Lanjutan Dari
Kejadian malam ini membuatku tidak bisa terlelap dalam tidurku. Berkali-kali aku rebahkan tubuhku kekanan, lalu kekiri, tetap saja Melisa masih misterius bagiku, dan juga aku kepikiran si Reni. Apa jadinya aku besok jika ketemu dihadapannya, apa dia melihatku semalam? Aku jadi takut. Jujur saja meskipun Reni itu bukan cewek tipeku, ketika ada cewek bernafsu, hanya melihatnya beradegan seperti itu pasti tercengang menyaksikan peraduan gairah yang perlahan semakin memuncak mencapai klimaks. “Ahhh , jadi nggak bisa tidur!”. Kucoba membalikkan badan, kanan..., kiri... berulang-ulang, rasa kantuk tak kunjung datang. Mungkin, dengan membuat secangkir teh malam ini sedikit menenangkan nafsuku..
Perlahan kulangkahkan kakiku menuju dapur yang letaknya dilantai bawah rumah ini, sesekali kulihat kamar Melisa, masih saja tertutup rapat, dan juga aku memalingkan pandanganku, Kulihat kamar Caroline, pintunya terbuka, saat ingin menuruni tangga aku berbalik, aku mencoba melirik dari luar, melihat seisi ruangan kamarnya, rasa penasaranku memang tak terbendung saat itu. Seperti dugaanku, tertata rapi bahkan lebih rapi dari kamarku, “Ngomong-ngomong dia kemana ya??”. Pintu kamarnya dibiarkan terbuka begitu saja..
Aku menggaruk-nggaruk kepalaku, lalu menjajaki masuk kedalam kamar Caroline secara diam-diam. Didalam kamarnya kulihat banyak sekali foto-foto pada sebuah papan yang tertempel di dinding, tentu saja jelas foto Caroline yang sedang berpose bak model high class. “Benar-benar sempurna”,gumamku sambil menggelengkan kepala
Seketika itu, sesosok wanita hadir didepan pintu kamar ini mengetuk pintu yang sudah terbuka daritadi “Tok...tok...tok...”, aku terkejut, kupalingkan pandanganku dari foto-foto itu kemudian menghadap pintu kamar. Berdirilah Caroline tepat didepan mataku dengan wajah senyum cengengesan, aku tertenggun.
“Ngapain lo disini ...??”
“Ahhh! Nggak kok,”
Aku segera menggerakan badanku keluar, keadaan semakin nggak kondusif, aku ketahuan masuk tanpa seijinnya...
“Reyy, mau kemana lo..??”
Tanganku disahutnya, aku yang hendak pergi meninggalkan kamar ini sekejap terhenti ketika tanganku digenggamnya
“Lo lagi liat-liat apa..?”
“Hahhh??”
“Cuman foto-foto lo kok, memastikan kalo lo itu bener-bener model”
“Ohh gitu..”,ujarnya singkat
Tanganku ditarik kedalam, bukannya semakin meninggalkan ruangan ini, aku justru seakan dipaksa masuk kedalam kamar ini dan dipersilahkan mengenal lebih jauh seisi kamar ini
“Duduk sini Rey, gw habis bikin kopi di dapur tadi, pintu kamar lupa gw tutup”
Aku perlahan membungkukkan badanku, mencoba menikmati situasi ini, terduduk manis sambil memandangi kasur bermotif bunga ungu , kemudian sesekali kulihat cermin, lalu aku melihat tubuh mulus Caroline, aku menggelengkan kepala, terlihat payudara yang besar terpampang jelas dibalik baju ketatnya yang berwarna ungu.
“Kerja lo apa sih Rey..??”, ujarnya sambil menyeruput kopi bikinannya
“Gw??, gw cuman desain desain gitu , desain produk, logo, ngurusin laporan ya gitu-gitu aja”
“Ohhh gitu, kalo desain kayak baju gw bisa nggak ?? ”, tangannya mulai merapikan bajunya , badannya tegak terlihat payudaranya yang menyembul
“Yaa bukan kayak gitu juga keless....!”,gw cium juga ni lama-lama cewek, nafsuin aja
“..................................”
“Eh btw, Katanya lo model ya...”,
“Model jadi-jadian...”
“Setan brati lo??”
“Model!”,wajahnya cemberut
"Setannn...Wekwekwekwek",ejekku sambil menjulurkan lidah
"Model Rey! apaan sih"
“Maksud gw setan yang menghantui hati gw terus gitu.... -”
“Garing amat loo! Bwahahahahaha!”
“Kamprett! gw cuman coba godain lo aja itu, tapi apa daya jujur gw sebenernya terpesona sama manis bibir lo...”,gumamku dalam hati
“Mau ngerayuuu yeee , nggak level keles!”,nyombong ceritanya
“Serius carl.... lo istimewa..”
“Nggak seistimewa itu juga kali Rey , Hahaha.., yah paling cuman kalo ada event-event gitu diundang, ya gw Join, makanya gw sebut model jadi-jadian gitu...”,mukanya memerah tersipu malu
“Ohh, i see, kalo boleh jujur juga sih, sebenernya gw kurang passion dalam hal desain-mendesain”
“Lhaaaa terus,terus...??”
“ Passion gw di seni, seni lukis tepatnya , karena dari kecil bakat gw udah mengarah kesana...”
“Jadi lo bisa ngelukis..??”
“Bisalah..”
“Coba sekarang lo lukis gw, bisa nggak!”
“Hahhh, ngelukis lo ??”
“Ngelukis meja bisa gw!”,tangan gw nunjuk meja yang ada dekat cermin
“Ngelukis gw lah, objeknya gw...”
“Ehmmm...Belum pernah sih....”
Tawaran menarik sebenernya, aku seperti ditantang untuk mengasah ReyJuniorku disini, Ehh maksudku ketrampilanku dalam melukis objek. At least, mumpung udah malam, cicak bobok, ikan-ikan juga pada bobok, tinggal serangga nih yang masih berdengung menahan-nahan dengan kicauan nakalnya menggoda! Bwhahahahaha! Skip...skip....kenapa nggak kusanggupi aja tantangannya , Justru ini kesempatan.. , ini....kesempatan!
“Ok lah, tapi gw ambil peralatan gw dulu dikamar”
“Sokk atuh!”
Aku bergegas kembali ke kamarku mengambil peralatan seadanya, kanvas kertas cukup besar dengan topangan kayu, kemudian pensil lukisku,dan segala peralatan pendukung. Aku seperti kembali ke masa-masa kuliah saatku mulai aktif mengimajinasikan objek dan kutuangkannya dalam sebuah lukisan. Tanpa pikir panjang aku segera kembali ke kamar Caroline...
“Okeee, aku siap!”
Aku menaruh semua peralatan lukis ini tepat ditengah-tengah kamar Caroline..
“Aku harus gimana nih...?? Posee..?? Ato gimana?”,ujarnya kegirangan sambil mengibaskan rambutnya
“Pose sesuka lo aja..., bebas, asal lo nyaman “,
Caroline merebahkan tubuhnya diatas lantai dekat kasurnya. Sedangkan aku duduk dikursi. Perlahan aku mulai melukis tiap lekuk tubuhnya yang seksi itu, dari wajah, kemudian arsiran-arsiran tebal bagian lengan, lalu kucoba melukiskan payudaranya yang besar padat berisi yang tertutup oleh baju ungu yang dikenakannya, itu membuatku bernafsu. Mataku mulai fokus lagi melukis objek dirinya dengan perlahan tapi pasti. Sampai bagian pinggul, hingga hotpants miliknya, aku mencoba menvisualisasikan pahanya dengan arsiran tipis dan tajam. Selang beberapa lama, Caroline berdiri dengan seketika, ia bergerak menutup pintu kamar miliknya.
“Hehh, kenapa ditutup!”,degup jantungku meningkat cepat
“Rey, coba.... kita bikin lukisan nude sedikit, mau nggak?”, ujarnya dengan nada nakal
“Boleh, tapi selama gw melukis , gw belom pernah dengan objek nude”
“Hell no!”, ini kesempatan, kapan lagi datang kedua kalinya, saatnya bertindak..
“Ok ok, gw coba!”,aku menyanggupinya
Caroline membalikan badannya , dan yang kulihat hanyalah tampak belakang dari tubuhnya. Perlahan dilepaskannya baju warna ungu miliknya, behanya menjulur nampak berwarna putih , benar-benar punggung yang putih mulus.
Seketika itu, ia melepaskan hotpantsnya, kemudian menanggalkan celana dalamnya. Kini tinggalah tersisa behanya, tak lama setelah itu , dengan pelan ia melepaskan tali behanya dan berbalik menghadapku.
Kulihat tangan kanannya menutupi payudaranya yang nampak nyembul, benar-benar ukuran payudara yang besar. Tangan kirinya menutupi kemaluannya. Raut wajahnya agak gugup, aku hanya dapat menelan ludah tertegun mematung melihat penampakan sang model yang kini tanpa sehelai kain apapun..
Caroline mencoba mengkondisikan keadaan, perlahan tubuhnya direbahkannya kelantai. Kedua kakinya menjepit dan tangan kirinya mulai menutupi mekinya, sedangkan tangannya yang lain menutupi payudara yang semakin membuatku penasaran...
“Ok... ok... mulai ya carl”,degup jantungku semakin cepat
Aku mulai melukis Caroline lagi, kuawalinya dari arsiran tipis wajahnya yang innocent malu-malu itu, kemudian pada rambutnya dengan warna merah sedikit samar kuberi tekanan arsiran tebal, lalu bergerak menuju lehernya, aku mengarsirnya pelan, dengan goresan sedikit melebar membentuk lekukan untuk pinggulnya yang sempurna. Kulihat Caroline kurang nyaman, kulihat ia sesekali menggerakkan badannya dengan muka yang malu dan gugup...
“Apa lo nggak apa apa, Carl??”
Ia menganggukan kepalanya, berdiri lalu perlahan beranjak menghampiriku dan memelukku dari belakang, sembari matanya menatap lukisan yang sedang kulukis.
“Lo hebat juga ya Rey”,ujarnya
“Hebat...? apanya..”
“Itu yang lo lukis..., dan juga ini...”,tangannya mulai merangsang ReyJuniorku.
Degup jantungku semakin nggak karuan terbelenggu oleh nafsu yang memuncak mencapai batasku, aku merasakan kedua payudaranya menyentuh punggungku, dan memang benar-benar kenyal. Tanpa pikir panjang, aku perlahan bangun dari tempat dudukku, kemudian membelakanginya dan memeluknya dari belakang.. “Mmmmpphhh...”, dia dalam dekapanku sekarang. Aku berbisik kecil ditelinganya, ia mulai risih..
“Aku pijitin mau nggak Carl...???”
“Hahh, apanya...???”
“Payudaramu yang nyembul itu.....”, aku mencolek putingnya
“Ssshhhhh , ahhh..”
Caroline mulai mendesis, Langsung saja mulutku bereaksi menciumi lehernya dari balik punggungnya, kurebahkan kedua tangannya keatas mengunci leherku, lalu kedua tanganku bergeriliya dari pinggulnya meraba merangsang tiap-tiap tubuhnya dari lengannya yang kurebahkan keatas turun meremas hingga sampailah pada payudaranya yang besar itu.
“Mmmmmphhh, terus Rey, ahhh...ahh enak Rey....”
Nampaknya sudah mulai bergairah, aku meremasnya dengan lembut kali ini. Gerakan remasan kekanan kekiri, dan sesekali kupelintir putingnya yang semakin mengeras, Caroline merintih dengan nada kecil. “Mmmhhhpppphhh, ahhh...ahh...”, Ia mengigit bibir bawahnya. Kubalikkan badannya, kini ia dalam pelukanku
Kita saling bercumbu, kulumat bibirnya selagi tanganku merangsang bagian belakang punggungnya, kuusap perlahan hingga tanganku bergerak turun kearah pantatnya yang padat itu, selagi mulutku asik bercumbu, aku meremas-remas pantatnya yang menggemaskan itu.
Seketika perlahan kubawa tubuhnya dan mulai merebahkannya di atas kasur. Tangan kiriku mulai bergeriliya memainkan mekinya, tubuhnya bergerak risih. Tangan kanannya menolak, aku tetap merangsang mekinya, melakukan rangsangan lembut dengan dua jariku.
Kudekap pinggulnya dengan tangan kanan, bergerak lembut perlahan keatas sampai tanganku menggenggam payudaranya. Kuremas lagi payudaranya pelan, dengan gerakan mencengkram , tubuhnya mulai meronta kenikmatan.
“Mmpphhhhh...Mmmpphhhh...enak Rey, ahhh...ahh”.
Kujulurkan lidahku untuk menikmati tubuhnya seperti sebuah eskrim, perlahan bergerak kearah putingnya. Kujilati payudaranya, sesekali tangan kananku mengunci kedua tangannya yang direbahkannya keatas, dan tangan kiriku asik menjalajahi lubang mekinya.
“Mmmmphhh..mmmphh...Ahhhh...!”,rintihannya.mu lai nampak tak beraturan
Perlahan aku mengangkatnya untuk bangun, badannya kini tegak dengan kedua pahanya menjepit, perlahan kulebarkan kedua pahanya dan kedua jariku mulai menjelajahi lubang mekinya, aku masukan kedua jariku kedalam lubang mekinya, dan menggerakkanya secara konstan membentuk huruf J.
“...Mmmmmphhmmm mm...pphh...ahhh..”. Ekspresinya mulai kenikmatan, ia menggigit bibir bawahnya dan matanya terpejam menikmati sentuhan rangsangan manis jariku. Perlahan kutambah kecepatanku untuk menggetarkan lubang mekinya, badannya meronta menggeliat keatas, pahanya seakan ingin menjepit lalu mengembang lagi melebar.
“Emmmmphhhh, Ahhh...” keluar carian dari dalam mekinya.
Aku bungkukkan bahunya, membiarkannya duduk diatas kasur, dan aku mulai melepas celanaku. ReyJunior sudah semakin menegang segera kulepaskan cdku, dan kulihat ReyJunior berdiri tegak.Tanpa pikir panjang, tangan Caroline menggenggamnya, meremasnya dengan lembut dengan sentuhan nakal jarinya dikepala kontiku.
“Lucu....ya...”,ujarnya gemas, lalu mengocoknya dengan gerakan intens semakin cepat.
“Mmmphhh..ahhh”, kocokan tangannya semakin membuatku bergairah, aku menepis tangannya dan kusodorkan kontiku kemulutnya, tapi Caroline terdiam, raut wajahnya malu, matanya terus memandangiku dengan tatapan penuh nafsu bercampur gugup, aku terus menyodorkan kontiku ke mulutnya dan membelai rambutnya, perlahan dilumatnya kontiku, di icipnya bagian kepala, maju mundur, kemudian masuk semakin dalam ia melumat habis hampir setengah ukuran panjang kontiku.
Sesekali ia melepas lumatannya dan menjilati bagian bawah kontiku kemudian mengarah pada buah pelirku. Dirangsangnya dengan jilatan pelan, aku amat terangsang.
“Mmmpphhhh sshhhhhh...aahh..”, rasanya bagai diawan-awan.
Tanganku mulai membelai rambut panjangnya selagi Caroline melumat habis kontiku. Setelah cukup lama, kutarik kontiku keluar dari lumatannya, aku merebahkan tubuhnya diatas kasur dengan motif bunga, membuka perlahan, kubuka lebar-lebar pahanya yang putih mulus itu hingga berbentuk seperti kodok, pelan-pelan kumasukan kontiku kedalam lubang vaginanya. Kontiku terjepit nikmat menyatu bersama liangnya. Dengan gerakan lembut aku mulai memompa tubuhnya, sesekali tangan kananku juga ikut mengelus-elus rambut kemaluannya. Maju .... mundur, majuu... mundur semakin cepat, tubuhnya menegang, ekspresinya kenikmatan.
“sssHhhhh ahhh...Rey...”,desisnya
Aku mengulum mulutnya, menjelajahi semakin dalam tiap rongganya hingga kelangit-langit, lidah kita beradu seperti dua prajurit menjulurkan pedangnya.
“Mmmhhppphhh shhhh ahh Naf....su amat lo Rey... Mmmhhppphhh,”
“Ssshhhh..Lo juga! Haha.. haha......”
“Aaahhhhh, aku keluar sekarang...”
Irama pinggulku semakin kencang memompanya. Badannya mulai menggeliat, nafas kita mulai tak beraturan, desahan datang beriringan dari kami, kedua tanganku meremas kuat payudaranya yang padat dengan cengkraman. Aku ingin keluar, segera kulepas kontiku dan...
“Ssshhhh ahhh....”
“Ahhhhhhhhhhh... Crottt!”, menyembur keluar mengenai payudara Caroline
“..........................................”
Kami menghela nafas sejenak, tubuhku lemas terbaring bersama Caroline. Tak habis pikir, berawal dari lukisan, berakhir dengan hal seperti ini.
“.........................”, kami terdiam selang beberapa menit
“Rey..., lo udah pernah ngelakuin ini berapa kali..?”,ujarnya sambil mengambil tisue membersihkan kecretanku
“Sekali....”
“Eh, dua kali sama lo ini”
“Ohhh....”,jawabnya singkat
“Elo sendiri carl??”
“Cukup sering, dengan mantanku yang dulu...”
“Nakal juga lo!”
“Lhaa lo juga!”,
“Lo juga!”, sama-sama ngeyel
“Hahahahahahaha..”,
Kami berdua larut dalam tawa canda. Malam yang indah untuk pengalamanku di kota ini, Caroline benar-benar luar biasa. Aku beruntung bisa menikmati tiap lekuk tubuhnya.Kini ia bergegas mengenakan pakaiannya lalu merebahkan tubuhnya dikasur.
“Tidur sini aja, Rey...”
“Sori sori, nggak bisa gw”
“Lhahh.., kenapa??”
“Masih ada kerjaan, nglembur besok deadline soalnya..”
“Yahhh...yahhh , Yaudah dehh...”,dengan nada kecewa
“Gw duluan ya”, jawabku singkat
“Gw juga mau langsung tidur... , tenkyu yahhh buat malem ini ”,
Kecupan mendarat di pipi sebelah kanan, aku segera mengenakan pakaianku, lalu membereskan segala peralatan melukisku,dan mengembalikannya kekamar, ditengah jalan kembali sempat langkahku terhenti tepat didepan kamar Melisa, aku mulai berpikir aneh-aneh.
“Jangan-jangan dia ngintip ya adegan barusan?? Atau atau...ngedengerin dari balik tembok??”
“Dia kan di kamar terus, Jelas aja pasti denger desahan kami berdua... Kamprett! Gw nggak kepikiran sampai situ tadi”
Kugelengkan kepala, “Mikir apaan sih! Ngapain gw ngurusin dia”,gumamku dalam hati. Seketika aku mendengar isakan tangis dari dalam kamar Melisa. Lirih, terdengar hanya sesekali. Aku memegang kedua pipi, dan menepuknya pelan dengan kedua tangan. “Sadar...sadar.. “, Segera kubergegas kembali kekamar untuk menyelesaikan deadline yang selalu tertunda.
Kegigihanku menyelesaikan deadline patut diacungin jari manis, bukan jari jempol! Well, dari total desain yang ada, tersisa 3 desain yang belum kuselesaikan.Maklum hari ini memang menguras banyak energiku. Waktu sudah menunjukan jam 3 subuh, aku mencukupi aktifitasku hari ini dengan mensetting alarm, . Seketika itu, mata ini mulai terpejam perlahan bersama lantunan lagu Lullaby. “Tidurlah..... tidurlah..... , tidurlah....”, terhipnotis lantunan lagu yang seakan membisikanku kata-kata puitis yang membuaiku untuk segera menutup hari ini, perlahan aku tertidur pulas....
Paginya,....
“Tok...tok..tokk...Reyy bangun, ada orang nyari lo! Rey! Bangun! Tokk..tokk...Tok...!”
“Hhhhhhhhhhoaammmmm, Sia.....pa....?",
“Pagi-pagi gini juga??! , Masih ngantuk udah disuruh bangun!, gumamku dalam hati
“Gw Pamela..., Bangun Rey... Tok...tok...tok..!, Tok...Tok..tokk”
“Ni anak ngapain coba??! Ganggu istirahat gw aja !”,gerutu kesal dalam hati
“Bangun Rey, Susah amat sih disuruh Bangun!”,nadanya tambah kenceng
Mendengar ketukan pintu kamar yang amat keras, apalagi suara serak basah Pamela yang mulai berubah menjadi suara ((Monster)), akhirnya dengan ((Terpaksa)) , aku sejenak mengucek-ngucek mata, perlahan badanku bangkit dan segera beranjak dari tempat tidur.
“Ada apaan sih pagi-pagi gini! Hehh , ganggu orang tidur aje..”,
Aku berjalan dengan keadaan setengah, bergerak menuju gagang pintu dan membukanya
“Kenapeee Pammm..,?? HoammmmHhhmm”,
“Lo ditungguin temen lo diluar nohh, namanya Randy...”
“Oh yaa? Penting amat nggak?? Bilang aja gw udah kerja, beres kan?? Gw mau tidur lagi soalnya...Ok Beres??? Udah gitu aja kan?? CASE CLOSED!”, ujarku kesal sambil perlahan tanganku menutup lagi pintunya
“Tunggu Rey, jangan ditutup!”
“Apa lagi sih Pam, gw ngantuk berat ini ?!”, nadaku agak keras
“Sama satunya lagi...”,
“...............Hmmm??”
“...Mantan lo...”,ujarnya menambahkan
{ 0 comments... read them below or add one }
Posting Komentar
Berkomentaralah Dengan Baik yng berisi kritikan , Masukan Demi Kalangsungan Blog kita Bersama ini