Dosa Yang Nikmat Bag.13

Posted by Unknown

Lanjutan Dari
Hampir satu jam lamanya aku berdiri di sini, sendirian sambil memandangi danau yang malam ini tampak lebi tenang, di temani kicauan burung yang saling sahut menyahut di bawah sinar rembulan yang mengintip malu-malu di balik awan.

Aku mulai khawatir kalau Clara tidak jadi datang, tatkala air hujan mulai turun dengan perlahan.

Kalau seandainya saja malam ini ia tidak datang, maka aku tidak akan lagi mencoba untuk mendekatinya, karena aku tidak ingin di kecewakan untuk kedua kalinya, cukup malam ini saja aku menderita seperti ini.

Walaupun aku mengenakan jacket, tapi tak dapat kupungkiri, angin malam ini cukup kencang untuk menbus jacketku hingga terasa ketulang rusuku.

Drap... drap...draaap.... terdengar suara langkah kaki.
"Hei... Hup... aah... aah... maaf aku telat."

Aku tersenyum senang melihatnya yang tiba-tiba saja sudah berada di dekatku, aku tidak menyangkah kalau ia akan datang dalam keadaan cuaca gerimis seperti ini.

"Maaf ya, tadi masi ada pengurus jadi aku gak bisa keluar sembarangan,.please maafin aku ya." Katanya memohon, seolah ia melakukan kesalahan yang amat besar.

"Tidak perlu meminta maaf, aku malah sangat berterimakasi karena kamu mau datang kesini dalam keadaan hujan." Terangku girang, aku tidak menyangkah kalau ia akan berkorban sejauh ini untukku, sekarang aku sangat yakin kalau dia memang di lahirkan untukku, malam ini aku tak akan ragu untuk menyatakan perasaanku kepadanya.

"Iya, aku juga senang kamu mau menungguku, kupikir kamu sudah pulang."

"Aku di sini, karena aku punya keyakinan kalau kamu akan datang menemuiku." Ujarku sembari tersenyum, lalu aku memberanikan diri meraih tangannya.

"Iya... makasi!" Jawabnya malu-malu, aku membalasnya dengan senyuman. "Eh... kita masuk yuk, anginnya makin kencang ni." Sambungnya, sembari menarik tanganku masuk kedalam villa yang kebetulan tidak di kunci karena memang nyaris tidak perna di gunakan.

Aku sedikit terkejut saat dia membawaku masuk kedalam sebuah ruangan kecil, seperti sebuah kamar.

"Kita di sini aja dulu ya? Sampe hujan reda, soalnya kalau di depan aku takut kalau nanti tiba-tiba ada pemeriksaan." Jelas Clara,.seolah mengerti apa yang kupikirkan.

Dan untuk lebi amannya lagi aku mengunci pintu kamarnya agar tidak ada yang masuk,.tak lupa aku mematikan lampu agar tak terlihat dan membiarkan lampu bagian depan saja yang hidup, sehingga kami bisa mengintip dari dalam kalau terdengar suara yang mencurigakan.

Setelah yakin kami aman, aku menyusulnya duduk.di pojokan sambil bersandar di dinding kayu.

Aku kembali memegang tangannya yang terasa dingin, aku tau.dia tadi sempat kehujanan, membuatku berinisiatif untuk merangkulnya, berbagi kehangatan.

"Eh..." Katanya kaget.

"Maaf, aku pikir kamu kedinginan Ra!" Ujarku sembari hendak menarik kembali tanganku yang dengan lancangnya berani merangkul pundaknya, tapi dia menahan, dan aku sangat terkejut saat ia merebahkan kepalanya di dadaku.

"Gak apa-apa kok Dit, dengan begini kita bisa saling menghangatkan." Jelas Clara.

Aku kembali tersenyum, dan kemudian untuk menghilangkan rasa canggungku kepadanya, aku mulai bercerita ringan, dan menanyakan beberapa hal yang ia suka. Sesekali aku berhasil membuatnya tertawa dengan lolucon ringanku.

Semakin lama obrolan kami semakin serius, dia mulai menceritakan tentang dirinya, dan menceritakan kisah cintanya terhadahulu yang berakhir tragis, bahkan aku sempat kecewa ketika ia mengatakan kalau ia tidak lagi perawan karena termakan bujuk rayuan mantannya.

"Jadi kalian sudah putus?" Tanyaku.

"Iya, dia memilih temanku di bandingkan aku, dan semenjak itu aku berjanji tidak akan perna lagi mau mempercayai cowok." Ujarnya lirih, walaupun aku tidak bisa melihat pasti raut wajahnya, tapi aku yakin, pengalamannya dulu membuatnya trauma.

Entah kenapa dadaku terasa sesak, ingin rasanya aku menjadi seorang dokter untukmya, agar bisa menyembuhkan trauma yang di alaminya.

Dengan perasaan tak menentu, aku memeluknya dengan erat, seakan aku tak ingin melepaskannya, aku tidak ingin melihatnya bersedih seperti saat ini, aku berjanji, apapun yang terjadi aku akan selalu ada di samping dirinya, karena aku mencintainya dengan tulus sepenuh hatiku.

"Ra... Radit, kamu kenapa?" Bisiknya lirih.

"Maaf Ra, tapi izinkan aku menjadi pemadammu, agar aku bisa memadamkan kesedihanmu, dan aku tidal akan membuat kamu bersedih lagi, karena ada aku di sini sekarang, aku akan menjagamu, karena aku menyukaimu." Jawabku, dengan perasaan tak menentu.

"Ma... maksud kamu?"

Aku melepas pelukanku, lalu sambil menatapnya aku berujar kembali. "Kamu mau gak, jadi pacarnya aku?" Kataku, yang akhirnya nekad menyatakan cintaku kepadanya.

"Kamu serius?" Katanya ragu-ragu.

"Iya aku serius Clara." Bisikku pelan.

Lalu entah dapat keberanian dari mana sehingga aku berani mencium bibirnya, dan rekasi yang kudapatkan darinya, hanya diam membisu, membuatku menyesali tindakan bodohku yang langsung menyosor bibirnya.

Perlahan kutarik kembali bibirku sambil menundukkan wajahku, aku sangat menyesali keputusanku.

Dia meraih tanganku, lalu tersenyum sangat manis sekali dan selanjutnya, tiba-tiba ia memanggut bibirku, membuatku sempat kaget tapi aku segera menguasai diriku, dan membalas pagutannya, kamipun berciuman dengan sangat panas, membuat aku yakin kalau ia sudah sangat berpengalaman.

"Aku sekarang milikmu." Bisiknya, kemudian ia menerkam dirku hingga terjengkang kebelakang.

Sambil memeluknya aku membalas pagutannya, kini aku melakukannya bukan karena hanya rasa sayangku, melainkan karena aku juga sudah mulai terbakar nafsu birahiku, apa lagi suasana malam ini sangat mendukung.

Segera aku balik tubuhnya sehingga kini aku berada di atasnya, sembari menatapnya, aku membuka jacketku lalu di susul dengan kaos yang aku kenakan, kemudian aku kembali melumat bibirnya sambil menggerayangi payudara kirinya, aku meremasnya pelan membuatnya merintih nikmat.

"Aku mau kamu sayang." Bisik Clara lirih.

"Iya, aku juga menginginkanmu, apakah aku boleh membuka pakaianmu?" Tanyaku, sembari membelai wajah cantiknya yang memerah menahan birahi.

"Lebih dari itu juga boleh kok sayang." Jawabnya, memberiku lampu hijau untuk melakukan hubungan yang lebih jauh lagi.

Segera aku membuka kaosnya, lalu sambil kembali mencium sekujur wajahnya, aku menyingkap branya hingga menampakan sepasang payudarahnya yang ranum dengan puttingnya yang kuperkirakan agak kecoklatan.
Lalu di dalam kegelapan ciumanku turun menuju puncak payudarahnya, aku mengelumnya penuh nikmat sembari tangan kananku menarik keatas rok panjangnya dan membelai paha mulusnya yang ternyata Clara tidak mengenakan celana panjang, seperti biasa yang suka di pake oleh para santri lainnya, sehingga tak ada penghalang bagiku untuk segera menyentuh kulitnya.

Ciumanku turun keperutnya, kukecup mesrah setiap inci perutnya, lalu kusingkap lebi tinggi rok yang ia kenakan sehingga aku dapat melihat jelas kemulusan pahanya, berikut dengan kain segitiga miliknya yang berearna cream di padu dengan warna merah muda, sungguh sangat indah sekali.

Perlahan kedua tanganku memegang kedua sisi celana dalamnya, lalu dengan satu tarikan aku melepas celana dalamnya.

"Aaahkk... eeehkk... ya Dit, di situ." Erang Clara ketika aku mulai menjilati vaginanya. menghisap clitorisnya menikmati lendir cintanya yang terasa renyah untukku.

Lidaku menari-nari di lobang vaginanya, menusuknya keluar masuk, membuat Clara mengerang-erang kenikmatan, kedua kakinya mengejang-ejang sembari memekik kuat, beruntung lokasi villa yang cukup jauh dari asrama dan hujan yang turun semakin deras sehingga aku tak perlu khawatir kalau akan ada orang yang akan mendengarnya.
Kurasakan kedua tangannya menekan bagian belakang kepalaku, sembari kedua kakinya mendekap leherku, seolah dia tidak ingin kehilangan lidaku di bibir vaginanya, dan akibatnya aku kesulitan bernafas, dan beberapa menit kemudian ia mencapai klimaksnya.

"Aku dapeeeet.... " Ia kembali memekik.

Kuangkat kepalaku seraya tersenyum senang karena berhasil membuatnya mencapai klimaks. Diam menatapku dengan tatapan memelas, seolah ingin memintaku untuk segera menuntaskannya.

Aku segera melepas celanaku, saatnya untuk kemenu utama. Kubuka kedua kakinya, lalu dengan perlahan aku menindi tubuhnya sambil mengerahkan penisku di lipatan bibir vagina yang licin, sudah siap menerima roketku. Mata kami saling bertemu, seiring dengan perlahan penisku menubruk vaginanya, dia meringis tatkalah penisku mentok menabrak rahimnya.

Dengan perlahan aku memaju mundurkan penisku, rasanya nikmat sekali sambil sesekali mengecup bibirnya.

"Aaahkk... ennaaak... Ditt... ooohkk... !"

"Memek kamu sempit sayang, Eehhmm... Ooo... oo..." Erangku sambil meremas-remas payudaranya yang terasa sangat kenyal dan empuk.

Plopp.... ploppp.... plooopp... plopp....
Aku memompa vaginanya semakin cepat, membuat tubuhnya mengejang-ejang nikmat.
"Aduh Dit... enak bangeet Aah... aaah...!" Dia mencengkram erat kedua tanganku.

"Sayaaang... Aaa... memek kamu juga enak banget, dari dulu aku selalu membayangkan kita bisa seperti ini." Katakku sambil menatap wajahnya yang manis.

"Oh iyaa.... Aaahkkk... emang aku begitu nafsuin ya."

"Sangaaat.... melihat kamu dari jauh sudah bisa membuatku sangat bernafsu." Jelasku, sembari mengecup mesra pipinya, sementara Clara membalasku dengan melingkarkan kedua tangannya di leherku sambil memanggut bibirku.

Kami berciuman sangat panas, sementara pinggulku bergerak semakin cepat keluar masuk kedalam liang vaginanya, rasanya hangat dan sangat nikmat sekali, membuatku rasanya tidak ingin berhenti menyodok memeknya.

Bagiku Clara saat ini adalah wanita terbaik yang sangat aku inginkan, selain Kakak Iparku Nadia, andai saja aku punya kesempatan bisa menikmati tubuh Kakak Iparku, tentu aku akan merasa sangat bahagia sekali karena bisa menaklukan dan menikmati tubuh mereka berdua.

"Radiiit.... aku mau keluar!" Erangnya, aku tersenyum semakin cepat menyodok vaginanya.

Kuangkat kedua kakinya di atas pundakku sehingga penisku semakin lancar keluar masuk di dalam vaginanya yang sudah sangat becek itu. Dan tak lama kemudian ia mengerang kembali seiring orgasme yang ia dapatkan. Aku mencabut penisku, tampak cairan bening meleleh keluar dari lobang vaginanya.

"Aaaahkk... kamu hebaaat!" Desahnya pelan.

"Tentu saja, aku pasti bisa membuatmu puas beberapa kalipun kamu mau sayang." Ujarku sembari mengecup mesrah keningnya yang berkeringat itu.

"Hihihi... kalau begitu aku mau lagi." Katanya.

"Yakin?"

"Iya.... tapi sekarang giliran aku yang aktif." Dia mendong tubuhku hingga aku terlentang, kemudian ia mencium sekujur wajahku, mengulum daun telingaku, menbuat aku merasa sangat kegelian tapi sensasinya luar biasa.

Gila... dia sangat agresif sekali, bahkan sekarang ia melumat bibirku, menghisap lidahku tanpa perduli airku yang semakin banyak ia telan.

Kemudian ia meraih penisku, mengerahkannya tepat di lipatan bibir vaginanya. Perlahan tapi pasti, kurasakan hawa hangat menjalar di kulit penisku, membuat otot-otot penisku semakin mengeras, menikmati jepitan dinding vagina Clara yang terasa menghisap penisku.

Sambil mengulum bibirku, dia bergerak turun naik, sambil membelai pipiku, sementara aku hanya bisa memeluk pinggangnya sembari mengikuti hentakan pinggulnya.

Aku tidak menyangkah ternyata Clara begitu hebat, dia membuatku sangat kewalahan, dan membuatku harus bertahan mati-matian agar tidak keluar lebi dulu sebelum ia medapatkan orgasme keduanya.

"Sayang... kita ganti gaya lagi?" Tawarku sembari merabahi bibirnya yang kemerah-merahan.

"Bentar lagi sayang, Uuhjkk... kontol kamu enak banget, aku sudah lama tidak merasakan kontol sekeras ini, kamu membuatku melayang sayang." Katanya memujiku, membuatku merasa bangga dan semakin yakin aku belum boleh keluar sekarang, kalau tidak ia akan sangat kecewa.

Dia sangat kaget saat aku menarik tubuhnya dan memaksanya menungging seperti anjing.

"Kamu sudah siap?" Tanyaku menyeringai seperti hewan buas.

"Tentu... tusuk aku sekarang, jangan ragu sayang, aku sekarang adalah milikmu." Katanya, lalu tangan kanannya membuka lipatan pantatnya sehingga aku dapat melihat bibir vaginanya yang mereka beserta anusnga yang menggoda.

Aku kembali menekan pinggulku, hingga penisku amblas kedalam tubuhnya untuk ketiga kalinya. "Aaaarrttt.... "Dia mengerang perlahan saat aku kembali berhasil menyetubuhinya.

Lalu dengan gerakan yang cepat aku memompa penisku keluar masuk tanpa ampun, sambil mencengkram kedua bongkahan pantatnya yang sungguh sangat menggoda, sementara ia mengerang-erang kesetanan sambil meremasi salah satu payudarahnya, sementara tangan satunya lagi bertempuh di lantai menyeimbangkan bersat tubuhnya.


Aku sudah berada di ambang batas, aku sudah tidak tahan lagi untuk menumpahkan ribuan sel sperma kedalam tahimnya. Aku menekan kuat pinggulku.

"Claraa.... aku keluaaar..."

Crrooooott.... Crooott.... Crrooott.... "Kyaaa.... aku jugaaa...!" Dia memekik mendapatkan orgasmenya setelah ribuan sel spermaku tumpah kedalam rahimnya.

------------------

Aku bersandar di dinding villa yang terbuat dari kayu jati, sambil memeluk seorang gadis yang amat sangat aku sayangi, aku tidak menyangkah malam ini, selain menjadi pacarnya, aku juga telah menidurinya layaknya sepasang Suami Istri.

Hujan di luar sana perlahan mulai redah, menyisakan hawa dingin yang menembus kulitku. Walaupun malam semakin larut, tapi rasanya aku belum ingin berpisah dengannya.

"Kamu yakin?" Dia mengangkat wajahnya menatapku lembut.

"Maksudnya?" Aku berhentai membelai kepalanya.

"Eehmm... kamu tau kalau aku sudah tidak perawan lagi, apa kamu serius masi mau denganku yang kotor ini. Aku benar-benar merasa sangat malu." Katanya, sembari membenamkan wajahnya di dadaku.

Aku mengerti ini memang sangat sulit, seburuk apapun pria pasti menginginkan pasangan yang suci. Tapi... bagiku itu tidak penting, aku mencintainya dengan tulus tanpa ada maksud tertentu, aku tidak perduli masa lalunya.

Dengan sangat erar aku memeluknya, seolah aku tidak akan perna melepaskan dirinya apapun yang terjadi.

"Aku sangat mencintaimu Clara, dari awal bertemu denganmu aku sudah menyukai, bahkan sampai detik ini perasaan itu tetap sama dan tidak akan perna berubah sampai kapanpun." Kataku tulus sambil mengecup keningnya.

"Terimakasi..."

Ploookkk.... ploookk... ploookk....

"Aaahkk... Aaahkk... aku mohon jangan kasar-kasar Mas, Aahhkk."

"Anjiiiing, memek lo enak banget Fa, gue gak perna bosan ngentotin memek elo." Erang Chakra tanpa henti menggenjot vagina Lathifa yang merintih-rintih kesakitan.

"Pelan-pelan Mas, Aahkk... Oohkk... sakiiiiit."

Chakra tanpa ampun menggenjot vagina Lathifa sambil sesekali memukuli pantat dan punggung Lathifa hingga memerah, tidak sampai di situ saja, ia dengan teganya menjambak rambut Lathifa hingga gadis itu merintih-ritih kesakitan, bahkan ia meneteskan air matanya sanking tersiksanya.

Tapi Chakra seolah tak perduli, dia merasa sangat puas melihat Lathifa kesakitan, bahkan ia terlihat seperti ingin membunuhnya.

Chakra mencabut penisnya, kemudian memaksa Lathifa untuk terlentang dan mengangkangkan kakinya, kemudian dia kembali menyetubuhi Lathifa.

"Tolong Mas.... Aaahkkk... pelan sedikit." Erang Lathifa.

"Kenapa sayang, bukankah ini rasanya enak sekali hah? Memek kamu kamu enak banget sayang, gak rugi kemarin aku berhasil merenggut keperawanan kamu hahaha... kamu bodoh sangat bodoh sayang hahaha...." Chakra kembali tertawa puas, mentertawakan kepolosan Lathifa.

Sambil mengaduk-aduk liang senggama Lathifa, dia mencengkram kedua payudara Lathifa dengan sangat kencang, membuat gadis polos itu meraung-raung menangis sejadi-jadinya.

Plaaak... plaaaak.... plaaak....
Tanpa ampun Chakra menampar wajah Lathifa hingga memerah, kemudian tubuhnya bergetar hebat....

"Aku keluaaaaar anjiiiiiing." Chakra memekik kencang sambil menyemburkan lahar panasnya.

"Aaaawwww.... " Teriak Lathifa.

Seusana mendadak hening, hanya terdengar suara isak tangis dari Lathifa. Dengan perlahan Chakra mencabut penisnya 'plopps' sambil memandangi Lathifa yang sedang menangis.

Chakra memang seorang predator, dia tidak segan menyiksa lawan mainnya, walaupun korbannya sudah memohon ampun tapi ia tidak perduli, asalkan dia mendapatkan kepuasaan biolgisnya tanpa ada perasan belas kasihan terhadap korban yang sebenarnya adalah pacarnya sendiri.

Karena alasan itulah dia sekarang berada di sini, di sekolah khusus. Sebelumnya karena prilaku seksnya yang menyimpang, ia hampir membunuh mantan pacarnya, membuat mantan pacarnya kritis dan di larikan kerumah sakit Akibat ulahnya tersebut ia sempat di penjara, tapi tak lama kemudian ia di bebaskan karena pengaruh orang tuanya.

Demi kesembuhan anaknya, mereka mengirim Chakra ke Madrasa berharap ia sembuh dari prilaku menyimpangnya dan menjadi anak yang baik.

Tapi siapa yang menyangkah, prialaku seks menyimpangnya tetap tak bisa di kendalikan, sudah beberapa santri yang menjadi korbannya, dan sekarang giliran Lathifa yang menjadi korbannya, menjadi tempat plampiasan nafsu setannya.

"Ck... ck... ck..." Seseorang berdecak sambil menggelengkan kepalanya.

Reflek Lathifa dan Chakra menoleh kebelakang, dan Chakra sangat terkejut saat melihat siapa yang datang, bahkan saking takutnya ia terduduk di tanah tanpa sempat mengenakan pakaian terlebih dahulu.

Berbeda dengan Lathifa ia merasa tertolong saat melihat Ustad Reza yang entah kapan sudah berdiri di belakang mereka.

"Kalian berdua telah mencoreng nama baik sekolah, apa yang barusan kalian lakukan." Ujar Reza dengan suara datar, ia mengambil celana Chakra kemudian melemparnya, karena ia merasa jijik melihat Chakra telanjang.

"To... tolong, aku di perkosa Ustad." Mohon Lathifa sambil menutupi tubuhnya dengan pakaia ala kadarnya.

Reza menoleh kearah Lathifa, ia sangat kagum dengan kemolekan tubuh Lathifa yang masih muda, payudarahnya yang coba di sembunyikan tampak begitu ranum.

"Jangan bohong, saya akan mengaduhkan masalah ini dengan kepala sekolah, selain itu kedua orang tua kalian akan saya panggil." Jelas Reza dengan gaya yang beriwibawa, seolah ia memang seorang guru yang baik.

Keduanya saling berpandangan, dari pancaran kedua mata mereka, sangat jelas tergambar rasa takut.

"Maafin kami Ustad, saya mohooon." Ujar Chakra lirih ia hampir saja menangis.

Keganasannya saat sedang menggauli Lathifa hilang sudah, di gantikan rasa takut yang amat sangat, membuatnya terlihat bagaikan seorang pengecut.

Bahkan Lathifa sampai benar-benar menangis, sanking takutnya, ia tidak bisa membayangkan kalau kedua orang tuanya tau perbuatan zinanya, bisa-bisa dia tidak akan perna lagi diakui sebagai seorang anak.

"Maaf? Ck... ck... ck... kalian tau apa yang barusan kalian lakukan?" Reza melotot dengan tatapan amarah, membuat nyali Chakra kembali ciut. "Kalian tidak dapat di maafkan, kesalahan kalian sangat besar." Jelas Reza.

"Tolong jangan Ustad, kami bersedia menerima hukuman apapun bahkan keluar dari sekolah ini, tapi tolong jangan kasi tau apa yang terjadi dengan kedua orang tua kami." Mohon Lathifa sambil terisak takut.

"Kalian yakin mau menerima hukuman apa saja dari saya?" Tanya Reza sambil melirik kearah mereka secara bergantian.

Lathifa mengangguk lemah, ia sadar tidak ada pilihan lain kecuali menerima hukuman apa saja dari Reza.

"Iya Ustad, kami mau di hukum apa saja asal perbuatan kami tidak di aduhkan." Dengan cepat Reza menjawabnya, dia berharap bisa mendalatkan hukuman yang ringan.

"Bagus..." Jawab Reza tersenyum menyeringai.

Dan selanjutnya membuat Irma sangat terkejut bahkan ia rasanya lebi memilih mati saat ini, ketika seorang yang dianggap suci malah berbuat sekejam itu kepadanya.

Reza dengan biadabnya, membuka celananya dan mengeluarkan penisnya berdiri tegak di hadapan murid perempuannya. Sungguh sebuah perbuatan yang tidak terpuji yang di lakukan seorang guru terhadap muridnya.

"Chakra... pilihanmu hanya dua, orang tua, atau pacarmu, kamu pilih yang mana?" Tanya Reza sambil melihat kearah Chakra yang tampak kaget.

Pemuda itu terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang di inginkan gurunya. Hingga akhirnya ia menyimpulkan kalau gurunya ini juga menginginkan kekasihnya. Entah kenapa sisi liar Cakra bergejolak membayangkan wanita sepolos dan sealim Lathifa di setubuhi oleh gurunya sendiri di hadapannya.

Reza tersenyum kearah Lathifa yang semakin ketakutan, dia berusaha melarikan diri, tapi entah kenapa tubuhnya mendadak kakuh dan hanya bisa diam ketika Reza berjongkok di sampingnya sembari tersenyum menyeringai.

"Jangan takut sayang, bukannya tadi kamu bilang mau menerima hukuman apa saja, asalkan saya tidak mengadukan perbuatan kalian kepada kedua orang tua kalian." Ujar Reza, dia membelai pipi Lathifa yang sedang ketakutan.

"I... iya Ustad, kami akan menerima hukuman apa saja." Jawab Chakra yang membuat kaget Lathifa.

"Hahahaha.... bagus, kalau begitu sekarang sebagai hukumannya, tolong kamu bantu saya." Pinta Reza.

"Baik Ustad." Lalu Chakra segera mendekat, dia memegangi kedua tangan Lathifa yang sedang mendekap pakaiannya untuk menutupi tubuh telanjangnya.

Lathifa langsung memberontak sejadi-jadinya sembari menangis, dia tidak menyangkah kalau nasibnya akan setragis ini. Chakra cinta pertamanya dengan teganya membantu orang lain untuk ikut memperkosa dirinya.

Sambil menangis, ia mendorong tubuh Reza yang sedang berusaha menindihnya, ia menggoyang pinggulnya berusaha menghentikab penis Reza yang hendak mencoblos vaginanya.

"Tenang manis, ini hanya sebentar." Reza membuka kaki Lathifa hingga kepala penisnya menyentuh bibir vagina muridnya.

"Tolooooong jangaaan Ustad, Aaaww.... Aaahkk.... ampuuuun, Mas lepasin saya." Dia mengibah berharap ada belas kasihan dari mereka berdua.

Tapi usaha Lathifa sia-sia saja di hadapan kekasinya yang memiliki penyimpangan seksual dan seorang guru gadungannya yang memang dari awal kedatangannya ke Madrasya bikan untuk mendidik, melainkan karena memang memiliki niat jahat.

Tanpa bisa ia cegah, perlahan benda tumpul milik gurunya membela, menembus pertahanan terakhirnya. Ia memejamkan matanya merasakan setiap inci benda terkutuk itu menjelajahi vaginanya, yang ia bisa ia lakukan hanyalah berteriak dan mengetuk perbuatan pacarnya dan seorang guru yang seharusnya menjaga dirinya.

"Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhkkkkkkk........"
Bersambung Ke
Dosa Yang Nikmat Bag.14

{ 0 comments... read them below or add one }

Posting Komentar

Berkomentaralah Dengan Baik yng berisi kritikan , Masukan Demi Kalangsungan Blog kita Bersama ini