagi-lagi Iwan memanggil Istrinya.
"Jawab." Perintah Reza.
"Khiyaaa Masss.... Aadaaaa.... aaphaaa? Aa... aku belum... Aaahkk... selesai !" Jawab Irma putus-putus karena Reza tidak mau berhenti menyodok vaginanya.
"Kamu kenapa sayang? kok suaranya mendesah-desah gitu." Tanya Reza curiga, kemudian terdengar suara langkah kaki yang mendekat.
Irma semakin panik, ia menoleh kebelakang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya meminta Reza berhenti, tapi Reza malah tersenyum, dan mencengkram pantat Irma sambil menghentakan pinggul, hingga penisnya semakin dalam menusuk rahimnya.
Di saat seperti ini Irma malah semakin terangsang di tenga-tenga setuasi yang mencekam.
"Aaaww... aaahkk.... aaahkk..." Erang Irma.
"Sayang, kamu lagi masturbasi ya?" Deg....mata Irma melotot. "Ce... celana dalam kamu kok ada di luar sayang?" Lanjut Iwan.
"Mas... Aahkk... maaf Mas, aku benar-benar gak tahan lagi Mas, tadi aku buru-buru... Aaahlk... enggk... jadinya celana dalamku ketinggalan di luar." Jawab Irma berusaha berskap tenang, sambil memandang kesal kearah Reza.
"Maaf." Bisik Reza.
Sepertinya tadi waktu Reza menggendong Irma kedalam kamar mandi, celana dalamnya sempat terjatuh.
"Gak perlu mintak maaf, ini salah Mas, karena gak bisa memuaskan kamu sayang, maafin Mas ya." Ujar Iwan lirih, membuat Irma merasa sangat bersalah.
"Gak apa-apa Mas."
"Ya sudah, kalau begitu Mas ke kamar dulu, celana dalam kamu Mas letakin di depan pintu." Ujar Iwan, kemudian terdengar suara langkah yang menjauh.
Irma menarik nafas lega, hampir saja ia ketahuan sedang bersetubuh dengan pria lain.
Ternyata sensasi yang Irma rasakan sangat luar biasa, ketika ia di setubuhi di dekat Suaminya sendiri yang hanya di batasi oleh sebuah dinding. Walaupun di sisi lain, Irma merasa sangat berdosa dan bersalah terhadap Suaminya sendiri, karena berselingkuh di belakangnya dan sangat menikmatinya.
"Aku mau keluar Mas!" Erang Irma, dia sudah tidak tahan lagi ingin segera menuntaskan hasratnya.
"Iya aku tau, kali ini kita barengan."
Reza menarik jauh kebelakang penisnya, lalu menghentakannya jauh kedalam, seiring semburan lahar panasnya kedalam rahim Irma. Irma menggigit bibirnya, menahan sejuta rasa yang ia rasakan ketika badai orgasme menghantamnya dan menerima sperma Reza di dalam rahimnya.
Plooops...
Reza mencabut penisnya, dan membiarkan tubuh Irma ambruk kelantai kamar mandi.
"Kamu hebat sayang, besok malam temuin saya di rumah, tanpa mengenakan dalaman, ingat kalau kamu berani membangkang, kali ini saya pastikan, Suami kamu melihat video kita kemarin." Ancam Reza, kemudian ia mengecup bibir Irma.
"I... iya!" Jawab Irma pasrah.
"Oh iya, lain kita main di depan Suami kamu, saya yakin kamu pasti menyukainya. Hahaha...!" Tawa Reza, kemudian dia mengenakan kembali pakaiannya.
Reza sempat meleparkan senyuman sebelum ia meninggalkan Irma sendirian.
Bersambung Ke
Dosa Yang Nikmat Bag.13
Bersambung Ke
Dosa Yang Nikmat Bag.13
{ 0 comments... read them below or add one }
Posting Komentar
Berkomentaralah Dengan Baik yng berisi kritikan , Masukan Demi Kalangsungan Blog kita Bersama ini