Dosa Yang Nikmat Bag.15

Posted by Unknown

Lanjutan Dari
Cukup lama Erlina berdiri di samping daun pintu yang sedikit terbuka itu, ia melihat, tidak tepatnya mengintip seorang remaja tanggung sedang duduk di kursinya di hadapan layar monitor yang sedang menayangkan sebuah adegan panas antara pria dan seorang wanita.

Tangan kanannya bersembunyi di bawah meja belajarnya, bergerak cepat turun naik, sementara tangan kirinya menggenggam kain segitiga berwarna biru langit yang ia dekatkan kehidungnya.

Remaja tanggung itu adalah Aldi, anak kedua dari Ustadza Erlina. Dia sedang menonton film 17+ sambil bermasturbasi menciumi dan menjilat celana dalam Uminya sendiri. Sementara Erlina yang melihat anaknya begitu terobsesi terhadap dirinya hanya bisa diam sambil menatap senduh.

Kalau seorang Ibu pada umumnya, mereka pasti akan sangat marah terhadap putranya kalau melihat apa yang di lakukan anaknya, tapi tidak dengan Erlina, Ibu muda itu cukup sadar diri, karena dialah penyebab kenapa anak kandungnya bisa begitu terobsesi terhadap dirinya, seandainya saja dia tidak selalu menganganggap dan memperlakukan putranya seperti anak balita, mungkin anaknya sekarang tidak akan seperti ini.

"Umiiiii..." Creooott.... crroottss...

Sambil menutup mulutnya, Erlina segera pergi dari kamar anaknya, ia takut kalau nanti putranya menyadari kehadirannya. Dan tidak jauh dari Erlina berdiri barusan, seseorang wanita yang usianya tidak jauh dari Erlina sedang tersenyum melihat Erlina yang pergi meninggalkan kamar anaknya.

---------------

Dua hari kemudian....
Mata Aldi tak berkedip memandang seorang wanita paru baya, usainya berkisaran 40 tahun. Tapi di usianya yang sudah berkepala empat, wanita tersebut masih terlihat cantik dan bentuk tubuhnya masih terlihat kencang, tidak heran kalau Aldi sangat betah berada di dekatnya.

Nama wanita itu Marni, biasa di panggil Tante Marni, dia adalah saudara kandung Umi Erlina.

Semenjak bercerai dengan Suaminya terdahulu, Marni tinggal di rumah Erlina untuk sementara waktu, pekerjaannya sehari-hari membantu pekerjaan Erlina, seperti memasak dan mencuci pakaian seperti yang sedang ia kerjakan saat ini.

Marni sedang membilas pakaian di belakang di dekat kamar mandi, ia duduk di kursi plastik di temani Aldi yang hanya menonton dirinya. Marni tersenyum sembari membuka kedua kakinya semakin lebar sehingga keponakannya semakin leluasa memandangi paha mulusnya berikut celana dalam yang ia kenakan saat ini.

Dia tau percis kalau keponakan ini paling suka mengintip, bukan hanya kepadanya saja tapi juga kepada Ibunya Elina dan Kakaknya Popi.

Terakhir ia memergoki Aldi yang sedang bermasturbasi sambil menciumi celana dalam Ibu kandungnya. Saat itu Marni tidak mengatakan apapun, dia langsung menampar Aldi dan merebut celana dalam Erlina.

"Hayooo ngeliatin apa?" Goda Marni.

"Gak... ngeliatin apa-apa kok Tan, cuman mau nemenin Tante aja." Elak Aldi, dia menunduk malu tatkala ia melihat Marni memandangnya sinis.

"Kamu itu, udah ketahuan masi aja bohong."

"Tan... soal kemarin jangan kasih tau Umi ya Tan." Kata Aldi gugup, dia memberanikan diri melihat kemata Marni yang memandangnya dengan tatapan menusuk.

"Beri Tante alasan, kenapa Tante gak boleh kasi tau Umi kamu soal kebiasaan kamu yang suka menciumi celana dalamnya yang kotor." Ejek Marni, dia paling suka melihat wajah polos keponakannya yang menggemaskan.

"Jangan ya Tan, aku takut nanti Umi marah! Aku janji gak akan kayak gitu lagi."

"Kayak gitu gimana, ngomong yang jelas dong Al, biar Tante kamu ini ngerti." Ujar Marni, dia membuka kakinya semakin lebar memperlihatkan bagian dalam paha mulusnya.

"Soal kebiasaan nyiumin celana dalamnya Umi."

"Jadi kamu gak mau lagi nyiumin celana dalamnya Umi? Kalau Tante yang suruh gimana?"

"Maksud Tante?" Tanya Aldi kebingungan.

Marni tak langsung menjawab, dia mengambil sesuatu di balik baskom, kemudian beranjak dan duduk di samping keponakan yang polos. Dia merangkul pundak Aldi dan memberikan kain segitiga yang barusan ia ambil, dan menyerahkannya kepada Aldi, keponakannya. Walaupun dia tidak mengerti, Aldi tetap mengambil celana dalam itu.

"Kamu tau gak ini punya siapa?" Tanya Marni.

"Eehnm... punya Umi." Jawab Aldi ragu-ragu, tapi dia sangat yakin kalau celana dalam itu punya Uminya.

"Sampe hafal, hahaha... pasti kamu sering liat ya, dasar anak mesum kamu." Ejek Marni sambil mengucek-ngucek rambut Aldi hingga acak-acakan.

"Iih... Tante!"

"Mau Tante bantuin gak?"

"Bantu apa?" Tanya Aldi bingung.

Marni tak menjawab, kemudian dia meraih burung Aldi dari luar celana, Aldi sempat kaget, tapi hanya diam ketika tangan Marni meremas-remas penisnya dari luar. Tidak sampai di situ saja, Marni semakin iseng mengerjai keponakannya, dia mengambil kembali celana dalam tersebut, kemudian mengusapkan celana dalam itu kewajah Aldi.

Dalam keadaan bingung, Aldi hanya pasrah bahkan menikmati menghirup aroma celana dalam Ibunya.

"Enaak ya?"

"Eehmmpp... enak banget Tan." Jawab Aldi polos.

"Hihihi... kamu suka banget ya sama Umi kamu?" Tanya Marni sambil membuka celana Aldi, sehingga ia bisa mengurut penis Aldi secara langsung.

Tubuh mungil Aldi berdesir nikmat merasakan belaian di penisnya, dia tidak menyangkah kalau Tantenya akan memperlakukannya seperti ini, dan dia baru tau ternyata jauh lebih nikmat di kocokin oleh Tantenya di bandingkan ia mengocok sendiri apa lagi sambil menghirup aroma celana salam Ibu kandungnya sendiri.

Dia mulai membayangkan kalau saat ini sedang bersama Ibunya, dan melakukan hal yang tabu dengan Ibu kandungnya sendiri, yang seharusnya tidak ia lakukan.

"Aaahkk... iya Tan, aku suka Umi... !" Erang Aldi sambil menjawab pertanyaan Tantenya.

"Apa yang kamu suka dari Umi?"

"Uhhkk... Umiii cantik Tan, tubuhnya bagus, teteknya besar dan memeknyaa... Aaahkk... pokoknya aku suka semua yang ada di diri Umi."

"Kamu sayang sama Umi?" Tanya Marni lagi.

Aldi mengangguk sambil berujar. "Sayang banget Tan, Aldi mau melakukan apapun demi Umi Tan." Kata Aldi matanya memandang Marni dengan tatapan sayu.

"Berarti kamu gak marahkan kalau Umi kamu di entotin orang lain selain Abi kamu." Aldi terdiam, dia kaget mendengar pertanyaan Marni, tentu saja dia merasa tidak rela, tapi melihat senyuman Marni, entah kenapa hatinya merasa luluh.

"Tapi Tan...!"

"Katanya kamu sayang sama Umi, kalau begitu kamu gak boleh marah kalau Umi senang di entotin orang lain." Jelas Marni, dia semakin erat mendekap tubuh Aldi.

Diam-diam Aldi mulai membayangkan melihat Ibu kandungnya sedang di setubuhi orang lain, dan anehnya ia merasa semakin sangat terangsang. Tapi walaupun begitu, dia juga merasa sangat cemburu walaupun hanya baru membayangkannya saja.

Tapi sebelum Aldi menjawab, tiba-tiba darahnya terasa mendidih, urat-urat penisnya mengejang, dan tubuhnya bergetar hebat, beberpa detik kemudian, dia memuntahkan spermanya cukup banyak kelantai. Marni buru-buru membersihkan penis Aldi dengan celana dalam yang ia pegang.

"Gak perlu di jawab, Tante uda tau jawabbannya." Ujar Marni, lalu dia bangkit. "Ya udah kamu mandi dulu, bauuk... Oh iya jangan cerita sama siapapun, kamu mengerti?" Sambung Marni, sambil membenarkan letak lipatan kainnya.

"Iya Tan..."

--------------

"Assalamualaikum."

Tok... tok... tok...
Beberapa kali aku mengetuk dan mengucapkan salam, tapi tetap tak ada jawaban dari Kakak Iparku, mungkin dia sedang keluar, kuputuskan untuk segera masuk karena pintu rumah tidak dalam keadaan terkunci.

Sudah satu bulan lebih aku tidak pulang kerumah, bahkan setelah ujian berakhir aku tetap memilih tinggal di asrama, kuhabiskan waktuku di asrama dengan belajar dan belajar, berharap aku bisa melupakan semuanya. Tapi ternyata aku tidak bisa, terutama setelah tak lagi mendapat kabar dari Clara.

Iya hubunganku dengan Clara saat ini ngenggantung, setelah percumbuan kami kemarin, aku sudah tidak perna lagi bertemu dengannya, bahkan terkahir kami berbalas pesan satu minggu yang lalu dan semenjak itu kami tak lagi berkirim pesan karena hpnya tak lagi aktif.

Creaaak...
Dengan perlahan aku mendorong pintu kamarku yang sudah aku tinggal cukup lama.

"MALIIING, TOLOOOOONG ADA MALIIIIING.... SANA KELUAAARRR...!"

Aku sangat terkejut ketika aku membuka pintu kamarku, kulihat ada seorang anak gadis berada di dalam kamarku, sepertinya ia sedang ingin berganti pakaian. Karena ia hanya mengenakan pakaian dalam.

Aku sempat terpesona dengan pemandangan yang ada di hadapanku saat ini. Tapi karena panik mendengar teriakannya aku buru-buru menyekapnya, kututup mulutnya dengan tanganku agar dia tidak bisa berteriak, bisa bahaya kalau sampai ada orang lain yang mendengar teriakannya, bisa-bisa aku di pukuli dan di kira ingin mencuri, bahkan lebih parahnya lagi aku bisa di tuduh ingin memperkosa dirinya.

Dia terus merontah, tapi aku mendekapnya sangat erat sambil menjatuhkan tubuhnya diatas kasurku dan menindihnya agar ia tidak bisa bergerak.

"Lepasiiiinmmm... eehmmpp...!"

"Ssstt... diam gue bukan maling." Kataku berusaha menenangkannya yang ketakutan.

"Ada apa ini? Radit? Ria?"

"Kakak....??"

-----------------------

Aku hanya bisa tertunduk malu-malu, sesekali aku memandangi Kak Nadia yang sedang tersenyum dan seseorang gadis remaja seusiaku yang juga sedang tertunduk malu, mukanya tampak memerah, mungkin saja ia juga sangat marah.

"Ya udah sana baikan, cuman salah paham." Ujar Kak Nadia santai, seolah tak perna terjadi sesuatu hal yang besar yang perlu di besar-besarkan.

Aku menyodorkan tanganku hendak meminta maaf. "Maafin gue ya, tadi gue gak sengaja." Kataku, tapi tak ada reaksi darinya, bahkan ia memandangku seolah ia ingin membunuhku. Aku merenyitkan dahiku.

"Kenapa?" Dia membentak. "Dasar otak mesum, dari dulu kamu tuh gak perna beruba." Katanya melotot, tapi tunggu dulu, apa maksudnya dari dulu.

Lama aku memandang dirinya, sepertinya aku sudah mengenalnya cukup lama, tapi dimana? Dan dia siapa?.

"Emang kita udah saling kenal ya?" Tanyaku bingung.

"Aku benci sama kamu, berani-beraninya kamu ngintip terus habis itu sengaja banget nyari kesempatan buat meluk aku barusan, ingat kita ini bukan muhrim."

"Kan udah di bilang gak sengaja, lu juga yang salah, ngapain di kamar gue." Kataku tak kalah sinis.

"Eeitt... kamu gak boleh nyalahin Ria, Kakak yang nyuruh dia tinggal di kamar kamu, bukannya kemarin kamu bilang gak mau pulang lagi, kenapa sekarang kanu tiba-tiba pulang, malah bikin onar." Celah Kak Nadia, aku tak berani membantahnya.

"Maaf Kak."

"Marahin aja Umi, emang dari dulu dia itu mesum kok, bilang aja emang sengaja mau lihat aku telanjang, pake bilang-bilang gak sengaja segala." Omel Ria, duh... rasanya mau kupelintir mulutnya itu, yang seenaknya saja bicara.

"Apaan si lo, sok kenal banget!"

"Udah... udah... gak usah berantem lagi." Lerai Kak Nadia. "Oh iya malam ini kamu mau nginap di rumah Umi, apa mau pulang keasrama, Ria?" Tanya Kak Nadia kepadanya, sementara aku hanya membuang muka jauh-jauh.

"Aku balik keasrama aja Umi, males juga ketemu dia."

"Siapa juga yang mau." Kataku sengit.

"Duh... kamu ini Dit, sana kamu mandi dulu gih, bauk... Malam ini kamu nginap ya, soalnya Kakak sendirian." Jelas Kak Nadia, aku mendengus kesal.

Padahal rencanya aku hanya ingin singgah sebentar, tapi gara-gara dia aku terpaksa menginap malam ini.

"Iya Kak." Jawabku males-malesan.

Aku segera pergi kekamarku sehingga aku tak lagi mendengar obrolan mereka, aku mengambil handukku, dan ketika ingin kekamar mandi, aku kembali melihat kearahnya, entah kenapa nama dan wajahnya seperti sudah sangat familiar untukku. Tapi di mana aku mengenalnya? Sudalah...

----------

Di tempat lain, di dalam sebuah kamar seorang wanita bergerak liar diapit oleh dua orang sekaligus, mereka adalah Budi dan Rozak yang sedang menggarap tubuh Clara yang bening bermandikan keringat.

Dia mendesah nikmat tatkalah penis keduanya bergerak lincah keluar masuk di kedua lobangnya.

Saat ini ia sudah menjadi bagian dari kelompok Reza, sebagai pemuas nafsu mereka sama seperti Ustadza Irma dan Lathifa. Tapi diantara mereka, hanya Clara yang tampak benar-benar sangat menikmati di perkosa secara beramai-ramai, bahkan saat ini dia yang sengaja datang kepada mereka meminta untuk di perkosa oleh mereka.

Awalnya mulanya dia bergabung dari keisengannya yang suka bertaruh mendapatkan Santri, karena keberhasilannya merayu Adik Ustad Jaka, membuat teman-temannya kembali bertaruh untuk mendapatkan Chakra, dan siapa yang menyangka kenekatannya mendekati Chakra malah membawa petaka baginya, dia di jebak dan di jadikan pemuas nafsu Chakra dan kawan-kawan yang lainnya hingga akhirnya ia yang memang dari awal memang pemuja sex menjadi ketagihan.

"Aaahkk... Aaahkk.... aku mau keluaaar Pak!" Erang Clara, untuk kesekian kalinya hari ini tubuhnya bergetar hebat.

"Ajiiing looonteee... gue juga mau keluaaar!" Budi mencengkram erat pantat Clara, lalu detik kemudian dia memuntahkan spermanya kedalam anus Clara.

Rozak segera meminta berganti posisi, dia menidurkan Clara dengan posisi terlentang, kemudian dia kembali mengarahkan terpedonya kearah selangkangan Clara, dengan perlahan penisnya kembali membelah vagina Clara.

Dia mulai menggoyang dengan cepat, pinggulnya maju mundur menyodok vagina Clara, sementara Clara hanya mengerang-erang nikmat menerima sodokan penis Pak Roza.

"Bapaaak mau keluaaar Non!"

Croooooortt.... cccrrooooottt.... cccrrroooottt.....

--------------

"Kamu... apa-apaan si Chakra" Bentak Irma setelah di paksa masuk kedalam wc umum.

"Sssstt.... tenanglah sayang, jangan marah-marah gitu, emang kamu gak kangen sama kontolku, hehehe...!" Chakra tertawa sambil mendorong tubuh Irma kedinding.

"Jangan Chakra, Umi mohon."

PLAAAK... Tiba-tiba Chakra menampar pipi Irma hingga memerah, Irma melotot memandang marah kearah Chakra.

"Lonthe kurang ajar, berani manggil Chakra lagi gue siksa lo..." Bentak Chakra, kemudian dia mencekik leher Irma hingga Irma kesulitan bernafas.

Irma berusaha melepaskan diri, tapi Chakra menahan tubuhnya dengan sangat erat, kemudian dia mulai menjilati sekujur wajah Irma, dari kening, mata, hidung hingga kebibirnya, lalu mengulum dan melumat bibir Irma.

Irma sedikit dapat bernafas lega, ketika cekikan Chakra perlahan mulai mengendur, tapi berganti dengan belaian kasar diatas payudarahnya dari luar gamis yang ia kenakan. Perlahan tapi pasti, rasa tersiksa barusan berganti dengan rasa nikmat yang menjalar keseluruh tubuhnya.

Irma tak habis pikir, bagaimana mungkin sebagai seorang Ustadza dia melayani nafsu muridnya di dalam kamar mandi umum, dia hanya berharap tidak sampai ketahuan.

Chakra membalik tubuh Irma hingga menghadap kedinding, lalu dia menyingkap gamis Irma hingga sebatas pinggang, menampakan sepasang betis putih bersih dan bongkahan pantat yang sekal tertutupi kain segitiga yang hanya berbentuk seutas tali. Kemudian Chakra berlutut menghadap kearah pantat Irma yang menantang.

"Tuaaaaan... Aaahkk...!" Irma merintih panjang tatkalah lidah Chakra menjilati bongkahan pantatnya dan kedua paha bagian dalamnya nyaris mengenai bibir vaginanya.

Kedua kaki jenjang Irma mengejang geli, apa lagi sambil menjilati pahanya sambil menarik-narik celana dalamnya hingga menekan-nekan dan menggesek clitorisnya, membuatnya semakin terangsang.

Bahkan hanya dalam waktu kurang dari lima menit, Irma sudah mencapai klimaknya.

Chakra menarik kesamping g-string yang di kenakan Irma, hingga ia dapat melihat bagian dalam bibir vagina Irma dan anusnya. Kemudian dia kembali menjulurkan lidahnya, menyapu bibir vagina Irma, lalu naik hingga ke lobang anus Irma tanpa merasa jijik sedikitpun, bahkan ia tak segan menghisap bibir vagina Irma, dan anus Irma.

"Tuaaaan... jangan hisaaap, Aaahkk... Aahkk... Geli Tuan rasanya, Uuhkk... Ouuuwww....."

"Anus Umi enak bangeeet, aku tusuk-tusuk ya Umi!"

"Jaa... Aauuwww... geeliiii... jangan tusuk pakeee lidaaa... aduuuh memekku di apaaain Tuaaaan... Aaahkk.... Ooookkk... aku dapeeeet lagiiii...!" Irma melenguh ketika kembali mendapatkan orgasmenya.

Tapi Chakra tak bergenti dia terus merangsang tubuh Irma, lidahnya menusuk-nusuk anusnya, dan kedua jarinya mengorek-ngorek liang senggama Irma yang terasa semakin hangat tatkalah ia orgasme. Chakra baru berhenti ketika badai orgasmenya berhenti.

Dia menarik tubuh Irma dan memeluknya, lalu dia melumat bibir Irma dengan rakus.

"Kulumin kontolku lonte!" Perintah Chakra.

Irma mengangguk pasrah, dia berlutut di hadapan Chakra sambil membuka kancing bagian depan gamisnya, dan mengeluarkan kedua payudarahnya karena Irma tak perna lagi memakai bh di balik baju syar'inya.

Dengan perlahan jemari lentik itu membuka celana Chakra, mengeluarkan terpedonya yang berukuran besar.

Lalu dia mulai menjilati kepala penis Chakra, terus turun kebatangnya hingga seluruh penis Chakra basah terkena air liurnya, dan kemudian dia melahap habis penis Chakra hingga mulutnya terasa penuh, sementara tangannya meremas kantung pelir Chakra, hingga membuat Chakra mendesah nikmat.

"Shiiiiitt... mulut lonthe Umi enak bangeet! pinter banget ngulumnya... Aaaahhh....!" Ceracau Chakra sambil meremas-remas susu Irma.

Irma menghisap penis Chakra layaknya seorang perempuan murahan, dia lagi-lagi lupa dengan statusnya yang sebagai seoramg Ustadza dan seorang Istri yang alim.

Lima menit kemudian, Chakra menarik penisnya dari dalam mulut Irma, kemudian dia meminta Irma berdiri dihadapannya, kemudian dia mengangkat satu kaki Irma dan mengarahkan penisnya di hadapan lipatan bibir vagina Irma, dengan perlahan ia mulai mendorong penisnya membela bibir vagina Irma dan menusuk masuk kedalam rahimnya.

"Aaaahkkkk....!" Irma melenguh nikmat.

Chakra mulai menggerakan maju mundur menyodok vagina Irma, sambil melumat bibir sensual Irma.

"Anjiiiing... gue gak perna bosen ngentotin memek lu lonte! Aaah... Lu sukakan gue entoton memek lu ini." Ceracau Chakra, dia menghentak-hentak selangkangan Gurunya sendiri.

"Aaawww.... Aaahkk.... Aaahkkk...."

"Aaanjiiiiiing.... ngeeeentot looo pecun murahan, dasar wanita jalang gak tau diri.... Ini gue sodok memek lu, gue bakalan bikin lu hamiiill... Aanjiiiiing!"

Chakra merasa vagina Irma sangat hangat sekali, membuat ia merasa sangat puas bisa menyetubuhi gurunya sendiri yang di kenal sebagai wanita yang baik dan alim.

Dia mencabut penisnya dari Irma, lalu dia membalik kembali tubuh Irma membelakangi dirinya, kemudian dari belakang sambil meremas dan memilin kedua susu Irma, Chakra menggenjot kasar vagina Irma hingga terdengar suara benturan antara kedua jenis kelamin mereka hingga terdengar suara yang nyaring.

"Aaaauww... Aku mau dapat lagi...!" Erang Irma.

"Keluaaaarin lontheee... keluarin semua yang kamu punya... Aaahk.... aanjiiing... aaaah....!" Nikmat Chakra, dia menarik-narik putting Irma.

Irma menggelengkan kepanya saat multy orgasmenya tiba. "Aaampuuunn... Aaahkkk... sudaaah... ngiluuuu tuaaan... Aampuuuunn....!" Erang panjang Irma saat badai orgasme tak perna berhenti ia dapatkan.

"Sabaaar... Ni trimaaa sperma gueee!" Pekik Chakra, dia.mendorong penuh pinggulnya sebelumnya penisnya menembakan jutaan sel mahluk hidup kedalam rahim Irma, seorang wanita yang sudah bersuami.

Tubuh Irma ambruk kelantai dengan nafas memburu, ia tidak menyangkah permainan kali ini walaupun hanya sebentar tapi terasa sangat nikmat sekali dan sangat menguras tenaganya. Dia memandang Chakra yang tersenyum.puas.

"Hebaaat... Hahaha... " Komentar Chakra sambil membenarkan celananya.

Setelah selesai merapikan kembali pakaiannya, Chakra segera keluar dari dalam wc meninggalkan sendiri Irma yang masih bersimpuh di dalam wc.

Irma kembali menangisi nasibnya, walaupun ia selalu berusaha mencoba tidak menikmati setiap pemerkosaan yang ia alami, tapi pada akhirnya ia tetap saja kalah menghadapi nafsunya, bahkan sekarang ia mulai ketagihan dengan permainan mereka yang selalu melecehkannya.
Bersambung Ke
Dosa Yang Nikmat Bag.16

GABUNG DI GRUP FB KAMI

{ 0 comments... read them below or add one }

Posting Komentar

Berkomentaralah Dengan Baik yng berisi kritikan , Masukan Demi Kalangsungan Blog kita Bersama ini