Jumat
Hari pertama Ina memberanikan diri membawa mobil bapaknya, karena ada teman. Masih jam tujuh Mereka menjemput Bahdin yang sudah tunggu dibawah. Marni tertawa menggoda 'asik ni yee'
Ina mendengar punya persepsi, 'asik tidur di kamar mewah' ikutan ketawa
Marni tak tahu, diam-diam Ida yang cemburu langsung pulang, tidur, tak bilang-bilang. Khas anak manja ngambek. Bahdin yang sial, no komen, karena memang tak tahu niatan Marni mengirim Ida, yang ternyata ngambekcemburu.
"Mas, Ina semalaman ngusut data, dari sampel part, bahan, komponen selama periode tiga bulan, memang terbukti di rekayasa dari disain, spesifikasi, kuantiti, budgeting, purchasing, pemakaian, apkir dan sisa"
"Kita harus memperluas sampel dan periode sepanjang tahun, seminggu dilembur mungkin kelar" Ina usul
"Sekarang Jumat, Nggak gitu neng, segera rapihkan, kasih summary, bisa email siang ini nggak. Kita bales ngerjain boss, biar dia nggak bisa week end." Cemas Marni dan Ina diajarin ngerjain direktur. Mereka belum memahami, temuan indikasi awal harus segera dilapor secepatnya bila didukung bukti awal yang cukup, tak harus menunggu detil dan lengkap.
Bahdin segera sms 'Pak ce mo lapor, segera email akan masuk"
Pak Krmin merespon cepat seusai baca email minta pemaparan besok pagi secepatnya.
Kembali Bahdin kasihan, jadwal Marni dengan anak bila besok kembali lembur, kembali rusak. Hmm tapi ...
"Mbak besok tak usah pulang, bawa anak-anak aja ke hotel, kolamnya bagus, kita meeting pagi dengan boss"
sSs
Sabtu 08.00
Marni tidak jadi pulang Jumat malam, karena besok rencana meeting. Rusdi yang mengalami minggu pertama sendirian dirumah, mulai merasakan resah. Berturut dia pulang menemukan rumah kosong melompong. Bila ada istri anak, dicuekin, bila tak ada dicari-cari, khas manusia.
Marni minta Rusdi besok ke hotel rekreasi dengan anak, mumpung gratis, sementara dirinya rapat dulu. Ditawarkan seperti itu, Rusdi tak mampu komentar, batinnya, iseng-iseng ah nginjek hotel, sekalian mau tahu bener nggak sih lembur?"
Selagi bengong, mendadak Deni, suami adiknya nongol, rupanya sengaja jemput Istri dan anaknya "Eh Den, tumben lo nongol, kapan dateng" Deni masih numpang dirumah mertua, artinya tinggal di orangtua Rusdi.
"Kemarin, belum pada pulang? Eh bener ya, sekarang Ida dapat job baby sitter?"
"Kata Marni sich gitu, dari pada harus cari baby siter baru mending manfatin Ida, toh beberapa bulan ini Ida yang ngurus Anton"
"Ber gaji?" Agak tak lazim di gaji abang seniri, dipikirannya uangnya Rusdi diberikan ke Ida adiknya.
"Iya dung.., eh tapi kayaknya hari ini nggak jadi pulang, besok rapat mendadak dihotel, gw disuruh kesana, rekreasi ada kolamnya, lo kalo mau ikut ayo, .."
sSs
Bahdin turun dapat smns dari Rusdi. DIloby standby Stefani, jadi lah Bahdin memperkenalkan.
"Stefani ini Rusdi suaminya Ibu Marni. Acara mereka berantakan karena rapat mendadak. Tolong diantarkan ke anak=anak di kolam, saya balik lagi"
Stefani berbasa basi dan mengantar dua sosok pemuda, Rusdi dan Deni yang melongo ada artis papan atas, menuntun jalan ke kolam. Postur tubuhnya yang tinggi ditambah high heel, tampak sangat eksotis, class eksekutuf, bagi pandangan playboy kampung yang terbiasa dengan dandanan casual.
"Pak Rusdi, kalau pesan apa, billnya sebut kamar yyy dan Stefani nama saya, saya standby di loby" Stefani tak kalah hormatnya pada suami Ibu Manajer pabrik. Pupus syak wasangka Rusdi, demikian juga Deni, ibarat acara kondangan, penunggu pintunya saja, beningnya nggak ketulungan, benar-benar ada rapat penting.
Anak-anak sedang main air dipagi yang cerah, langsung jejeritan melihat para bapaknya pada datang.
Bahdin kembali ke suite, Ina sedang presentasi temuan awal. Marni mengkonfirmasi dari data administrasi pabrik yang dia tangani. Karmin menghela nafas, pantasan modusnya tak terdeteksi, melibatkan tiga bagian di tiga direktur lain. Bagian akuntansi dibawahnya yang memfinalkan. Ini agenda prioritas rapat direksi darurat.
Karmin instruksi, temuan awal cukup dulu sampai disitu, fokus ke hal lain, terutama rutinitas bagian accounting. Selanjutnya Marni dan Ina, masing-masing diajak ngobrol ringan, mencoba mendalami karakter dan kepribadian, Karmin puas, dan membulatkan keputusannya memilih alternatif nyeleneh usulan Bahdin.
Terakhir dengan Bahdin, sengaja Karmin beri instruksi via Bahdin, karena dia yang tahu gambaran besar sejak awal, jadi tak perlu dirinya harus instruksi panjang lebar bila langsung ke ybs. Terutama semuanya adalah alternatif nyeleneh dri Bahdin, jadi dia yang harus ngerti detailnya..
"Bagus kerja mereka, cepat deteksi dan cepat lapor. Tampaknya Marni sudah bisa mapan. Bilangin ada kemungkinan diundang rapat direksi, pemaparan hal tadi"
"Boss beruntung ada tips dari Stefani"
"Dua minggu ini kerjaan Lexi ditakel Widodo, sudah saya instruksikan cermati keanehan, tapi tak ada laporan padahal stafnya banyak? apakah tak becus atau kongkalikong? Selama ini dia solid. Tampaknya hanya usul anehmu yang bisa jalan. Segera saja Ina ditarik"
"Pasang aja Pak jadi asisten sekretaris, kedok sehingga tak mancing pertanyaan"
"Betul juga, sekretaris dua, khusus alur berkas accounting yang saya takel langsung. Bagus idemu, tapi ada kendala, Stefani bisa dipercaya?"
"Bisa dong, saya garansinya, jangan lupa tips stefani mengarahkan mereka fokus pada arah yang benar. Kalau tidak, sebulan juga belum tentu nemu. Kalau ada hal khusus bilang aja, saya udah baca sinyal dia boss" Bahdin nyengir.
"Bukan itu masalahnya, Sejak sinyalemenmu dulu, saya curiga, modus secanggih ini ada dalangnya, sehingga bisa melibatkan banyak departemen. Sekretaris pun bisa dipasang jadi kibus (kaki busuk). tapi kalau kau bilang, ok, ya wiss, saya temani tamu dulu ngegolf " Karmin basa basi langsung kabur. Hak prerogatif boss.
Stefanie menyambut Karmin dilift mendampingi ke loby luar, menunggu mobil. Karmin mengangguk puas, mengetahui sekretarisnya kontribusi tanpa diperintah di hari libur
"Ada yang perlu saya siapkan?, kata nya Bapak menemani tamu golf, perlu saya standby"
"Hmmm handicap kamu gimana?"
"errrr ..."
"Kalau sudah tahu baru dampingi saja jamu tamu, koordinasi saja dengan Bahdin" Phrasa terkahir ini, kritikal bagi Stefani yang sudah pengalaman dijajaran direksi, sebagai instruksi.
sSs
"Mbak, Rusdi dan Deni sudah dibawah tuh, anak-anak lagi asik nyebur, nanti biar saya lanjutkan dengan Stefani dan Ina"
Ketiganya bercengkrama menunggu Stefansi,
Stefani datang membawa dua kunci, dengan nomor lantai agak bawah, kamar deluxe.
"Silahkan Bu Marni, Spa aromatic disini terkenal lho bu, kalau mau coba bisa saya temani.
Sepeninggal Marni, Ina bingung tak tahu mau apa, tak akrab dengan Stefansi, dan silence is golden. Sebaliknya stefani tunggu instruksi Bahdin.
"Ok, gini, saya cuma pengantar selanjutnya terserah. Stefani permintaan lo udah dipertimbangkan, tips lo bernilai tinggi."
Pertama, Sekarang lo yang senior bisa kompak dengan Ina yang junior? Urusan admin lo yang kuasa, urusan teknis lo subordinasi. Dimata publik, Ina junior lo" Subordinasi yang dimaksud bukan bawahan, tapi kolega tim kerja pengaturan pembagian tugas. Ina yang atur pembagian tugas.
"Bu Ina, saya siap menjalankan instruksi Ibu" Ina kagok mendengar sekretaris senior yang eksekutif menawan ini patuh pada dirinya, yang new comer.
"Kedua, Ina jangan pernah lupa tentang loyalitas, demikian juga dg lo Stef. Berdua mutlak kompak, demi strategi Karmin sukses. Karena sangat rahasia, lawan terlalu kuasa dan jumlah banyak, kalian cuma berdua dikantor pusat, jangan sekalipun percaya penuh pada yang lain, hanya kita berempat"
Stefani dan Ina mengiyakan
"Ketiga, segera lo ajukan kebutuhan peralatan, furniture dan mutasi, Ina pindah sementara sebagai sekretaris 2, khusus tangani berkas accounting yang besok mulai langsung ditakel boss, tidak lagi Widodo. Kalau sudah siap Ina langsung urus kerjaan tsb. Rasanya tak perlu lagi meeting diluar, dengan lo bisa gabung"
"Keempat, secepat mungkin lo brief Marni non teknis kalau dipanggil rapat direksi"
"Kelimam silahkan dibahas berdua detail teknisnya, saling berkenalan, barang kali ada yang ganjalan, saya on line sebentar. Kalau hal itu udah beres, saya lanjutkan dengan hal khusus." Bahdin kekamar, cuek saja, langsung tidur, sedari tadi sudah kepengen merasakan kembali nikmatnya kamar orang kaya. Membiarkan kedua gadis berdiskusi.
Keduanya cepat akrab, membahas berbagai arahan tadi, disamping keduanya berkepribadian menarik dan ramah, kecerdasan menyadari masing-masing mutlak memiliki sekutu yang dapat diandalkan. Tak terasa dua jam berlalu, menjelang jam satu. On line kok lama. Ina Stefani melongok kekamar, mendapatkan Bahdin sedang tidur keenakan, menebus tekor tidur kemaren.
"Kirain on line beneran" Ina pura-pura galak mengambil bantal guling memukuli membangunkan. Ina lupa arahan Karmin tentang skill teknisi pabrik nyolong istirahat, karena sayang menunjukkan mesra.Untunglah sudah dua jam, jadi cukup untuk charge staminanya.
Bahdin kucek-kucek mata "Gimana ada pertanyaan?
"Mas bagaimana kalo gini...gini...gini..." Ina masih ragu akan beberapa hal
Stefani juga bertanya hal lain.
"Kalo kalian yang sarjana ibukota aja nanya? lalu gw yg cuma STM dikampung tanya kesiapa ?" tau ah gelap"
"Lho tadi katanya suruh tanya" Ina protes
"Ngajarin, kalo meeting bos mengundang pertanyaaan, kalian diharapkan tidak bertanya, harus sudah tahu atau punya gambaran. Bertanya itu buat staff yang mediocre dan oon, kalian kan andalan, jago pilihan. Kalian yang jawab pertanyaan orang oon." Ina dan Stefani heran menerima teori nyeleneh.
"Kalau ngeblank artinya kalian tidak siap mengkuti rapat, jangan sampai terjadi. Kalau terpaksa bertanya, susun kalimat yang jawabannya ya tidak, wong boss dan kita sama digaji, jangan persulit, bantu boss dung, permasalahan dia lebih parah dari kita. Boss lebih banyak bingungnya dari kita. Pura-pura aja dia sok ngerti. Jangan sampai kalian tanya boss nggak bisa jawab" mulai rada terbuka diajari trik jadi atasan.
"Kalau ditanya, langsung ajukan solusi, alternatif a, b atu c yang mungkin dan rekomendasi yg paling suka." Usahakan Boss kerjanya manggut atau menggeleng, dan cepet pergi, main golf.
"Sudah paham, masih ada pertanyaan?" Ina masih mau bertanya...di pelototin, tak jadi tanya "bagus...Masalah teknis sudah selesai, sekarang masalah non teknis.
"Kalian berdua wajib kompak tanpa reserve, tanpa ada rahasia. Paham? Keduanya saling melirih dan mengangguk. "
"Errr ...belajar tenis errr golf.. Stefani tu makan resmi ?"
"Table manner"
"Nah itu, Ina mungkin sudah biasa tapi Marni belum" Yang penting tiga urusan itu, gw jangan sampai diajak, amit-amit."
"Stefani kalo soal penjiwaan dan teknik lo boleh belajar ama Ina, Sebaliknya Ina bisa belajar teknik pendekatan, pancingan dan respon tubuh" Keduanya binggung, entah Bahdin ngomong apa maksudnya, tapi teringat tadi, menahan bertanya.
"Udah, gw kebawah dulu, sohib datang."
sSs
Bahdin turun, menemukan dua pasang keluarga sedang asik main air.
"Hooi pren, nyebur"
"Oggah ah... begadang semalam"
Ada lelaki pencuri hatinya, Ida kian pasang aksi mesra dengan suaminya didalam kolam. Mungkin mo pamer. Marni terpaksa ngurusin dua balita cibang-cibung, karena Rusdi beranjak dari kolam, mengajak Bahdin ke Bar.
Sudah lama keduanya tidak ngomong bebas, tak terkait dengan hutang. Keakraban dua sahabat lama pulih, ngobrol sembari menunggui yang main air. Marni, sangat refreshing bisa sepuasnya bermain dengan anaknya. Diseling makan siang, dasar wong udik, panas benderang, tak menyurutkan anak-kecil nyebur di kolam.
Setelah sesiangan bernostalgia,
"Gue cabut ah, cape lembur terus ngurusin bini lu" kalimat yang punya makna ganda. "Tuh ada tiga kamar buat diinepin, hangus kalo nggak dipakai"
Diinformasikan demikian, Rusdi setengah menyeret bininya kekamar, menemukan kamar bintang lima, kian bangkit gairahnya, bak dulu saaat berbulan madu. Tak perlu diceritakan Marni melayani tak sepenuh hati.
Menjelang gelap, Ida menyeret dua anak paksa keluar dari kolam. Memang tugasnya membersihkan anak, dibantu suaminya kedua balita segera rapih. Bingung sejenak, karena hari mulai gelap. Kebingungan ditangkap waitress yang sudah dapat instruksi manajernya memperhatikan khusus rombongan ini, corporate client terkemuka. Diantar menuju kamar yang sudah disediakan.
Anton dan Ida, menemukan mainan baru, bed kamar mewah, langsung main loncat-loncatan. Sama seperti pasangan Ridwan, bangkit membubung gairah Deni, menghajar bininya di bath tube, sedari tadi sudah konak di kolam, menahan-nahan.
Berbeda Stefani dan Ina, keduanya cekikian memanfaatkan Spa, Sterfani menularkan Ina memanfaatkan fasilitas tanpa perlu kocek kantung sendiri. Sesuai arahan Bahdin keduanya mengakrabkan diri dengan cepat, malam keluyuran di mall.
Bagaimana tokoh kita?
Baru saja sampai dirumah, magrib, kelaparan mampir dulu di warung tetangga pesan indomi telor. Tunggu lama kehabisan telor beli dulu di warung lain. HP nya bunyi, Ina menelepon dari mall menungu Sterfani sedang coba sepatu, tapi gang di kampung berisik, kurang jelas, hanya terdengar mbok warung teriak pakai sambal tidak?" Di kuping Ina, seolah Bahdin sedang bersama cewe, tak inggin mengganggu di matikannya. Melanjutkan ngukur luasnya lantai mall.
Baru sebentar tidur, mendadak ada call di pabrik, genset 2, panasnya tak normal. Buru-buru meluncur. Memang sebulan ini, perhatiannya pada bini-bini tuanya, banyak berkurang. BIni tuanya adalah deretan genset dan mesin pabrik, yang dielus-elusnya tiap hari. Begitulah, kurang dielus, langsung ngambek, batuk-batuk, tak kalah dengan perempuan.
Secara biaya, perusahaan mengeluarkan biaya tinggi perawatan, tetapi banyak bocor, kolusi. Orang bawah seperti Bahdin selama-bertahun-tahun lepas dari perhatian orang, menjaga asset dengan penuh kasih sayang. Kalau teknisi lain melihatnya seperti paranormal, baru lihat dan dengar, langsung jitu menebak masalah. Manajer junior memandangnya sebagai penolong diomelin atasan.
sSs
Mingu pagi, tanpa perjanjian, Ina meluncur ke rumah Bahdin naik taksi, kecewa menemukan rumah kosong, kemana sih kok tak bilang2. Niat memberi surprise berubah drastis menjadi kesal, kekesalannya mendadak berlipat ganda mengingat semalam di call ada suara perempuan. Muncul syak wasangka, normal kaum wanita yang menggasihi, merasa memiliki. Pulang menimbun amarah, mengalihkan energi pada kerjaan, apalagi memang rumah sepi, diharapkan nanti malam baru Marni tiba dengan Ida dan anak2, dari hotel.
Malam, dikamar menidurkan Anton dan Ida, baru terungkap, Ida mencetuskan Bahdin ngamar dengan perempuan saat hari kamis. Ida tak mengenal sosok Stefani.
Ditimpali Ina, Sabtu juga bersama perempuan. Apalagi minggu rumah kosong. Pasti jalan dengan cewe lain. Ida mengembangkan saran, kalau dengan perempuan nggak bener bisa bawa penyakit. Ketiga perempuan ini tertimpa sedikit permasalahan mengembangkan prasangka yang aneh-aneh. Memang ekstreem, sangat mesra atau sebaliknya sangat cemburu.
Ina dan Ida, menyusun kalimat dengan hati-hati, agar tidak saling ketahuan mereka berhubungan intim dengan Bahdin, melainkan hany hubungan silatuhrahmi. Hal yang fatal karena mengarah pada persepsi yang menyimpang.
Perlu diketahui, sampai detik itu, relasi Bahdin Ida, Bahdin Ina adalah 'need to know basis', Marni tak merasa perlu menjelaskan pada keduanya, mereka semua idem.
Didera informasi dari dua sumber terpercaya, galau hati Marni.
sSs
Senin, seperti diduga, selain beban pekerjaan rutin, minggu ini adalah mengkarbit Ina pada posisi baru di pusat. Stefani sedang berkutat menyiapkan segera funiture. Mengsms group 'Sesi besok ditunda karena boss masih menemani tamu'.
Bahdin yang tertidur di pabrik sejak semalam, menerima sms Stefani dengan lega, bisa fokus pada genset 2 yang bikin ulah. Bagi Bahdin, urusan Ina dengan persetujuan Karmin masuk pusat dengan kedok sektretaris dua, sudah cukup. Demikian juga tentang Stefani. Ditambah mesin berulah, tak punya waktu, membelai Manajer baru.
Tak dijenguk seperti biasa oleh Bahdin, keduanya terikut jual mahal. Marni positif thinking, biarlah sedang asik cewe lain (yang dipergoki Ida) . Demikian juga Ina yang meredam emosinya dengan fokus persiapan diri.
sSs
Sesi berikutnya, Kamis, karmin instruksi Bahdin seminggu off, karena dapat sms Bahdin, genset bikin ulah. Sesi kamis itu tak memancing perhatian, di ruang rapt bertiga, Marni on-line. Sejak Rabu kemarin, Ina sudah menduduki meja di seberang Stefani. Ratusan staf empat lantai dapat isu baru, sosok pegawai baru very cute.
Bila direncanakan, Jumlat malam Marni dan anak pulang, khusus minggu ini berbeda. Ida dan anak pulang, terutama karena eyangnya kangen, sudah dua menggu tak ketemu cucu. Tak lupa memberika Ida tiga amplop, satu untuk honor, dua untuk sangu anak jalan dengan eyang, tiga untuk dapur alias jatah Rusdi.
"Stefani dan Ina datang malam dengan agenda 'kursus kepribadian' Marni menghadapi dewan direksi. Rapat sudah di skedulkan Rabu siang, dengan mengundang Manajer admin pabrik.
Ketiga wanita anggun mempesona ini, cekikikan saling menularkan ilmu kewanitaan terkait kantor. Tak cukup malam itu, dilanjutkan Sabtu ke salon perawatan wajah dan merubah tampilan, Minggu belanja melengkapi pernik-pernik.
Praktis sejak Kamis minggu lalu, bara api asmara mendingin dengan cepat. Bahdin tak kepikiran apapun karena bini tua genset sedang ngambek.
sSs
Rapat Direksi, berlangsung sangat positif. Seminggu sebelumnya setelah paparan Ina, Karmin meneruskan laporan temuan awal Marni cs ke CEO, presdir, yang diteruskan ke Internal Audit. Rapat Direksi menunggu internal audit mengkonform. Sengaja bukan Ina yang memaparkan, tetapi Marni. Karmin mengingingkan penempatan Marni di restui direksi lain, karena tak lazim.
Paparan Marni, singkat dan mudah ditangkap. Entah mungkin akibat Stefani dan Ina sbg koncultan kecantikan, penampilan wanita anggun ber seragam pabrik, mencolok diantara tujuh direksi dan undangan lain. Paparan tersebut dikonfirm oleh internal auditor.
Karmin menambahkan tim kecilnya yang dipimpin Ina, sudah melebarkan periode penelitian atas sampel, lima tahun kebelakang, dengan hasil senada. Workgroupnya akan segera menyerahkan ke IA untuk melanjutkan, dan memfokuskan pada pencegahan kedepan.
Direksi menerima Marni di posisi baru, juga karena ditambah aspek gender, langka manajer wanita. Apalagi pesona dan keayuan Marni menimbulkan warna baru. Banyak wanita cantik, tapi yang cerdas sedikit, cedas dan berkpribadian amat langka. Selain itu juga sudah tertanam nama baru Ina, leader tim kecil Pak Karmin.
Ketiga wanita anggun pesona itu, merayakan prestasi itu dengan toast, minuman soda. Marni dan Ina belum bisa menikmati minum wine. Ida menemani anak-anak mainan di kidzania. Bagaimana tidak bangga dalam waktu singkat angan-angan ketiga wanita itu, masing-masing terpenuhi.
Sore itu juga khusus mencobai Camri yang sudah dua hari datang tanpa Marni bisa pakai. Tidak mudah Marni menemukan supir yang cocok dengannya. Personalia pabrik tidak punya data driver, wanita apalagi lancar inggrisnya.
"Untung Stefani sudah ngajarin banyak hal, terutama cara bicara harus berani menatap tajam sedikit sendu, perhatian penuh tapi submisif. Sampai cara pegang cangkir wah... Sebenarnya grogi bener??
"Hi..hi...hi.. kalo tak ngajarin, saya bisa dimarahin Bahdin
"Iya mbak, Bahdin kasih instruksi banyak, salah satunya itu. Saya juga banyak diajarin aneh-aneh. Hmm yang lain, tennis dan golf, kita wajib belajar"
"Ooo mas Bahdin tooh yang suruh, saya kira Dik Stefani yang...
"Wah mana saya paham trik... Ok dee, sekarang gantian saya yang minta diajarin Ina, itu kemarin dibilang Bahdin: 'penjiwaan dan teknik'
Fokus Marni dari Bahdin bergeser ke konsul Ste, "apa itu?" Ina menjawab tak mengerti
"Ceritanya panjang, pokoknya untuk mengamankan posisi saya, skill pijat dan pijat plus harus meningkat, hand job dan blow job. Penilaian mas Bahdin, ada kelemahan mendasar yang bisa saya pelajari dari Ina, penjiwaan dan teknik"
"Oooo HJ dan BJ, saya learn dari mbah gugel" Ina menjawab, merah merona
Marni berujar , "kalau dia bilang begitu artinya kedua teknik kalian sudah dibandingkan?, Ina lebih disatu hal, Stefani di hal lain, kalian harus saling belajar, Lho selama ini kalian seruangan apa tidak ngomongan"
"Saya nggak ngerti dia ngomong kerah mana, mau tanya, tidak boleh"
"Hii...hi...hi... kasihan dia saya paksa jadi boneka percobaan... Benar omongannya, cowo saya selalu muji saya hebat, tapi belum tentu benar, bisa malu-maluin kalo tak becus ama boss, malah bakalan di mutasi"
"Kalo gitu lain kali kita praktek bareng yaa" Ina bangkit binalnya.
Percakapan yang mulai menjurus parno terhenti, Ida kembali bersama anak, yang langsung menyambar ice krim yang sudah dipesan di meja sebelah. Ada kesempatan "Mbak itu cewe yang bersama mas Bahdin di hotel" Ida berbisik. Stefani selaku cewe peka, juga bangkit kesal kok ada cewe mendadak asem mukanya.
Marni yang paling bijak tentu merasakan suasanya mendadak sensi (sensitif). Wah ada masalah yang tak perlu, karena keterbatasan informasi. Akhirnya menjadikan diri Don mafia, mendudukkan ketiga perempuan itu se meja. Mengetuk meja dengan gelas, tanda serius. Akhirnya ketiga wanita lain tersadar, mereka berempat yang menjadikan diri sendiri kekasih bahdin, untuk memanfaatkan lelaki itu. Kok malah saling jaga image? dan menimbulkan curiga? bahkan cemburu?
"Kamu saya suruh temani Mas, malahan pulang?"
"Iya kak, habis tak enak ada mbak ini" Ida malu-malu
"Hi..hi...hi...." waduuuuh kasian bener dia, rasaiin...padahal praktik berulang-ulang, udah ke ubun2 tuuuu, saya segera kabur karena ada mbak" Stefani yang berjiwa bebas, terbuka memapar informasi parno "Saya aja buru-buru pulang, panggil cowo saya"
"Lha waktu Sabtu, berenang setelah rapat, bukannya dengan Ina dan Ste"
"Nggak lah, kami Spa, malam sempat saya telpon ada suara cewe, tapi besoknya Minggu
saya ke rumahnya kosong, saya jadi panas sendiri" Ina mengaku ""Sejak itu saya cuekin"
Berempat, bangkit rasa bersalah. Pesta kecil keberhasilan ini tidak dihadiri dalangnya. Menghela nafas. Marni menelepon "lama tak diangkat ...." ketika disahut terdengar suara berisik suara gemuruh mesin. Berteriak halo, halo, tak jelas omong apa, tampaknya sedang urusan mesin, padahal sudah lewat jam sembilan malam.
"Besok pagi saya cari tahu"
Masih segar dalam ingatan Marni awal perjuangan masuk kerja, boncengan gratis menembus dinginnya pagi, disiksa angin malam serta segarnya asap knalpot. Ida mengingat saat anaknya kritis, dan juga Ina bertahun jadi operator honorer data entri.
Pesta mendadak terasa pahit.
sSs
Keesokan pagi, informasi yang didapat adalah, seminggu ini sedang overhaul genset, teknisi shift non stop. Supervisor tak ada yang pulang. Marni meneruskan informasi itu. Dirinya tak ingin mengganggu hanya tinggal pesan sms, jaga kesehatan.
Seminggu berlalu, semua disibukkan kegiatan sendiri. Ina kian mapan memposisikan dirinya bertindak atas nama Karmin. Bila awal-awal Karmin direpotkan dengan interupsi Ina, hari belakangan ini, sudah tidak lagi, Ina sudah bisa lepas mandiri menjalankan tugasnya. Lexi juga sudah pulang medikal ceknya, dan mengajukan pensiun dini. Kehebohan muncul.
Manajer lain dibawah Karmin, mulai kasak kusuk, termasuk juga manajer accounting dari unit-unit lain. Personalia pusat menjalankan prosedur, setelah sebelumnya menghadap Karmin, yang hanya kasih petunjuk, segera ajukan short list dan siapa yang ajukan rekomendasi. Karmin ingin gail 'clue' dalang yang masih ngumpet. Ditangannya sudah ada daftar manajer berindikasi dan yang merekomen.
sSs
Seminggu tak ada berita, ketika dirasa luang, Marni meluangkan berbasa basi mengunjungi manajer2 lain dipabrik. Manajer teknik ada pada daftar nomor 4, setelah ramah tamah, menanyakan overhaul mesin, terakhir menanyakan Bahdin, yang dijawab cuti sakit keseleo kakinya jatuh dari tangga. Mungkin karena seminggu mengawasi overhaul terus menerus kelelahan fisik mengakibatkan lengah. Manajernya meyangka paling di rumah. Marni terbit khawatirnya karena tahu, seminggu Bahdin tak pulang.
Kejadian sebenarnya berbeda, ada staf yang kalap bisnisnya terpotong efek bersih-bersih manajemen baru, dimana terjadi beberapa pergantian suplier. Selama ini perusahaan membayar harga kw1 yang darang kw3, yang menyebabkan mesin sering bermasalah dan teknisi sejenis Bahdin pontang panting lembur.
Setelah admin pabrik efektif menjalankan tugasnya controler, suplier non branded atau sekedar pedagang tersingkir otomatis. Barisan Sakit Hati yang selama ini menikmati pelicin agar tutup mata, kehilangan pendapatan. Ada yang kalap mensabotase Bahdin, untunglah hanya pergelangan kaki keseleo.
Tikus di pabrik bermunculan, secara rahasia menghindari riak, disapu tim bersih2 dari Dewan DIreksi, Bahdin diminta untuk sementara istirahat agar pulih menunggu selesainya tikus dibersihkan.
Bahdin memiih tidak pulang ke rumah, tetapi kembali ke kontrakan masa mudanya errr masa remaja nya dulu, di Timur Jakarta. Area padat tidak tertata, ribuan rumah bedeng atau kontrakan semrawut. Setengah mengusir kawannya yang menempati kontrakannya dulu, yang iklhas melihat sohibnya kuyu dengan kaki keseleo.
Didaerah ini Bahdin jauh lebih familiar karena banyak kenal dengan warung, jajan keliling, tukang sayur, pemulung.
Dikontrakannnya ini, adalah tempat yang dirinya paling betah, karena dianggap anak angkat oleh enyak tua pemilik 12 pintu dengan buka warung nasi. Kembalinya penghuni lama disambut gembira. Yang membuatnya disukai, berbeda dengan penghuni lain, Bahdin tak pernah hutang. Kalau kontrakan selalu bayar tiga bulan didepan. Demikian juga warung nasi, bayar sebulan didepan. Tetangga kiri kanannya pun, kalau kepepet hutangan sudah lewat plafon, sering ditanggulanginya.
Ditempat ini, fasilitas buat yang mengetahui sangat lengkap, tukang urut kampung segera datang menangani keseleo dan masuk angin. Tak kalah dengan rumah sakit, pergelangan kaki, dibalut erat dengan perban khusus, mencegah bergerak, kruk dipinjamkan. Kebutuhan rutin ada yang bantu belanjakan. Service menyaingi hotel bintang lima.
Jaringan hanya ada opertor tertentu, dan kalau hujan jalan banjir, dan harus memutar jauh. Hanya kenalan lama Bahdin yang tahu domisilinya ini. Pak Karmin diinformasikan insiden diatas dan domisili sementara kembali ke tempat dulu, tahu lokasi tersebut, karena dulu pernah berkunjung dalam rangka mengenal lebih jauh para kepercayaannya.
Jadilah para kekaih baru Bahdin resah, kekasih hilang ditelan bumi.
sSs
Sementara, Marni dapat supir pinjaman, berbarengan dengan mencari dan try out supir baru yang cewe, hanya sebatas hari kerja. Sabtu Minggu direncanakannya tak dibawa pulang, titip di rumah Pak Broto, kaena tak punya garasi dan tak ingin supir kantor tahu domisili Ibu Manajer, bisa merusak prestise.
Tetapi dasar Rusdi, mendadak keren, tahu bininya dapat fasilitas, jumat malam tanpa malu menjemput untuk niat coba sedan baru. Keengganan Marni ditepis Rusdi, bisa parkir dirumah. Sudah lama garasi kosong tak diisi mobil.
Ida punya kegiatan baru, setiap pagi mengantar anak-anak ke pre school. Kecintaannya akan anak membuatnya ringan tangan membantu dan mulai dilibatkan oleh pre school tersebut. Suaminya Deni yang menunggu musim order panggilan musik di perkebunan, seolah kembali kemasa lalu ngapelin pacar tiap malam, sembunyi-sembunyi dimata Keluarga Broto dan Marni.
Ina kian mapan menjalankan perannya, mungkin 70% sudah lancar menghandel kerjaan teknis. Ambisi dan tenaga fresh membuatnya seolah tak kehabisan stamina, sabtu minggu lembur terus. Seaku sekretaris baru, cantik, singel, mendapat kesibukan khusus, melayani atensi para pengagum, baik itu sekedar iseng, mancing, pemburu wanita maupun yang benar2 jatuh hati. Untunglah ada sekretaris satu yang langsung mengenali beragam gaya permainan usang.
Sebaliknya Srefani merasa aman, karena sudah masuk dalam payung atau circle Karmin.
Bagi Karmin, semua tampak seolah berjalan mulus, tetapi dirinya masih khawatir Tokoh atau dalang yang merancang belum terdeteksi, hanya terdeteksi sebatas level menengah.
sSs
Semua terjebak pada kesibukan. Sebulan berlalu, kehebohan dan gejolak perlahan mereda dengan tersingkirnya beberapa posisi, berdasar hasil pemeriksaan Internal Auditor. Sesi mentoring berjalan terus, minus kehadiran Bahdin.
Stefani yang dapat tugas tambahan menggali latar belakang informasi kandidat kandidat manajer baru, terutama siapa yang mengusung atau merekomen kandidat tersebut. Melaporkan progressnya saat sesi mentoring
"Pak, empat sekretaris yang lain sudah saya dekati tampaknya tak mengeluarkan rekomendasi atau punya perhatian khusus terhadap penunjukkan pejabat baru, masih dalam batas normal. Tinggal satu sekretaris Direktur Bus Dev, yang agak sulit saya dekati karena paling senior"
"Ok, bagus.." Dalam benak Karmin sudah ada kecurigaan kesana, informasi tadi sekedar tambahan indikasi yang tak bisa dijadikan dasar tindakan
"Kalau saja ada Bahdin saya mo minta tolong bantu mengorek info, karena tampaknya dia pernah menyinggung ingin kenal Bahdin, tapi entah apa motivasinya tanya?"
"Lho kenapa Bahdin tidak dipanggil saja?"
"Sebulan lebih, tak bisa dihubungi. Ibu Marni yang di pabrik saja tidak tahu, padahal sudah tanya sana sini" Ina menyahut
"Lha memang dia sedang istirahat, pergelangan kakinya retak"
"Bapak tahu keberadaan Bahdin? hape nya tak aktif "
"Pasti belum pulih, itu anak kalau pulih pasti datang sendiri, mana betah dia dirumah. Kemarin saya perintah stanby istirahat, karena dipabrik juga sedang proses penindakan"
"Tapi dia tidak ada dirumah" Ina mengejar, cemas
"Kalian tidak tahu tempat tinggal lamanya, di daerah Cipinang?, hmm pakai supir saya saja, dia tahu jalan, saya sendiri tahu daerahnya tapi gangnya ribet"
"Baik pak, saya besok masuk terlambat, coba jenguk dan koordinasikan rencana Stefani" Rencana Sterfani dijadikan alasan, padahal Ina mendadak nelongso tahu baru tahu Bahdin cidera setelah sekian lama.
sSs
Dalam perjalanan Marni dan Ina, menyadari mereka sama sekali tak tahu apa pun tentang Bahdin, asal usul, latar belakang, kelaurga dan lain-lain, bahkan domisilinya pun tidak. Pak Karmin yang direktur malahan lebih tahu.
Marni dan Ina ada kesamaan, peka dan tahu diri. Terlebih Ina beroleh didikan budi pekerti trah yang baik, sebaliknya Marni berangkat dari kesulitan hidup. Keduanya merasa tak enak, apalagi baru tahu pergelangan kaki retak. Dulu Marni dapat info keseleo. Ketidaktahuan dan boleh dibilang ketidakpedulian menimbulkan perasaan bersalah.
Parkir mobil lumayan jauh, dua sosok wanita eksekutif anggun mempesona menyusuri gang cor beton, memancing perhatian warga yang mayoritas kelas buruh. Biasanya yang dipelototi warga adalah pegawai koperasi kedok rentenir, kali ini sepasang cewe eskekutif yang dikawal supir Karmin pensiunan kopasus. Berhati-hati keduanya melangkah high heel nya tidak nginjak kotoran kambing.
Supir Karmin pun rada kagok, karena sudah lima tahun banyak berubah, makin banyak kontrakan dibangun. Hari masih jam 10, ketika akhirnya sampai. Marni langsung mengenali motor butut. Enyak warung yang dikenal supir, langsung tereak memanggil Bahdin. Kalau yang datang koperasi pasti diumpetin, tapi karena ada dua bidadari, enyak langsung memanggil. Enyak menunjuk pintu, yang dibuka, sosok kurus memakai kruk, dengan pergelangan kaki dibalut.
Penuh emosi dan rasa bersalah, keduanya dipersilahkan masuk. Sangat kerepotan melepas hak tinggi, dan duduk karena rok span menyulitkan duduk dikarpet, ruangan cuma bufet dihiasi tv. Bahdin pun masih susah untuk duduk. dilantai, harus meluruskan sebelah kaki.
Lazimnya dikampung, ada pendatang baru apalagi cantik sensasional, mengundang penghuni lain pada keluar, sok mau tahu. Keduanya terdiam tak bisa ngomong apa-apa ditontoni, untunglah Enyak datang membawan teh dan mengusir anak-anak yang mulai gerombol, dengan teriakan betawinya yang syahdu.
"Wah dijalan nggak ada yang gangguin"
"Tidak ada mas kenapa?" Ina keheranan
"Ada dua putri menawan keluyuran dikampung, bikin bidadari minder, apa nggak diusilin anak muda nongkrong?,
"He..he..jalan ama kopasus"
"Walaupun... godaannya yang nggak nahanin" Bahdin mengagumi pesona keduanya yang sekarang tampak perfect, rambut dan model potongannya yang pasti bukan dari salon kampung
"Jangan salahkan mereka kalau lupa diri terkagum-kagum, siul, usil atau pasang jampi, yang satu ayu kharisma keibuan dan strong leadershinp, yang satu lagi cantik memancar keanggunan aristokrat "
Terbang kelangit ketujuh keduanya dipuji demikian elegan oleh teknisi pabrik.
"Ah mas gombal Ini pelajaran dari corporate leader" Ina merendah, "Selaku pemimpin, mbak Marni harus bisa menjangkau keseluruh anak buah, menghilangkan hambatan atau sekat, baik pskis atau fisik. Kalau urusan aurat itu terpulang otak masing-masing karyawan yang punya mata."
"Mas, kok nggak nelpon?"
"he..he..he... nggak ada sinyal, disini cuma ada im3"
"Selama ini siapa yang merawat"
"Wah disini banyak kenalan, ada enyak, tukang urut kseselo, tetangga, abg nya gampang disuruh aman terkendali"
Marni menyadari dirinya sama sekali buta tentang Bahdin, sebaliknya Bahdin kenal dirinya sejak masa remaja. Pembicaraan bergeser ke kaki retak, yang sekarang berangsur sembuh. Mungkin kembali aktif seminggu dua minggu atau ada panggilan khusus.
"Mas tak pulang kerumah?"
"Refoot, disini lebih enak, banyak yang bisa disuruh, maklum lagi cacat"
Keduanya kehabisan akal, menyeret Bahdin dari tempat ini, karena sikon tak memungkinkan, keduanya toh memang super sibuk. Bahdin yang cacat tak bisa jalan sendiri naik motor.
"Mass...Ina kangen nii, ayo kerumah " akhirnya pecah juga cangkang gengsi gadis ini. "nanti mau pulang gampang dianterin..."
"Lha sekarang kan udah ketemu ..."
"Hah... dijadiin tontonan tuuh, memangnya srimulat?"
"Salah sendiri pada cakep-cakep"
Dasar Bahdin tak bisa menolak pinta, manut saja diculik.
Sepanjang gang, jadi tontonan, orang cacat diculik sepasang bidadari, dikawal berbadan tegap.
Marni didrop di pabrik, sedan meluncur ke tebet, menurunkan Bahdin, yang oleh Ina langsung di papah kekamarnya.
"Mama..Mas Bahdin baru ditemukan, rupanya kakinya retak sehingga tak bisa jalan, istirahat dirumahnya dulu, sehingga tak ada yang tahu, tak ada jaringan. Ina ngantor dulu ya Ma...Biar nanti diurus ida." Ina menginformasikan ada tamu dikamarnya,
Ina masuk kantor sudah lewat istirahat siang. Kelaparan, dan cape menembus macet Jakarta. "Stef, Bahdin sudah dirumah, gimana rencananya"
"Hmmm, saya kesana naik bajaj gimana, susun rencana, tak lama, kamu standby"
da, buru-buru memaksa balita tidur siang. Kedua anak sangat penurut ditangannya yang memang sayang anak. Membawa minuman dingin dan penganan kecil, memasuki kamar Ina yang tak pernah dimasukinya selama ini. Berani kali ini karena diperintah Ina, agar mengurus dengan baik dan 'benar'.
Sebenarnya Ida kian kebelakang kian dingin terhadap Bahdin, wajar manusia, pertolongan sudah dinikmati, balasnya ntar dulu ahhhh lupa. Awalnya sedang birahi tinggi, nyusss disiram air dingin mergoki ngamar dengan Stefani, ditambah lagi Deni suaminya belakangan ini hot mengapeli dirinya, seperti abg pacaran. Maklum, tak enak tiap hari datang kerumah orang, jadi datangnya bak pencuri, diam-diam, lewat jam 10. Keduanya tak sadar, didunia terapi psikologi hal itu semacam role game, hubungan rumah tangga yang 'loves passes you by' diterapi 'the passion flares again'
Tetapi kali ini, melihat sosok kurus kering, tertatih pakai tongkat kruk, kontan bangkit iba kemanusiaannya, apalagi memang Ida sangat sayang pada anak-anak, baik itu balita maupun anak gede. Sedikit sedikit dirinya tahu p3k, karena kian aktif membantu preschool, diajarin tentang peanganan medis ringan kalo darurat. Disuruhnya Bahdin berbaring di bed, dirinya ingin memeriksa.
Membasuh rasa bersalah, Ida yang lidahnya kelu, fokus pada balutan ban karet di pergelangan. Dibukanya hati-hati, karena memang ada kaitan seperti kaitan bra. Dirabanya seperti mengurut bayi atau balita, ekstra lembut, sambil memperhatikan reaksi. Ternyata tak ada rasa sakit, hampir pulih.
Diambilnya gayung dan handuk di bersihkannya dengan air hangat dari wastafel. Selama itu Bahdin memancing pembicaraan kecil, mengejar informasi terkini akibat sebulan dirinya tetirah.
Berbincang, sambil bekerja, usai mengembalikan balutan pergelangan kaki. Ida bingung mau apa, sudah dapat instruksi menemani. Selama membasuh tadi, memorinya kontan terbayang jelas, mulai meronakan wajahnya. Menutupi rona wajah dan salah tingkah menunduk dan membasuh kaki sebelah.
Pembicaraan ringan terus berlangsung, Ida menceritakan kegiatan barunya di preschool, bersemangat cerita tapi menghindar dari tatapan. Yang terjadi adalah sambil cerita iseng kegiatan baru membasuh kaki, Bahdin yang hanya pakai celana gombrong selutut, yang sudah butut.
Kehabisan area dibasuh dibawah lutut, tak sadar basuhannya beranjak naik keatas lutut. Pembicaraan kian seru. Sama seperti kalau Ida memandikan Anton yang balita sambil ngobrol dengan ibunya, otomatis membasuh tapi konsentrasi pada pembicaraan.
Lupa ini anak gede, basuhannya tak sadar berkali-kali nelusup kelobang celana gombrong. Singkat kata, tersenggol berkali-kali kontan bangun.
Problema terkini Bahdin adalah, sebulan lebih terkapar, tak tersalurkan, pasti udah jadi odol tuh saripatinya, semoga tak mampet. Tersenggol dikit langsung si otong ngamuk, susah payah Bahdin menahan. Bahdin bukan lelaki tukang tagih hutang budi. Ngobrol sembari dirawat hanya itu yang dipikirannya, tak ada niatan lain. Tetapi berkali-kali tak sengaja disenggol, apalagi sudah membludak, pening juga kepalanya.
Berbeda dengan Ida, diapelin terus suaminya artis keliling kampung, berujung pada penetrasi standar missioanris dilantai. Akibat ruang tamu paviliun sempit dan khawatir membangunkan Marni, Deni tak bisa mengembangkan permainan jurus andalannya, meminta perpanjangan waktu lebih tak mungkin. Ida cukup bahagia beroleh perhatian penuh, diapelin rutin seperti masa remaha, walaupun tak pernah tuntas. The passion flares again. Urusan terus menerus konak ke ubun-ubun adalah cerita lain.
Entah berapa lama keduanya ngobrol ringan sembari Ida secara tak sadar membasuh kedua Kaki Bahdin, menindih memori menggelora dalam diri, reflek mengusap. secara naluriah, usapannya berkutet mecoba masuk lubang celana gombrong. Perlahan Ida menyadari tonjolan keras muncul dihadapnya.
"Nah mbak...bangun deee, tanggung jawab tuu" Bahdin menggoda
Seolah tersihir, didorong ingin tahu, sebelah tangan Ida memasuki lubang celana, dan menjamah kekerasan. Tak tertahan lagi kenangan menggairahkan melanda, malu-malu diremasnya tonjolan keras.
Gayung bersambut, Bahdin meraba mesra punggung ibu muda yang bersimpuh, seperti biasa seolah memangkitkan semangat. Terdorong tanggungjawab dan dibakar gairah, Ida memupus kekhawatirannya, menebus rasa bersalah selama ini. Insiden lalu dirinya adalah pemicu, akibat cemburu membuta.
Dikuatkan batinnya, menelusupkan jemari kebalik cd, sangat mudah, menemukan kejantanan panas kenyal, kian menggelegak gelora dalam dirinya, bak terhipnotis, diremasnya keras berulang. Bahdin menimpali dengan pijatan-pijatan dipunggung lembut sejauh jangakuan tangan.
Campur aduk rasa dalam hati, mendadak bangkit rindu dendamnya tak tertuntaskan, lupa segala pertimbangan positif, dipelorotkan celana kolor itu hati-hati, lolos dari kaki yang cidera, demikian juga cd nya. Diteguhkannya pada hal negatif, dcamkannya anaknya yang kritis, diingatnya iparnya berubah nasib dan kini menyiprat dirinya, dibayangkan perjuangan mereka menghela perubahan nasib. Lelaki ini yang bertanggungjawab.
"Mas maapin Ida ya..." Ida menelungkupkan diri menindih lelaki ini,
"Kenapa memangnya?"
"Ida kemarin salah sangka,...Ida cemburu..."
"He..he... kirain ada apa..lupain aja...
Mendapat pengampunan, Ida berubah seratus delapan puluh derajat, bangkit binalnya, dikulumnya bibir lelaki yang ditindihnya ini, lupa sejenak kakinya cidera, didusel-duselkannya punuk nya pada batang mengganjal, yang bangkit emosi gara-gara ulahnya sendiri..
Ida mengulum lembut bibir lelaki itu, berlama-lama memasturbasi dirinya, memanfaatkan kekerasan. Bahdin memancing, maklum sudah cenat cenut
"Sstt nggak enak kena kancing"
Seolah mendapat surat perintah, Ida langsung menyerbu, menduduki lelaki itu,
diloloskan kaos belel Bahdin keatas kepala, dilepaskan cepat kulot cd kaos, menyisakan bra. Sangat seksi dalam pandangan Bahdin, sayang tak ada rekaman.
Tak berlama-lama Ida membiarkan rindu dendamnya, diamblaskan perlahan batang itu dalam haribaannya, panas dan sesak. Perlahan dinikmati dan dibiasakan kewanitaannya menerima kepejalan.
Ida memandang sendu lelaki yang ditungganginya, sanubarinya kini sudah banyak takluk. Cidera kaki Bahdin kian membubungkan rasa bersalah, menghilangnya sebulan lebih tanpa ada yang mengurus membasuh pergumulan batinnya, sekaligus memercikkan api kasih baru. Nilai moral dan logikanya menolak memahami tetapi alam bawah sadarnya seolah menyatakan inilah secuil belahan sukmanya.
Mulailah Ida sepenuh hati meggoyangkan pinggulnya dengan gemulai, bergoyang dari sanubarinya, memancarkan kasih memberikan pengabdian pada tubuh kurus yang ditindihnya yang secara semena di curigainya, dicemburui berujung pada heboh menghilang ditelan bumi.
Terpana juga Bahdin menerima tatapan yang memancar kasih, dari pandangan mata sayu memuja, desahan lembut dan goyangan menggetarkan jiwa.
Secara kasat mata, Ida kini menikmati bersatunya raga dan sekaligus sukma, diresapinya perlahan-lahan seolah tak ingin momen itu berlalu. Sulit menyatakan dalam kata-kata apa yang dirasakan Ida, tapi bagi yang pernah mengalami indahnya malam pertama, itulah kisah yang mendekati. Birahi hanya sebagian sebagian dari kisah, sebagian lain adalah bersatunya harapan, rindu dendam.
Berlama-lama meresapi semilir kenikmatan perlahan-lahan, menibakan juga diri Ida pada pendakian puncaknya. Seolah ingin semakin menyatukan raga, Ida merebahkan diri menelungkup di atas tubuh Bahdin, menyerahkan raganya sepenuhnya pada lelaki yang kini mulai dipujanya. Klimaksnya dicapai dengan geliatan-geliatan tubuh lembut terkendali, memerah-merah kejantanan Bahdin dengan goyangan pinggul gemulai, payudara terutup bra bergetar diduselkan mesra kedada krempeng Bahdin, gesekan pipi lembut mesra, dan bisikan keluhan nikmat penuh kasih.
Merasa tak enak, diganjal bra, Bahdin melepaskan kaitan bra, Ida dengan lunglai menggeliatkan tubuh melempar penghalang itu.
Sekian lama, tidur sendirian, Bahdin terlampiaskan dahaganya mendekap dan membelai tubuh mulus telanjang. Tak ingin menyiakan waktu sebelah tangan Bahdni menjarah sisi belakang tubuh sebatas jangkauannya. Sebelah tangan yang lain, menikmati hangatnya payudara montok, kenyal menindas dadanya.
Barusan berselang Ida terpuaskan rindu gairahnya, kini menerima berkah belaian hangat lembali membakar birahi. Masih dalam kelesuan Ida menggigit bibir menikmatai pejalnya batang itu di liang wanitanya.
Seperti diduga, tak berapa lama, kembali bara birahi terbakar hebat. Jemari Bahdin dengan ganas mencucuki liang anusnya memaksa Ida kembali pulih staminanya pertarungan ronde kedua.
Mulailah kembali Ida bertarung mengejar rasa....
sss
Stefani yang belakangan ini terbiasa berkunjung dan bebas ke ruang kerja, paviliun Marni maupun kamar Ina. Membuka pintu tak terkunci yang memancarkan suara dengusan erotis, mendapatkan Ida tengah menggeliat memulai pertarungan keduanya, mengintip, menonton ibu muda itu seolah histeris melonjak-lonjak, dan pada akhirnya menggelepar seperti ikan lele diatas tubuh kurus Bahdin. Hubungannya dengan ipar Marni ini sudah membaik.
Berdebar Stefani memperoleh tontonan erotis ini, setelah melepas hak tinggi dan blazer, menyisakan rok span dan dalaman tanpa lengan, dihampirinya dua sosok yang sedang berpadu mesra. Stefani beringsut berbaring merapat disisi dua tubuh yang bertindihan, tenengah-engah. Bahdin menyadari sosok yang menghampiri adalah Ste, disambutnya dengan gembira.
Stefani tanpa suara dan kata mengecup bibir Bahdin. Seperti diketahui wataknya adalah bebas, pacar punya, keren dan jantan. Tapi Bahdin adalah teman mesranya, lebih tepatnya Friend with Benefit. Dari Bahdin dirinya memeproleh manfaat.
Perlahan ida membuka mata menyadari ada mahluk ketiga. Bila kata pepatah saat dua berlainan jenis berduaan, hadir setan mahluk ketiga. Tapi ini setan yang sangat cantik. Paling cantik eksotik diantara mereka berempat.
Kaget dan malu dirinya dipergoki wanita yang dulu diperrgoki dan dicemburuinya. Gugup dan tak mampu berkata. Pasrah menelungkupi lelaki bukan suaminya. Lupa batang keras masih menancap.
Stefani ingin menunjukkan pada Ida, tak perlu terlalu teritorial akan cowok ini, seperti kejadian di hotel dulu. Kini dalam kondisi sebaliknya, Stefani mengecup pipi Ida sembari membelai punggungnya yang telanjang, simbol kebersamaan. Kebersamaan menikmati benefit.
Ketiga wajah sangat rapat. Bagi Ida ini pengalaman yang langka, dulu pernah sekali dengan Marni ipar yang dikenalnya baik, tapi ini dengan wanita yang relatif asing.
"Din, gw yaa...." Bahdin mengangguk menggeser tubuh telanjang ida ke samping. Stefani duduk melepaskan cepat pakaiannya, kontan pemandangan baru seksi menggairahkan. Gadis eksotik
beringsut menempatkan diri ditengah diantara keduanya, memunggungi Bahdin, meminta gaya khasnya lazy sex.
Selain itu pula, Stefani mau mencoba mainan baru. Dasar watak bebas dan jam terbang tinggi, bercengkrama mengarah erotis dengan sesama wanita, baginya bukan tabu, bahkan cenderung sensual. Stefani berkonsentrasi pada sosok Ida yang dirasa memonopoli Bahdin. Stefani berbaring miring menghadapi Ida yang telentang telanjang, malu-malu.
Stefani merapatkan wajahnya pada wajah Ida, dikecupnya bibir gadis itu dengan mesra. Kian grogi Ida dipepet rapat sesama jenis telanjang, dan kini dikecup.... oh mama...."
Stefani full confident akan Bahdin, untuk soft core, sudah terbukti. Dirinya bosan selalu melayani para cowoknya hardcore, sok pamer vitalitas muda. Awal-wala sih ok, tapi jangan terus-terusan dong, variasi lah yaooo. Hal yang jarang disadarai kaum lelaki, ada wanita yang sindrom father figure, menginginkan kemesraan erotis gaya lembut.
Stefani menahan nafas, memejamkan mata menahan sengatan rasa, dirinya dimasuki kekerasan, dirasakannya Bahdin demikian hati-hati memasuki dirinya. Stefani menahan rasa dengan malah mendekap Ida, dan mengulum bibirnya kian kuat.
Mulailah Bahdin melakukan olah jasmani ringan, semacam jalan santai, pinggulnya melesakan maju lembut, mearik mundur perlahan. Kalau saja ada teka teki silang, tentu enak buat selingan. Toh tangannya bebas memerlukan kerjaan ringan.
Perlahan kekakuan Ida mencair, canggung dibalasnya dengan merangkul. Dikulum wanita lain membangkitkan rasa aneh. Terlebih lagi Stefani menuntun sebelah tangannya menggarap payudaranya. Ida mulai mengelus dan membelai keindahan payudara mungil.
Diraba oleh tangan lelaki dan tangan wanita, jauh berbeda. Stefani langsung membara, cepat birahinya menggelegak, payudaranya disentuh kelembutan jemari Ida. Sesama wanita menyadari pekanya area itu, Ida meraba sangat lembut, dilampiaskan imajinasi bagaimana dirinya bila ingin diraba, ditumpahkannya pada Ste. Merem melek Stefani menikmati usapan lembut jemari wanita, ahhh... sangat passss mendera kalbu.
Dengan digasak kelembutan dari dua sisi, Stefani tak kuat bertahan lama. Kerinduannya hubungan seksual softcore membuatnya dalam tempo singkat meledakkan gelora birahi dengan cepat, letusan yang teramat dahsyat tapi dalam kelembutan. Tubuhnya kejang kelojotan merangkul Ida sekaut tenaga. Mendesah dan merintih lembut menahan rasa mengemot kuat bibir ida.
Pinggulnya tersentak-sentak meledakkan rasa, sembari konstan digasak lembut kerasnya batang Bahdin. Ibarat letusan gunung berapi, Stefani meletus dibawah permukaan laut. Tak nampak gemuruh dipermukaan, tapi bergejolak didalam. Getaran tubuhnya terasa dahsyat dalam pelukan Ida.
Meledak pula rasa akrab dalam diri Ida memperoleh sensasi hubungan dengan wanita lain, memeluk sukma yang menggelora dalam dekapannya. Ganti kini Ida yang balik, mengelus-ngelus Stefani, melenakannya dari perjuangan melalui badai birahi yang menggelegak.
Sial dirasa bahdin, dua cewe itu sekarang asik-asikan mengabaikan dirinya. Nasib..nasib...
Tapi orang sabar akan subur.
Stefani butuh waktu tiga menit memulihkan dirinya .
"Din, sekarang gw pengen ujian lagi. Gw udah sparing teori dengan Ina, sekarang elo coba yaa..." Dengan manja Stefani membalikkan diri menggulingkan tubuh diatas Bahdin kesisi sebelah, menjadikan kini Bahdin diapit ditengah. Digelindingi tubuh cewek telanjang, membekukan otak Bahdin, tak mampu merespon.
"Ida perhatikan, ini pelajaran tak ada duanya, tak bakalan nemu disekolah manapun" Stefani bersimpuh disisi Bahdin, mencari posisi yang pas. ""Ida tolong ambilkan baby oil dimeja dung" Stefani hapal isi meja rias Ina, dan menginginkan Ida berpartisipasi aktif.
Sesuai teori, Stefani membalurkan baby oil ditangannya dan di batang keras yang sudah lembab basah usai bertarung menaklukan dua wanita. Sebenarnya Bahdin sudah terasa keubun-ubun, sekian lama si otong tak disenggol, kandungannya sudah membludak. Untuk ngocok terasa tak enak lagi. Diinterupsi kian menjadikannya kenyot-kenyot,
Stefani mulai membalurkan baby oil disekujur batang, kedua bola, pangkal, dan perinium, dilakukan dengan sepenuh rasa, matanya memancarkan pemujaan dan kagum. Itu basic teori yang banyak dilupakan para pelaku pijat plus. Stefani tak perlu pura-pura kagum, wong memang benar-benar kagum, keras tapi kelakuan lembut mempesona.
Sembari bertindak, tak lupa Stefani memberi pelajaran pada Ida yang menyimak sangat fokus. Pertama Stefani melakukan teknik standar Memeras
Sebelah tangan menggenggam dan memeras keras di pangkal batang. Jemari lain memeras bagian lain memutar kearah kearah yang berlawanan
Kejang Bahdin yang sudah diubun-ubun digarap demikian. Yang menambah gejolak adalah kedua tubuh menggairahkan telanjang bersimpuh disisinya. Tak ada hal lain yang mampu dilakukan selain melampiaskan rasa dendam dengan meremas-remas kedua bokong seksi. Semenit dua, Stefani mencoba teknik lain: sulut api. Bila tadi memeras kuat tapi perlahan, kini berubah seratus delapan puluh derajat.
kedua tapak tangan, seolah bertepuk berhadapan dengan batang ditengahnya. Menggosok batang, bolak-balik berganti arah, sangat cepat
Kejang-kejang Bahdin diperlakukan demikian. Stefani merasakan batang itu mulai berdenyut keras, sinyal mulai pendakian. Cepat Stefani menerapkan teknik lain, memasase kepala penis. Helm baja Bahdin kian memerah, digenggam dan di usap, di pijat gonta ganti arah.
Memang dasar sudah konak tinggi, Bahin menggeram meledak dibawah jemari Stefani yang kini mengocok dengan kuat cepat, memeras agar seluruh sari pati tumpas muncrat tak bersisa. Sangat kuat geggaman Srefani memeras batang agar cairan meleleh habis. Menumpahkan rasa, Bahdin menggerebek tubuh Ida mendekapnya kuat, kelojotan.
Karena sudah berbulan-bulan menimbun secara ilegal, stok cairan yang ditumpahkan luar biasa banyak. Sambil bercanda, Stefani mencolekkan cairan kental dan panas itu, kewajahnya seolah masker. "Ini obat awet muda. Resep rahasia titi puspa." Usai mencoba sedikit diwajahnya Stefani mengoleskan ke wajah Ida yang malu-malu.
Akhirnya keduanya bercengkrama seolah praktik perawatan kecantikan di salon, mengoleskan cairan masker disekujur wajah. Memanfaatkan Bahdin yang loyo masih berdenyut-denyut keenakan.
"Din, ada yang nanyain lo, Tuti, sekretaris busdev. Waktu sedang gw lacak info dan gosip, tinggal dia yang belum tembus, karena paling susah, perawan tua, aneh kelakukannya, tapi ajaib tak tergoyahkan posisinya. Waku gw coba merapat, eh dia tanya tentang lo. Gw jawab, kenal baik, teknisi pabrik beberapa kali dipanggil Pak Karmin. Sekarang lagi cuti kaki patah. Dia pesan secepat mungkin mo ketemu"
"Terus maksud lo gimana" Bahdin membelai ketelanjangan punggung Ida, saat batangnya yang teronggok lemas dijadikan mainan Stefani
"Sepertinya mereka udah panik, beberap tokoh kunci mendadak off sekaligus. Mau masukan kandidat pengganti. Tugas gw melacak yg kasih rekomen siapa, indikasinya direktur busdev, tapi belum ada bukti. Kalau dapat, seluruh pejabat yg rekomendasi dr tokoh misterius ini tak dipakai, menuntaskan semua masalah. Bahkan yang dulu dari rekomendasi dia bakalan di sapu bersih.
"Jadi gw ngapain?"
Sembari mengelus daging dan memijit bola, "Mumpung lo dicari, temuin aja, cari tahu maunya apa. Isunya dia hiper. Gue dah tebar info lo tu ttm gw, karena ada nilai plus"
"Ahhh lo nggak-nggak aja ..."
"Ayo dong.... for the team, kalo gw bisa udah gw lakonin, atau kalo dia lesbi sudah gw tempel" Kian mesra Stefani membelai.
Bingung Ida mendengar konspirasi tiingkat tinggi. Tapi terdorong solider mulai ikutan meraba bulu lebat dipangkal paha. Stefani menghargai respon Ida dan menuntun jari tengah Ida kearea antara pangkal paha dan anus "pijat disini". Ida yang mulai tumbuh rasa yang aneh, sangat bahagia bisa sedikit patisipasi.
"Waduu... sshhh....masih cacat begini shhh....sudah disuruh tempur lagi.... shhh gimana caranya?" disergap tiga tangan, sensasi baru bagi bahdin, si otong kembali emosi.
"Yang penting mau dulu, baru kita bahas teknisnya..." mulai muncul tanda kehidupan, batang itu menggeliat dalam genggaman.
"Ya tapi kan berisiko gagal, jalan aja gw susah ...sssttt" Bahdin mengajukan argumentasi, saat batangnya sudah kembali sangar pulih ketegangannya
"Ayo dongg.... " dengan binal Stefani yang berhasil memancing si otong bangkit dari tidurnya, membujuk titik lemah Bahdin.
"Mikir dulu ah... masih pusing niii, tuuuu lo kerjain lagi ..."
"Hi hi hi... Din, gw ngantor lagi...." Demikianlah gaya fast sex yuppies metropolitan. Sehabis bobo bobo siang Stefani kabur meninggalkan masalah, membiarkan Ida yang mentuntaskannya.
sSs
"Kasian tu anak, menghilang lama tak ada yang urus" Stefani naik bajaj, kembali kekantor dari pintu belakang.
"Ah katanya banyak kok yang urus, lingkungannya pada baik suka menolong"
"Urusan yang lain nenggg....." Stefani menggoda
"Maksudnya ..."
"Tak diurus wanita geto loooo, Kalian kurang perhatian"
"Tau dari mana ?"
"Iya laaa, tadi diurus Ida sama saya kan ketahuan. lama tak kesenggol perempuan..muncratnya cepat dan banyaaakkk, jangan-jangan terakhir sejak gw senggol dulu, emang terakhir lo kapan" Stefani yang jam terbang tinggi share ilmu.
Ina melongo "Iya yaa ...."
"Tapi tadi dia udah dijelasin urusan Tuti, mau membantu, hmmm gimana bagusnya yaa"
Cepat Stefani pindah topik, memahami munculnya rasa bersalah kolega barunya ini.
Bonus Video
{ 0 comments... read them below or add one }
Posting Komentar
Berkomentaralah Dengan Baik yng berisi kritikan , Masukan Demi Kalangsungan Blog kita Bersama ini