Lanjutan Dari
Wanita berkaos kaki merah, begitu Pamela menyebutnya.
Entah kenapa, aku nggak ada ekspetasi lebih untuk menggali masalah kenapa wanita itu selalu memakai kaos kaki berwarna merah, meskipun Pamela menyarankanku untuk tidak mengenalnya lebih dekat, justru semakin aku penasaran mencari tahu siapa sebenarnya wanita ini. Sudah beberapa hari aku tinggal di rumah ini, tapi sama sekali aku tidak melihat sosoknya keluar masuk kamar. Aneh banget kan? Apa memang kehadirannya sulit diprediksi oleh orang sekitarnya, atau jangan-jangan dia itu setan yang arwahnya gentayangan di tempat ini? Hihh! Masa sih! Berarti kejadian kemarin dia ngusir Gw itu ?? Setan ngusir gw ?? Ngeri juga kalo seandainya itu beneran. Yang jelas, wanita itu benar-benar misterius.
Didalam kamar, aku meratapi kesendirianku. Bagaimana tidak, meskipun penghuni rumah ini 5 orang, hanya Caroline yang mulai mengakrabkan diri menyapaku. Terlintas sejenak dibenakku untuk mulai bergerak. “Ok ! Gw harus mulai menyapa penghuni sisanya”,gumamku dalam hati
Kugerakan kakiku keluar kamar, sesampainya didepan pintu, sejenak langkahku terhenti, aku mendengar suara orang menapakkan kaki, dari sudut pintu , kulihat Melisa berjalan menaiki anak tangga, kali ini bukan dengan kaos kaki berwarna merahnya, tapi dengan kakinya yang terbalut perban, dan jalannya tertatih.
“Kaki lo kenapa Mel??”,sahutku seketika pandangan mataku terbelangak melihat kakinya dengan balutan perban itu.
.......................
Percuma aja lah, gw mau ngomong apa nggak, pasti bakal di cuekin!
Tanpa memalingkan pandangannya kearahku, seketika itu juga ia menutup lagi pintu kamarnya.
Setelah kemarin kulihat sayatan bekas luka ditangannya, kini aku melihat kakinya terbalut perban. “Ngapain lagi sih dia! Aneh!”. Disisi lain aku merasa merinding melihatnya, bulu kudukku mendadak mulai berdiri, tapi jujur aku penasaran. “Apa gw coba ngetuk kamarnya? Hmmm..kucoba deh ya, tiga kali aja! Kali ini cukup tiga kali..”
Tok...tok...
Tokk tok tok...
Tok tok ...
“Ahh, udah.. udah... pasti nggak bakalan di....”
“Masuk..”,terdengar suaranya lirih. “Hahhh?? Untuk kedua kalinya gw dipersilahkan masuk, apa gara-gara gw sempet naruh bakmie goreng didepan kamarnya waktu itu??”. Perlahan aku membuka pintu kamarnya yang tak terkunci dan masuk.
“Sore Mel...??”,aku menyapa
“........”
Sama persis seperti kemarin, suasananya mencengkam, dan tidak ada suara keluar dari mulutnya. Dia tetap terdiam dengan mengenakan kemeja bermotif bunga membungkukkan badannya, posisinya duduk bersandar tembok sisi kiri kamarnya. Ku ulangi sekali lagi menyapanya, tetap masih diam. Matanya sesekali menatap tajam kearahku, lalu dipalingkannya lagi, ia menundukkan kepalanya kebawah.
“Tadi lo ngapain turun ke bawah...??”,aku menambahkan
“...........”
Seperti kejadian kemarin, masih sama, terdiam membisu. Bahkan kali ini lebih sunyi, seakan Melisa membiarkan kamar ini terselimuti sepi yang tak pernah lepas membelenggunya dengan dekapan kesunyian yang kuat.
“Mel.... “,ujarku menyapanya lagi
“......................”
“Asshhhh! Gw seperti ngomong sama patung gajah duduk”. Percuma ngomong, malah makin jengkel sendiri dibuatnya. Sejenak aku terdiam, kulihat tubuhnya lesu. Apa jangan-jangan dari kemarin dia nggak makan? “Shhhh..apa nggak lapar ni cewek seharian didalam kamar?!..”. Lama-lama aku merasa kasian.
“Lo mau makan..??”
“....................”
Tubuhnya masih duduk membungkuk, terdiam mematung, matanya terus menatap arah bawah lantai dengan tatapan kosong.
“Ok, sekali lagi gw tanya...”
“Lo mau makan..??”
“................”
“Gw mau pergi turun ke bawah beli bakmie goreng, lo mau nitip??”
“................................”
“Ohh lo mau nitip nasi goreng??”
“.......................”
“Kuaampret! gw ngomong sendiri jawab sendiri , serasa jadi orang gila, ngomong sama diri gw sendiri.."
“Lo mau nasi goreng apa bakmie goreng ??”,aku menambahkan
“....................”
“Masih juga nggak dijawab??!, lama-lama ni anak bikin jengkel! Sumpah, ada juga orang macam Melisa ini. Udah tau kelaperan, masih aja keras kepala!”
“Ok lo tunggu sini, jangan kemana-mana...gw pergi bentar...”,ujarku
Aku bergegas keluar kamar, turun kebawah menuju warung tempatku membeli Bakmie Goreng kemarin. “Mau dimakan, mau enggak itu terserah, yang penting niatan gw udah baik kan??”. Balik dari warung, aku kembali ke kamar Melisa, pintunya masih terbuka. “Syukurlahhh terbuka...”. segera aku meletakan dua bungkusan bakmi di tengah kamarnya.
“Makan, Mel....”,
“.................”
“Mel.....”
“............”
Perlahan tubuhnya beranjak dari tempat sandarannya, dengan kaki yang tertatih berjalan ketengah mengambil satu bungkusan Bakmie Goreng yang baru saja kuletakan diatas lantai. Kemudian beranjak duduk diatas kasur.
“Makasih...”,ujarnya lirih bahkan hampir tak terdengar
“Akhirnya........!”
“Sekarang , Lo bisa keluar...”
"Whatt??! Keluarrrr??!"
Aku tertawa kecil..
“He he he..., lo kenapa sih? Lagi ada masalah? cerita aja ke gw, gw pendengar yang baik kok..”
“Nggak ada urusannya sama lo..”jawabnya ketus
“Ohh jadi kalo ada cewek mati kelaparan apalagi ada disebelah kamar gw, itu bukan urusanku?”
“Siapa yang mau mati kelaparan?”,
“Elo kan..???”
“Lagian lo ngapain juga sampai beli Bakmie Goreng segala..?”,ujarnya ketus
“Gw kasian sama lo, udah itu aja..”,jawabku sedikit kesal
“Gw nggak butuh rasa kasian lo...”
“Buktinya lo ambil bakmie pemberian gw..”
“................”, seketika Melisa terdiam. “Udah Mel, sekarang lo makan dulu.. , gw temenin lah, lagian gw juga udah beli dua bungkus, sayang kalo dibiarin nggak dimakan”
Aku mulai membuka perlahan bungkus bakmie , dan seketika Melisa juga perlahan membuka bungkus bakmie yang dibawanya, lalu memakannya dengan lahap. “Laper juga kan lo, dasar cewek keras kepala...”,gumamku dalam hati
Setelah selesai makan...,
“Gw mau ambil minum, lo tunggu sini aja, gw ambil didapur..”
“Gw bisa ambil sendiri”,gubrisnya
“Dengan keadaan kaki lo kayak gitu..?? Udah biar gw aja, lo tunggu sini ”
Aku bergegas turun kebawah menuju dapur, membawa dua cangkir gelas berisi air putih, lalu kembali ke kamar Melisa.
“Nih, minum dulu...”,ujarku sambil meletakan gelas didepannya
“..................”
Sejenak Melisa mengambil gelas yang ada didepannya itu. Terlihat tiga sayatan bekas luka ditangan kanannya
“Mel...”
“Gw mau tanya... , tapi lo jangan marah..”
“.................”
“Gw cuman pengen tau aja, lo ngerasa sakit nggak sih waktu ngelakuin itu? Maksudnya, tangan lo sakit nggak? banyak goresan luka gitu”
“.........................”
“Lo mau coba??”,ujarnya menantang
“Ya nggak lah! Gila..., nggak mau gw! Bayanginnya aja ngeri udahan...”
“Lo bakal tau rasanya kalo lo ngerasain sendiri”
“Gw nggak mau..”
“Ya udah nggak usah bahas itu..”,balasnya singkat
“...................”
“Kalo gitu gw tanya yang lain, boleh??”
“........................”
“Masih aja nggak mau respon, sekalinya ngerespon jawabannya dingin gitu. Sabar...sabar...”
“Tapi lo jangan marah ya...”,ujarku menambahkan
“Lo pernah bilang, lo itu ibarat payung. Gw cuma pengen tau, apa itu sebutan lo waktu kecil, ada orang ngejek lo dengan sebutan itu, atau apa.. Maksudnya, payung itu apa. ??”
“Lo ini orangnya selalu pengen tau ya...”,
“Bukan gitu sih Mel, tapi....”
“Payung bekas....”,ujarnya memotong
“Bekas.. ??”
Melisa menganggukan kepalanya . Tatapannya masih kosong, tanpa memandangku sedikitpun seakan ia berbicara dengan dirinya sendiri.
“Jadi pasti sekarang lo mau tanya 'bekas' itu apa kan?”
Seketika itu, Melisa menarik tanganku, mengantarku kearah tempat tidurnya. Kemudian aku direbahkannya ke tempat tidur, Melisa sesegera menindih tubuhku.
Perlahan dibukanya kancing kemejanya satu per satu, mulai dari yang paling atas, turun ke kancing kedua dari atas, kancing ketiga..., semakin kebawah...bawahnya lagi, hingga tak ada kancing baju yang tersisa untuk menutupi pakaian dalamnya yang kini terlihat jelas didepan mataku. Terlihat tubuh putih mulusnya dengan pakaian dalam berwarna ungu yang dikenakannya.
“Apa-apaan cewek ini! Apa gw mau diperkosa...??”,ujarku dalam hati ketakutan
“See.. ?? , Lo bisa lihat tubuh mungil gw sekarang??”
“...Tungg..gu, tunggu Mel, maksud lo apa ngelakuin ini...?? “
“Sekarang nikmati aja tubuhku sesuka lo....”
“Gw nggak bisa...”,jawabku singkat
“Lepasin pakaian dalamku...”,ujarnya. “Nggak..nggak.!”,aku menggelengkan kepala
“Udah, bugilin aja gw... sesuka lo, semau lo .. lakuin apa aja, gw pasrah...”,
“Gw nggak ngerti jalan pikiran cewek ini. Dibalik tatapan matanya yang seakan menantangku, justru malah menyimpan ketakutan yang mendalam. Apakah seburuk itu?..”
“Kenapa?? Kenapa lo diem??”,ujarnya menambahkan
“.........................”
“Kan gw udah bilang, gw nggak bisa ngelakuin itu... ”.
“.............................”
Kami sama-sama terdiam. Suasana kamar ini mulai nampak hening.
“Kalo gitu, sekarang lo bisa pergi keluar dari kamar ini. Gw pengen sendiri saat ini..”,ujarnya sambil menundukan kepalanya, perlahan ia melepaskan tindihannya lalu duduk bersandar tembok yang ada didekat tempat tidurnya.
“......................”
“Tapi mel...”
“Tolong jangan ganggu waktu gw sekarang...”,ujarnya
“...........................”
“Ok... ok...”
Aku kembali kekamarku, merebahkan tubuhku sejenak diatas tempat tidurku. Masih terbayang kejadian yang barusan kualami. “Apa sekelam itu masa lalunya?? Kenapa dia sampai tega ngelukai dirinya sendiri??”. Otakku serasa berputar dihujani pertanyaan tentang Melisa yang membuat pikiranku semakin lelah, dan kemudian mataku perlahan terpejam, aku terlelap dalam tidur yang panjang.
Bersambung Ke
Undangan Rahasia Bagian 9. Pengennya 3-Sum
Undangan Rahasia Bagian 9. Pengennya 3-Sum
{ 0 comments... read them below or add one }
Posting Komentar
Berkomentaralah Dengan Baik yng berisi kritikan , Masukan Demi Kalangsungan Blog kita Bersama ini