Motorku, Kenanganku 12 [ Gank Motor ]

Posted by Unknown

Malam pertama Bahdin diculik.
Tak perlu diceritakan panasnya pertempuran sepanjang malam sampai larut, Bahdin dikeroyok dua wanita mempesona yang pagi tadi menculiknya. AC yang sudah poll tak sanggup mengusir hawa panas akiba rindu membara yang ditumpahkan bergantian tak ada putusnya. Rasa bersalah menelantarkan pahlawan pujaan yang cidera dimedan tugas, dilampiaskan dalam gairah meletup-letup tak berkesudahan. Untunglah keduanya masih kasihan kaki Bahdin yang cidera. Sebenarnya terbalik, karena kaki cdera, Bahdin dilarang melakukan serangan balik secara efektif.

Bahdin pasrah ditunggangi bergantian keduanya. Marni yang ayu kharismatik berjiwa pemimpin tak nyana empotan otot liang kewanitaannya kian yahuud, perasan otot kegel kian harmonis dengan geliatan pinggul yang memutar dan memeras, melipatgandakan daya cengkeram. Memaksa Bahdin kian meringis.

Gadis belia dengan kecantikan aristokrat, kontras melonjak-lonjak liar membahanakan gairah remajanya. Staminanya kian berlipat seiring kian lihainya mengatur nafas dan tenaga Gerakan pinggulnya keatas menarik kebawah menekan dikombinasi sedikit menyerong depan belakang erotis dengan tubuhnya bergetaran menahan rasa.

Si otong mendadak heboh, ekstravaganza, jadi pelampiasan luapan emosi, bergantian dikekep pamer kebinalan. Tak ada yang memikirkan apakah Bahdin harus pulang atau bagaimana.

Marni berangkat pagi-pagi karena pabrik jauh, gairah kejanya kembali tinggi, wajahnya cerah, setelah sebulan ini surut digerogoti kecemasan. Sedangkan Ina masih punya waktu meledakkan gairah dipagi cerah. Didesak waktu keduanya buru-buru berangkat kerja. Jadilah tokoh kita, terkapar dikamar bingung mau bikin apa.

Tak ada kegiatan, Bahdin memaksa ikut menemani Ida mengantar balita ke preschool. Bahdin mencermati Ida ternyata sangat keibuan, sayang anak, anak-anak patuh dan tunduk pada naluri kasih sayang keibuannya. Berangsur Ida memperoleh kesibukan belajar berbagai teknik seputar pengasuhan balita, psikologi, permainan, kesehatan, gizi, alergi, kecelakaan dll.

sSs

Malam kedua Bahdin diculik, 

Bu Broto yang dilaporkan putrinya Bahdin sementara tidur disofa ruang kerja, bakalan kaget kalau tahu kamar putrinya sudah jadi seolah kamar pengantin. 

Saat Marni sementara bercengkrama dengan anaknya, Ina lembur diruang kerja ditemani Bahdin. Ina ingat kesukaan lelaki ini, semasa dulu sabtu minggu kelompok belajar dirumah Bahdin. Dirinya mengenakan daster katun halus berlengan pendek. Saat sudah tak ada orang, isi dalamannya segera dicopot. Memancing di jarah tangan pujaannya. Bekerja dikarpet dengan notebook dimeja pendek, Ina serius menanyakan banyak hal teknis yang selama ini disimpan. 

Kesukaan Bahdin adalah sambil mengobrol, tangannya bergerilya dibalik daster, membelai dan memijat menikmati kelembutan dan kehalusan kulit telanjang di balik daster. Sembari bercengkrama atau ngobrol atau berdisukusi dengan wanita, sembari menumpahkan kenyamanan dan kemesraan. Bahdin senang memijat memberi kenyamanan otot pegal para kekasihnya, yang workaholik

Ina menikmati belaian dan pijatan yang nyaman sembari menyempurnakan pekerjaannya. Ina memaksa konsentrasi pada pekerjaannya, bila dituruti dorongan gairahnya, sedari tadi lelaki ini sudah ditelentangkan ditungganginya. Ina membiarkan tubuhnya dijamahi lelaki yang menemaninya kerja sembari nonton tv, entah acara apa, tak jelas. Bahdin Selonjor kaki dilantai berkarpet disisi tubuh belia yang memelotori notebook.

Setengah jam di gerayangi demikian nyaman dan nikmat, bobol juga konsentrasi Ina.
"Mas...pengen ni...." Ina meminta tanpa sungkan. Karena sudah paham watak Bahdin.
Bahdin santai saja memelorotkan kolor kelutut, celana bututnya, melepaskan siotong dari kepengapan, sementara bebas menghirup hawa sear. 

Ina tanpa banyak upaya, sedikit beringsut bersimpuh membelakangi, dan mendudukkan tubuhnya, memaksa otong tak berlama-lama mengacung kedinginan. Sejenak menumpu tanganya pada kedua lutut Bahdin, Bahdin menuntun bokong seksi itu turun melesakkan topi baja, perlahan.

Seperti biasa, Ina menakar sendiri kedalaman yang disukainya. Kali ini mungkin tak lebih sepertiga yang dibiarkannya melesak masuk. Sembari berlutut mengangkangi paha Bahdain. Dengan manja Ina gemulai menyenderkan tubuh berdasternya ketubuh Bahdin yang didudukinya. Tangannya menjangkau jauh kebelakang merangkul leher Bahdin, mesra dan syahdu. Wajah ayu aristkoratnya, ditempelkan dipipi Bahdin, sensual, merem melek dibelai dan digasak.

Ina menikmati pujaannya memijat dan menggerayangi ketahap lebih tinggi. Dan betul saja Bahdin semakin sigap merambah seluruh ketelanjangan tubuh Ina yang sensual ini dibalik daster katunnya. Semakin intens Bahdin meningkatkan rangsangan. Another favorit position. Ina menggeliat mendesah lembut menikmati jarahan kedua tapak kasar disekujur tubuh depannya. Pipinya ditempel ketat diwajah Bahdin, cuping hidungnya kembang kempis menghirp oksigen, mesra.

Lima menit Ina mendesah nikmat, menggelinjangkan lembut tubuhnya dipangkuan Bahdin. Mesra dan erotis Bahdin dari belakang menekap kuat tubuh menggiurkan ini bergetaran dalam pelukannya, digasak seluruh bagian tubuh terpekanya.
"Mashhhh...." Ina mendesah, kelojotan lembut, memejamkan mata mesra, didekap sangat kuat, bergetaran tubuhnya meletupkan gejolak birahi.

Usai anaknya tidur, Marni menyusul bergabung. Ketiganya terkekeh kenangan masa lalu terulang kembali, kenangan kelompok belajar mesra. Mana mau Ida tak beroleh belaian dan pijatan nyaman jemari teknisi pabrik. Sembari dipijat dan dibelai, bergantian Ina dan Marni mengajukan topik bahasan, dibahas bertiga serius. 

Karena sudah rutin berangkat pagi pulang malam, jam tidur semakin teratur, menjelang jam sepuluh karena sudah diserang kantuk, kemarin malam kurang tidur, Marni menyeret Bahdin kembali kepelaminan, kamar Ina, meminta penuntasan. 

Malam kedua tak seheboh malam pertama. Dengan seragam malam dinas ala Bahdin, kedua sosok menggiurkan berbalut daster, bermanja-manja dikeloni Bahdin mengantar lelap tertidur. Dengan sedikit menyingkap daster, Bahdin dengan mudah menyelusup masuk, menggasak sangat lembut keduanya bergantian, hingga akhirnya lelap diperaduan .

Memang jam tidur kedua wanita karir ini biasa jam sepuluh sudah terlelap, mengingat subuh harus sudah persiapan kerja. Dan juga akibat kemarin kurang tidur, sampai larut bertempur ganas.

Jadilah Bahdin yang memble sendirian, golak golek tak bisa tidur, karena menyadari keduanya butuh istirahat, Bahdin bangkit keluar kamar mencari angin. Merasa kaosnya sudah basah keringat akbiat menemani kerja lembur, Bahdin tertatih dengan kruknya ke paviliun kediaman Marni dimana ranselnya tergeletak, mumpung belum larut, belum jam 11. 

Berhati-hati tak ingin membangunkan Ida dan anak-anak, Bahdin masuk paviliun, kosong. "Hmm mungkin Ida sudah tidur dengan anak-anak"

Bahdin langsung menuju kamar Marni, perlahan membuka pintu mendapati sepasang insan sedang memadu kasih. Deni sedang ngapelin istrinya, menuntaskan kewajiban. Rupanya mengetahui kemarin Marni tidak tidur dikamar semalaman, dan menduga malam ini juga demikian, Ida mempersilahkan suaminya menggarap dirinya dengan bebas di bed Marni. Kegiatan mencuri hak orang memang semakin meambah intensitas kemesraan, separung berdebar separuh ngos-ngosan Ida menikmati teknik permainan yang kian bebas dipertontonkan suami tercinta. Apalagi Deni yang dicekam ketakutan memakain kamar kakak iparnya tanpa ijin.

Pertempuran yang menjelang puncak, mendadak terhenti. Deni yang ibarat maling kepergok reflek kabur melarikan diri, panik mencari pakaian yang berserakan, tergopoh mengenakan pakaian "Anu...eh... maaf...anu...eh..." 

Perlu dimaklumi selama ini pasturi itu tinggal di kompleks mertua indah. Jadi Deni seumur hidup belum merasakan memiliki rumah, jangankan membeli, membayar kontrak pun tak pernah. Jadi Deni terpola seolah hidup menumpang, seolah masa bujangan. Kali ini kepergok indehoy dikamar orang, langsung panik, kabur. Lupa pasangannya adalah istrinya yang sah. Karena kepergok dikamar bos istrinya, Deni panik refleks, kabur masih bujangan.

Yang jadi bengong adalah Bahdin, apalagi Ida, kebingungan melihat suaminya panik belingsatan. Ida bengong menatap suami tercintanya belingsatan sembari melirik pahlawan pujaan. Keduanya saling menatap, tak berapa lama terdengar suara motor. Deni kabur pulang kerumah. 

"Hah...mas Bahdin siiih, ganggu saja.."
"Anu.. maaf ... mau ambil kaos ganti, basah keringatan.."

Ida ngomel panjang pendek, tak sadar dirinya telanjang bulat di bed bukan miliknya. Bahdinpun kian terpana disemprot bibir manis ceriwis yang separuh telentahgm telanjang menggiurkan, bertumpu pada kedua sikunya. Ida mengomel menutupi rasa jengah dirinya dipergoki ditambah diinterupsi saat sedang asik-asiknya.

Sekian lama berlalu puas ngomel, akhirnya Ida ketawa sendiri. Yang kabur tadi adalah suaminya tercinta, yang kini tertunduk melirik-lirik kena omelan adalah pahlawan hatinya.

Deni sudah separuh perjalanan ngebut dengan motornya, baru menyadari meninggalkan istrinya telanjang dengan lelaki lain. Mengerem mendadak... bingung sendiri...ditengah jalan.... Diingatnya Bahdin yang dulu pernah ketemu di hotel. Istrinya Ida tak banyak cerita tentang dia, demikian juga abang iparnya Rusdi. Tapi yang dia tahu, Marni dan Ina sangat respek pada Bahdin.

"Mas...sini...ayo tanggung jawab...." Ida setengah menghardik, beranjak duduk dibed, dihampiri Bahdin raguu dan enggan, yang pakai kruk, mendekat diperintah perempuan bugil. Tanpa basa-basi dipelorotkan kolor bahdin dengan mudah, berniat mengupayakan siotong bangun, mengisi segera kekosongan dirinya. Tak dinyana, si otong sedari tadi memang sudah sedari tadi garang. Menggeleparkan Marni dan Ina dengan cepat dan mudah. Dan memang keluar ruangan mencari angin.

Surprise, Bahdin dengan gamang dituntun jemari lembut Ida, merapatkan pinggulnya, setelah setengah melempar kruknya keujung bed. Ida menanti, sedikit merebahkan tubuhnya menumpu kedua siku, mengundang. dibukanya pahanya lebar. Menuntut pertanggungjawaban.

Bertumpu sebelah kaki, Bahdin menuntun helm baja menyentuh mulut liang yang baru porak poranda dilalui medan peretempuran. Dengan cepat Ida merasakan daging kenyal panas mulai menyumpal liangnya, sedikit berdebar. Tak berapa lama terpenuhi dahaga birahinya, sejenak saat ditengah gelegak birahi, ditinggalkan batang keras suaminya. 

"Sshhhhhh...." Ida mendesis, Bahdin memang penurut, dan mudah melesakkan perlahan siotong mili demi mili menyusuri kehangatana liang vegi Ida yang sudah banjir bandang. Relatif mudah.

Berhati-hati Bahdin menumpu pada sebelah kaki yang sehat, meminimalkan beban pada kaki yang cidera. Melesakkan kuat pinggulnya, Ida yang terpenuhi gelegak birahinya, tersengat arus baru kenikmatan merangkulkan kedua lengan keleher Bahdin sedikit menyeret lelaki itu bungkuk merapat. Kedua kakinya binal naik menjepit pinggul, mulai saling mentautkan kedua pergelangan.

"Mashhh... " Ida mendesis melampiaskan gairah binalnya yang sedari tadi dikili-kili suaminya yang mencoba mengembangkan permaianan erotis. Mengerahkan tenaga mulai menggeliatkan dahsyat penggulnya megejar gejolak yang kembali membara.

Disergap mendadak begini, Bahdin yang praktis hanya berani berdiri sebelah kaki, mencengkeram kuat bokong telanjang yang menggeliat-geliat kian ganas, mencari keseimbangan. Santai saja Bahdni meneguhkan diri membiarkan Ida menggeliatkan pinggulnya kuat berulang, bak gelombang berulang menggulung kepantai, mendesaakan erotis pinggulnya memerah batang penis. 

"Mmmphh...shhh...shhh..." Ida menyambut kuluman Bahdin ganas mengemot gemas, senang ekspresifnya Ida. Bahdin rada kaget, Ida mendadak heboh. Rupanya Ida menumpahkannya tenaganya yang sedari tadi memang disimpannya, dicadangkannya buat suami yang sudah kabur. Kuat kakinya mencengkram memperkokoh lumatan tekanan pinggulnya. Kuat Ida mentautkan kedua pergelangan kaki memaksa pinggul pehlawannya sangat rapat terjepit. Ida menggapai nikmat ketika mulai menggasak kerasnya batang didalam gempuran otot liang kewanitaannya.

Tanpa perlu ada pemanasan tanpa perlu foreplay, Ida langsung sprint tancap gas, menggelegak nafsu birahinya. Pada pahlawan pujaan Ida tanpa tadeng aling-aling memamerkan kebinalannya, karena tahu tahan gempuran.

Mengedan panjang, Ida melepaskan rintihan panjang. Eksploaif dan ekspresif. Hanya pada Bahdin Ida berani demikian, kesuaminya Ida selalu konservatif. 

Bahdin tak membiarkan begitu saja Ida lepas dari kewajiban. Diantara para wanitanya ini, Ida yang termasuk menyukai gempuran gaya keras, hardcore. Ditambahpula cenat-cenut yang tadi mulai mereda mendadak kembali ke ubun-ubun dipaksa Ida bertanggungjawab. Jepitan kedua kaki Ida yang tak kalah dengan pegulat profesional sangat erotis menggempur kejantanannya.

Bahdin, mencari posisi, mendorong Ida telentang dan mengangkangkannya dengan tapak kaki menjuntai dilantai. Hati-hati menumpu sebelah kaki, Bahdin kembali bergerak merapat masuk diantara kangkangan paha telanjang, yang kini gelisah menanti hujaman intim berikutnya. Kedua tangan Bahdin kokoh mencengkeram bokong, mengangkatnya agak naik diatas bed, sembari juga mencari pegangan kuat menjaga keseimbangan.

Perlahan dan lembut Bahdin mendesakkan pinggulnya, mengamblaskan mili demi mili batang penisnya dalam liangnya. Walaupun rada lemas, lega lubuk hati Ida kembali mendapatkan kepejalan baru di bawah sana. Lembut karena lemas dipegangnya pingggang lelaki itu mengundang perlakuan lebih lanjut. Bahdin tahu, dari remasan jemari lembut Ida dipinggulnya saat dirinya merangsek keras, hardcore, apakah Ida menikmati atau tidak.

Tentu saja Bahdin tak menyiakan undangan ini, perlahan ditariknya pinggulnya dan kian diamblaskan kembali, perlahan dan berulang ulang. Terpejam-pejam mata Ida menikmati rangsekan baru ini, Bahdin memang dahsyat kalau mengasari dirinya, kasar tapi dalam batas erotisnya. Gairahnya perlahan mulai kembali membubung. Posisinya tubuhnya hanya memungkinkan dirinya pasrah saja dirangsek berulang kali, sulit pinggulnya bergerak banyak, hanya kepala dan tubuh atasnya yang sesekali menggelinjang bila terasa kian dahsyat hujaman Bahdin.

“Mashhh...mashhh...” Ida mulai mendesah keenakan, menikmati kasarnya tiap kali jelujuran penis Bahdin menggerus kuat berbagai sisi otot vagnianya. Bahdin mengikuti ritme yang dipinta, Ida yang kedua tangannya memegang pinggangnya, mulai memberi komando maju merangsek dan mundur, kecepatan dan tekanan yang diinginkan.

Lima menit, Ida dengan komandonya menikmati kepatuhan lelaki ini berulang menyusuri berbagai sisi otot kewanitaannya, menghujami dirinya, perlahan namun dalam atau keras bertenaga, hingga akhirnya dirinya mulai lepas kendali. Ida mulai menceracau, merintih dan melenguh tak beraturan. Panduan tangannya dipinggang Bahdin sudah tak jelas, kini mulai mncengkeram keras, tanda-tanda puncak klimaks sudah menjelang. 

Bahdin mulai merubah ritme hujamannya, semakin cepat tanpa mengurangi kuatnya tekanan, bahkan kian bervariasi menekanan batangnya keatas kebawah, seakan ingin mengkorek liang itu kian melebar. .
“Mashhh....” Ida hanya merintih tak berdaya, meraskan klitnya digilas dahsyat berulang-ulang.

Bahdin tak sadar menggeram keras, mengerahkan tenaganya, melesakkan kuat dan cepat, meledakan klimaksnya dengan hujaman hujaman liar tak terkendali. Lelaki ambruk juga akhirnya diatas tubuh Ida yang masih terkejang-kejang melepas klimaks.

Dalam kelemasan, Bahdin menuntun Ida ketengah pembaringan, dan istirahat bersisian.

sSs

Semalaman Deni melacak Rusdi, dan setelah ketemu konsultasi kejadian barusan. Rusdi tergelak, menenangkan tak masalah. Akhirnya Deni menerima saran Rusdi untuk merapat ke Bahdin. Rusdi juga buka kartu, istrinya Marni, Bahdin yang masukkan kerja. Direncanakan besok datang sore.

Pulang dari preschool, jadwal balita tidur siang, Ida dengan manja minta ditemani Bahdin menidurkan balita, sekali-sekali bole dungg. bandel sedikit. Sembari mengawasi kedua anak tidak main tapi cepat tidur, Ida memaksa tangan Bahdin gentayangan dibalik dasternya
Dan tentus daja berujung pada kembali Ida menggelepar-gelepar diatas tubuhnya. Bahdin mendapatkan Ida, sudah mulai memancarkan rasa aneh. 

Saat pillow talk, Bahdin memberi tips, mengingatkan Ida dulu juara tenis se SMA, latih kembali skillnya menemani Pak Broto latihan. Niatan Bahdin agar nantinya Ida bisa membangkitkan niatan Marni dan Ina berlatih tenis.

Sore, Bu Broto dapat peluang interogasi lelaki kerempeng ini hubungan khusus apa dengan putrinya. Bu Broto hanya bisa menarik simpulan, Bahdin punya ketertarikan pada Ina tapi ditutupi berbagai alasan, minder dan kekhawatiran lain. Selain itu banyak hal positif seperti sederhana, penurut dll. Materi bagus untuk calon mantu. 

Walaupun punya silsilah atau trah keraton, Keluarga Broto tidak terlalu berdarah biru, mungkin sekedar biru muda, mungkin faktor kekayaan selaku pejabat bumn menjadikan dekat dengan lingkaran dalam. Sehingga urusan bibit bebet bobot, agak berbeda dengan prinsip kraton. Seleksi calon mantu mengutamakan karakter dan kepribadian.

Saat Pak Broto akan ke lapangan tenis di komplek perumahan, rutin olahraga tenis, ditawarkan Bahdin kalau mau ditemani Ida. Bahdin juga mengingatkan Pak Broto agar memaksa putrinya serius mengasah golfnya juga, dan juga tenis. Pak Broto tentu saja memahami arah tujuan tips Bahdin. Keahlian olahraga bekal untuk kegiatan loby, salah satu ekstra point calon pemimpin.

Suasana baru bagi Pak Broto tanding tenis dengan Ida, Bahdin mengasuh dua balita. Selama ini mana mau Ina menemani bapaknya maen tenis, tapi dengan adanya Ida, selingan yang menyenangkan. Pak Broto melatih kembali kekakuan Ida, dengan harapan Ida nanti yang akan melatih Ina atau menghidupkan kembali minat putrinya.

Deni menyusul kelapangan, akhirnya lega, bisa ngobrol bebas dengan Bahdin seolah tak ada masalah kejadian tadi malam, sembari menonton istrinya latih tenis melawan Pak Broto. Deni mencetuskan omongan Rusdi semalam, memasukkan kerja dirinya

"Wah Deni, kalau lelaki gw nggak bisa bantu, prospeknya berat, tu lihat Rusdi saja akhirnya off. Harus ada skill. Tapi kalau perempuan gw bisa tunjukin peluang, nanti dia sendiri yang usaha, berjuang sendiri dengan segala konsekuensinya"
"Oowh, kalau Ida memang bisa?"
"Itu tergantung orangnya, tapi tuu lihat Marni kan bisa karena rajin dan sungguh-sungguh, padahal Rusdi nggak bisa. Tapi lihat saja jadinya nggak karuan jam kerjanya, nggak punya waktu ngurus anak, untung ada Ida. Untung juga suaminya pengertian. Ehh. lo kan lihat sendiri waktu lembur di hotel dulu?"

"Iya tapi hebat kak Marni dapat jabatan dan mobil baru, sesuai lah dengna pengobanan. Kalau bisa bantu kita juga dong, barang kali Ida bisa ikutan mujur seperti Mbak Marni"
"Kalau kata gw mending jangan, kasihan lo Den dan Anak. Mau bini lo lembur terus, rapat berhari- hari dihotel?, keluar kota?, dikejar cowo, ditempel bos?" Bahdin karih peringatan terakhir, sekaligus beri peringatan terselubung.

Tapi Deni yang tadi malam termakan omongan Rusdi, tetap berkeras.
"Nggak janji deh, lihat nanti, tapi ingat konsekuensinya, jangan gw yang disalahin"

sSs

Esok malam, tim kecil rapat di ruang kerja, membahas skenario interogasi atau korek informasi dari sekretaris senior, yang egois, narciss, power syndrome, diduga hper, tapi punya backing tersembunyi. Ida seekali nguping karena menyuapi balita. Akhirnya di sepakati, Stefani akan merapat ke Tuti, seolah cari muka dan cari selamat, memposisikan diri punya status khusus dengan Dir Finance, tak dipercaya, terpaksa patuh keberadaan Ina sekretaris 2. Terancam dirotasi, helpless. 

Sedangkan Bahdin adalah wild card, perannya ditentukan setelah jelas apa maksud Tuti.

Untunglah ada anak-anak, Bahdin selamat (atau sial ya?) dikeroyok tiga wanita eksekutif ini.

sSs

"Mbak Tuti, waduh parfumnya baru, merek apa? kok saya tak pernah tau ya padahal saya kolektor lho" Stefani cari muka, coba memuji wanita high profile, cantik cenderung kurus, sedang 160cm, single 42 tahun, yang dicemooh sebagai perawan tua, tapi tak kalah dengan yang masih belia. Jangan heran mobil antik dengan biaya perawatan tinggi, lebih asik dibanding mobil baru.

"Iya produk baru, launching nya bulan depan.." termakan pujian. Bermenit keduanya celoteh parfum.
"Eee mbak, Bahdin kakinya retak, istirahat sudah sebulan disuruh boss, heran Pak Karmin kok perhatian ama tuu anak. Awas dia kalo ketemu, kujitak" Stefani mengimpresikan punya kontrol. 
"Mbak mo ketemu dimana, biar saya panggil?"

"Hmm belum tahu, nantilah ..." seolah tak butuh, jual mahal. Padahal Tuti ingin segera bertemu
"Ok mbak, tapi ingat saya yaa mbak, tolong dong dibelain, jangan sampai ngandang, kemana kek, susah di Pak karmin dipancing nggak mempan bla bla bla"

sSs

"Stefani, Bahdin mu itu Sabtu pagi bisa ke klub house di sentul? 
"Pasti bisa, harus bisa, kalau tidak hhhmmmhhh " 

"Lho kenapa ?" Tuti juga saling pancing info mendengar Bahdin ttm nya Ste
"Tapi ini rahasia lhoo.. saya beritahu karena saya kepepet butuh Mbak Tuti tolong saya" meninggikan nilai info.
"Iya...pasti, apa dulu rahasianya "
"Errr.... TTM ..."
"Ooo kirain apaan, ehh... kamu kan punya cowo, keren lagi, kok mau sich ama buruh?"
"Awalnya juga tak tertarik tapi karena dia beberapa kali dipanggil, bosen nunggu rapat, beeteee, ehh kejadian dee, keterusan"
"Memang dia gimana orangnya"

"Orangnya inrtovert, grogi ketemu cewe, pendiam, tapi yang mantap, gampang disuruh kalo udah kenal"
"Wah pesuruh mah disini banyak, tuu OB berkeliaran"
"Bukan suruh itu, tapi suruh ituuuuuu, " Cowo ku, kalah jauh, makanya saya simpennn terus. Kalo rapat luar kota beberapa kali ku panggil seolah bos yang panggil. Bosen kan bengong sendiri dihotel. Stefani akting genit. Dengan lihai secara cerdik Stefanis pelan-pelan pasang harga tinggi buruh pabrik.

"Wah kamu berlebihan"
"Hii...hii...kalo nggak percaya, cowo disini yang mbak bilang hot siapa?" Dasar group sekretaris binal saling bertukar info pasangan selingkuhan se kantor. Beberapa nama yang diajukan dijatuhkan Stefani, sebagai nilai menengah bawah, menggangkat tinggi nilai Bahdin.

"Nggak mungkin, paling pakai obat ?" perawan tua, power syndrome ini mulai tertarik, merancang teknik interogasinya nanti. 
"err...." Stefani membaca bahasa tubuh, memastikan Tuti bangkit ketertarikan seksualnya.

"Ayo...buka rahasia jangan tanggung"
"Tapi tolongin saya ya Mbak, kalau nanti kecewa barang boleh kembali, tapi kalau puas inga inga" Stefani kian genit memancing, memaksa Tuti kian percaya, Bahdin simpanan gelapnya Stefani. 
"Iya pasti saya bantu, tapi apa?"

"Dia itu penurut? saya sering suruh role play atau tematik. Kalo cuma obat kuat mah, itu maenannya bos-bos kita, nggak ada serunya. Cowo saya aja yang penurut, nggak bisa disuruh yang aneh-aneh"
"Apa pula itu..." Tuti sudah full termakan bualan
"Hmm gini dee. demi mbak....saya rekomen suatu tema, Bahdin akan saya suruh. Untuk awal-awal yang elementer saja, agar Mba Tuti, tak kaget. Saya jamin seminggu bakalan merinding terussssssss" 

Stefani closing deal. 

Tuti mengiyakan, sesama kaum sekretaris elit, seks for benefit adalah lazim. Misinya adalah fact finding bencana di pabrik yang mengakibatkan internal auditor sampai turun audit. Info untuk merancang koreksi rencana strategis masa mendatang. Salah satu senjata rahasianya untuk pendekatan ataupun mengkorek informasi adalah seks. Usianya yang semakin senja tak menjadikannya menurun pesona kwanitaannya, malah sebaliknya skillnya interogasi atau memancing informasi rahasia sudah mastering.

sSs

Clubhouse di Sentul adalah tempat favorit Kelompok durjana, merancang aksinya selama bertahun-tahun. Lokasi tak terlalu jauh diluar kota, dekat akses tol, lengkap fasiltias tenis, golf, renang dll. Ideal untuuk rancang konspirasi. Stefani dengan car city nya mendrop Bahdin dengan informasi no cottage Tuti nanti berada. 

Permintaan lawan ketemu Bahdin demikian cepat, membuat persiapan undrcover agent dilakukan pontang-panting.

Saat gladiresik atau latihan role play, Stefani bertindak sebagai sutradara menumpahkan imajinasi fantasi seksualnya, menuntun Bahdin sebagai aktor dalam skenario, dan Ida sebagai aktris . Sedangkan Marni dan Ina selaku konsultan teknis, mengembankan dialog pembicaraan, merancang detil ucapan, ancaman dan terpenting pertanyaan tersembunyi mengkorek informasi.

Gladi resik dilakukan dengan sungguh-sungguh, mengingat lawan yang nanti dihadapi adalah kampiun seks, bukan sekedar abg perawan.

Bonus Video

{ 0 comments... read them below or add one }

Posting Komentar

Berkomentaralah Dengan Baik yng berisi kritikan , Masukan Demi Kalangsungan Blog kita Bersama ini