Undangan Rahasia Bagian 5. Aku Melihatnya

Posted by Unknown

Lanjutan Dari

“Ummmmmmmmmhhhh”,
Aku merasakan kecupan yang tak biasa, kedua bibir kita benar bertemu, tapi sensasinya berkali-kali lipat lebih hangat saat aku bercumbu dengan mantanku satu-satunya. Benar diluar dugaan, apakah selembut ini kecupan Pamela, nggak habis pikir bagaimana aku akan menolak kecupan hangat seperti ini, badanku meleleh. Tapi, tunggu....kenapa perlahan bibirnya menjauh....

Pamela seketika mendorongku, aku terpental kebelakang, ia menghentikan adegan cumbuan kami, adegan kami terhenti begitu saja. Aku heran, tapi memang wajar aku ini terkesan liar tanpa pikir panjang langsung melumat bibirnya, sial...

“.....................”, kami terdiam beberapa detik

“Mmmmhh.. maaf Rey, aku nggak bisa...”,ujar dari mulutnya

Pamela menundukan kepalanya, kulihat wajahnya ketakutan, tapi bukan ciuman tadi yang menyebabkan raut wajahnya berubah sedemikian drastis, pasti ada sesuatu yang membuatnya mengubah suasana keromantisan ini...

“................”

“Enggg.....Nggak papa kok Pam...., harusnya aku yang minta maaf”,

Aku berusaha menenangkan hatinya..

Pamela bergegas pergi meninggalkanku, ia keluar kamar kemudian segera turun kebawah dengan raut wajah yang sedih dan cemas. "Hell no!.. Apa yang kulakukan?? Apa aku salah?? Ahhh!". Sudahlah, mungkin lebih baik Pamela menenangkan hatinya dulu. Lagipula, aku masih ada kerjaan untuk membuat beberapa logo yang akan diseleksi oleh BOSS di kantor....

Sore berganti malam, malam semakin larut, secangkir teh bikinanku sendiri menemaniku melampaui menit demi menit bergulirnya waktu. Saat ini tepat pukul 10 , terdengar perutku yang mulai membunyikan instrumen mulai dari gendang, kulintang, angklung semua seirama seakan berteriak, “AKUU INGINN MAKAN!”. Well, mungkin aku harus keluar cari makan, kucoba menuruni tangga bertingkat ini, perlahan pandanganku menatap kamar misterius sebelah kamarku, “Apa dia ini nggak pernah keluar Rumah...?” Hmm.... aku tertenggun sebenarnya dia manusia apa bukan, yang jelas bahkan seperti aku pasti merasakan lapar. “Apa dia juga merasakannya?”....

Aku beranjak turun, kulangkahkan kakiku untuk meninggalkan rumah. Setelah berjalan cukup lama, kudapati bau aroma sedap khas Bakmie Goreng, badanku seakan ditarik untuk mendekat ke warung makan yang ada diseberang jalan tak jauh dari rumah kontrakanku...

Kudapati dua bungkus Bakmie Goreng beserta nasi dalam sebuah tas plastik hitam dan juga es teh, aku membawanya ke kamar untuk segera melahapnya, Dalam hatiku, sebenarnya yang satu bungkus akan kuberikan Melisa, sigadis berkaos kaki merah itu. Meskipun misterius, tapi aku khawatir jika terjadi apa-apa dengannya, lagipula kamar kita berdekatan, masa aku yang tinggal disebelahnya nggak peka! 

Aku menaiki tangga beranjak untuk ke kamar Melisa, kudapati pintunya tertutup, “Tok...tok..tok...”, tidak terdengar sedikitpun suara darinya, “Tok..tok..tok..", Apa dia pergi?? Nggak mungkin hawa keberadaannya tak berhembus daritadi. Well, mau dimakan ato nggak yang penting niatan baikku sudah terpenuhi.”Tok...tok...tok”,ini yang ketiga kalinya, setelah itu aku cabut dah, bete juga lama-lama di cuekin gini!. 

Aku menaruh kantong plastik dengan satu bungkus Bakmie Goreng didepan kamarnya, mau diambil, atau dibiarin tergeletak begitu aja udah bukan urusanku, masa bodoh lah. Seketika itu aku masuk kekamar untuk memuaskan hasrat laparku, aku melahap habis Bakmie dengan Es teh yang dapat mencairkan suasana hati ini. Setelah selesai makan, aku kembali melihat kamar itu

“Hahhh? Kemana kantong plastik itu ??!”

Hilang dalam dekapan kedua mataku, “Diambil? Siapa yang mengambil?? , Melisa??”,ucapku dalam hati kebingungan

Aku beranjak dari kamarku, kuberanikan diri untuk mengetuk pintu kamarnya sekali lagi, “Tok...tok tok...Mel...”. Sama sekali tidak terdengar sahutannya, sekali lagi... 

“Tok..tok..tok...”. , Tak sedikitpun suara muncul memecahkan keheninganku saat itu. 

Seketika itu....

“Masuk....”,

Aku mendengar suara Melisa memanggilku untuk masuk ke kamarnya. Dengan sedikit ketakutan aku mencoba membuka gagang pintu yang sekali lagi tidak pernah ia kunci . Perlahan aku masuk, dan aku melihat Melisa duduk diatas tumpuan kasur putih bercorak bunga hitam. Aku ragu... , setiap kali aku bertemu dengannya justru bukan perasaan senang , bahagia maupun sedih, tapi rasa takut yang terus datang menghantuiku. Dia memang misterius, tapi aku ingin tahu apa yang membuatnya semisterius ini...

“Bol...eh , boleh aku duduk...?”

“...........”,

Melisa menganggukkan kepalanya,

“............”, 

Aku duduk berada didekat Melisa. Kami terdiam beberapa menit, aku berusaha mencari topik obrolan untuk memecah ketakutan yang ada dalam diriku, mungkin akan kumulai dari sesuatu yang kuberi kepadanya malam ini..

“Eh???...”

“Lo yang ambil Bakmie Goreng gue tadi??”, 

“.............”

Aku memundurkan jarakku dengan Melisa dan pandangan mataku melihat sekeliling ruangan yang tampak kurang rapi bagiku, sekilas aku melihat mangkuk dengan bungkus Bakmie Goreng yang kutaruh didepan kamarnya. Ia masih saja terdiam membisu.

“Shhh! , Kenapa aku jadi bodoh gini, sudah jelas dia yang ambil, masih aja tanya, Kamprettt bodoh gak ketulungan dahh!”,gumamku

“Emmmhh maaf Mel, bukan maksud...”

“Maaf... “, ujarnya singkat

“Itu punya lo kan ...?”,ia menambahkan

“Hehh?? Nggak kok , emang niatan buat lo tadi, jadi nggak apa-apa kok, santai aja kali, Bwhahahahaha!”

“..............................”, 

Kami terdiam lagi beberapa menit, “Garing ya??! Apa aku salah ngomong??”. Wajahnya kenapa berubah jadi semakin cemberut, memucat seperti ada yang dipikirkannya dalam-dalam. Dan juga seperti perasaan kebencian terpendam dalam hatinya. Apa dia mengalami trauma yang berlebihan??....

Kulihat sekilas tangannya terdapat bekas sayatan benda tajam, berbeda dengan kemarin, bekas lukanya terlihat jelas kali ini, apa dia habis melukai tangannya sendiri ?? Dia ini depresi?? Atau.....

“Mel, tangan lo itu kenapa..??”

Sekejap Melisa menutup kedua tangannya dengan selimut yang ada dikasurnya. Ekspresinya ketakutan, terlihat dari wajahnya yang cemas dan mengkhawatirkan sesuatu...

“..............”

“Lo bisa pergi sekarang..??”

“....Hahhh, per....per.gii ??”

“Tolong biarkan gue sendiri!”

“..........................”

“Asal loe tau, gue itu cuman sebuah Payung!”, teriaknya dengan nada sedikit marah

“....................”

“Tung...., tunggu, Payung.?? Maksudnya...??”

“Pergi!”,ekspresi wajahnya seakan marah penuh dendam

“.............................”

“Oke, ok gue pergi...”

Tatapan tajamnya membuat nyali ku yang mulai memberanikan diri mengenalnya lebih dekat seakan menciut tertelan ombak ketekutan dari masa lalunya yang kelam. Entah apapun itu masa lalunya, sangat disayangkan membuat dia jatuh dalam keterpurukannya yang sekarang. Aku bergegas meninggalkan tempat itu, kurasa aku akan keluar rumah kontrakan sebentar untuk menghela nafasku, mendinginkan otakku yang sudah panas dihujani pernyataan aneh seperti Payung?? Sebuah Payung...?? Apaan sih! Dasar orang nggak tau terimakasih, main usir aja seenaknya!

Malam semakin larut, lebih baik aku segera membeli dua botol Aqua di Indomart seberang, lagipula stok coca colaku tinggal sebotol.Menapaki jalan biasa yang sudah kulewati selama 2 hari ini menuju Indomart, aku membeli dua liter botol Aqua besar, kemudian berhenti sejenak didepan Indomart untuk sedikit menghela nafas mencairkan suasanya tegang ini...

“Heehh?? Tunggu... , itu Reni??”,gumamku

Aku melihat perempuan yang wajahnya mirip Reni dari kejauhan dengan seorang lelaki yang mengenakan jaket kulit hitam..

“Reni? Beneran Reni itu??”, aku nggak habis pikir, perempuan itu mengenakan baju seksi ala Abege yang masih kinyis-kinyis menggiurkan hati para Om-om, dandannya sungguh seksi, terlihat baju putih transparan menembus pakaian dalamnya yang berwarna biru cerah itu. Belum lagi , rok tipisnya diatas paha. Membuatku jadi penasaran. Apa aku harus menghampirinya?? 

Aku putuskan untuk mengutitnya dari belakang, mungkin ini antara hasrat nafsuku dan juga rasa penasaranku yang menggebu. Perlahan langkahku kupercepat mengikuti gerak langkah mereka, sampailah pada sebuah jalan tiga arah yang nampak sepi, dibagian kanan terdapat sebuah gang kecil, gang ini seperti gang buntu lebih tepatnya lorong kecil yang ujungnya terbatasi oleh tembok cukup besar, ada meja tua, kursi disisi kanan kiri lorong ini. Aku memalingkan tatapanku, dan mulai mengintip dari selah-selah tiang, mencari celah tempat persembunyian agar tidak ketahuan oleh orang sekitar. Sedikit gelap memang, namun aku dapat melihat jelas perempuan itu dengan baju putihnya...

“Ree...ni, itu bener Reni...!”,gumamku dalam hati

Aku terkejut ternyata itu memang Reni, perempuan yang satu kantor denganku, mau apa dia di gang buntu ini?? Hahh, dia seperti tak sadarkan diri. Seperti sedang mabuk, mungkin doi terlalu banyak minum...

Lelaki itu meletakkan tubuh Reni dan menyandarkannya ditembok, ia mempeloroti celana dalam Reni, menurunkannya perlahan dan terlihat samar celana dalam birunya mulai menuruni selangkangan menuju lututnya.

Tangan lelaki itu mulai memegang meki Reni, jari tengahnya seakan mengelus-elus lembut area sensitifnya. Tangan reni seketika mulai menolak rangsangan yang diberikan lelaki itu di sekitar vaginanya, namun lelaki itu tetap melanjutkan memainkannya dengan dua jari sambil tangan satunya meremas payudaranya yang kecil padat dibalik baju putihnya...”Mmmmphhh....”,desahnya

Mulut lelaki itu mulai mencumbui Reni. Lidah Reni dengan sigap menyambut cumbuan mulutnya. Terjadi permainan lidah keduanya, mereka saling beradu beradu melumat lembut. Tangan lelaki itu beranjak memegang pantat Reni, merangsangnya dengan gerakan pelan, lalu membuka perlahan baju Reni. Kemudian lelaki itu menentangkan tangan Reni keatas , mulut lelaki itu mulai mencumbui ketiak Reni, menjilatinya dengan penuh gairah. Reni terangsang...

“Mmmhhhppp...ahhhh. mmmphhh ahhh”, 

Desahnya lirih terdengar dari tempatku mengintip, “Damn! Hott!” aku sesekali memastikan bahwa tempat ini sudah semakin terlarut oleh malam dan sepi tanpa seorangpun bersamaku mengintip mereka.

Lelaki itu mulai memainkan vagina Reni lagi, mengelusnya dengan pelan , lalu memasukkan kedua jarinya kedalam masuk lubang vaginanya. Gerakannya jarinya semakin cepat, tubuh Reni menggelinjang kekanan dan sesekali kekiri, ia terangsang. Aku hanya dapat menelan ludah melihat adegan panas mereka. 

Dilepaskannya tali behanya, celana dalam birunya, dan juga rok Reni yang tipis itu. Kini Reni tanpa sehelai kain apapun. Mulut lelaki itu mulai mengenyot-ngeyot puting Reni.. “Mmmhhhphh...”,Reni mengigit bibir bawahnya sendiri, nampak keenakan, ia semakin menjadi, lelaki itu tak tinggal diam, ia segera melepaskan celananya, dan mengeluarkan kontinya. Reni menyigapnya dengan tangan, mengelusnya pelan-pelan dan lembut. Terlihat dari gerakan tangannya yang bergerak memutar, ia memperlakukan konti lelaki itu dengan pelan tapi rangsangan yang pasti menggairahkan lelaki itu. .”Ahhh....ahhh”,desah lelaki itu

Aku melihatnya dengan jelas, lelaki itu membelai-belai rambut Reni, kemudian melumut bibirnya sekali lagi, gerakan kocokan tangan Reni semakin cepat, mereka beradu nafsu. Akhirnya konti itu mulai dimasukan ke liang vagina Reni, dengan gerakan maju mundur, posisi Reni yang terlentang bersandar tembok di gang buntu itu menggeram keenakan, ia menikmati setiap sodokan konti yang terkesan pelan dan cepat sesaat. Sementara penetrasi berlangsung , lelaki itu mulai menjilati lagi lengan Reni hingga perlahan turun sampai putingnya, kedua tangannya memeluk hangat tubuh Reni. Ia terbuai. Reni mulai mendesah nggak karuan. “Mmppphhh ahhhh... mmmpphhh ahhh...”. Kemudian dibukanya selangkangan Reni dengan kedua tangan lelaki itu sehingga membuat kaki Reni agak jinjit untuk menompang punggungnya yang bersandar pada tembok. Lelaki itu sesaat mengelus vaginanya, lalu memasukan lagi kontinya kedalam liang vaginanya, melakukan penetrasi lagi maju mundur seperti saat push-up dengan posisi berdiri sejajar dengan tembok.

Reni pasrah, keringatnya mulai bercucuran, tubuhnya mulai lemas tapi penuh gairah, sementara lelaki itu masih semangat untuk meluapkan hasrat Reni. Lelaki itu membalikkan tubuh Reni, meletakan tangan Reni sebagai tumpuannya pada tembok, tangan lelaki itu memegang pinggul Reni dan mulai dimasukannya konti lelaki itu, gaya doggy style sambil menepuk pantatnya “Plakkk...plak!”. Penetrasi maju mundur..., maju mundur... “Mmmmphhhh ahhh...mmphhh ahh...”.desah reni menggeliat. Lelaki itu melumat punggung Reni, menjilati tiap lekuk tubuhnya, Reni hanya mampu menggeram keenakan seketika goyangan lelaki itu mulai cepat, lalu kemudian melambat. Tangan lelaki itu mulai memainkan payudara Reni dari balik punggungnya. “Mmmmppphhh...lagi sayang??”. “”Ahhhhh....!” Kini kedua tangan lelaki itu sudah memegang kedua payudara Reni. Meremasnya sambil tetap melakukan penetrasi, “MmmmPhhh sayang...”. Toket nya diremas dengan gerakan memutar, Reni keenakan, sesekali tangan kanan Reni memegang kepala lelaki itu dari depan, ia merintih dengan penuh gairah. Lelaki itu menyambutnya dengan lumatan dibibir seksi Reni. “Mmmphhhh...”, konti lelaki itu digerakannya semakin cepat dan mulai tegang. Maju...mundur membuat pantat Reni bergetar, dan akhirnya tubuhnya tak dapat membendung nafsu yang sudah memuncak itu “Mmmmphhh....Sayangggg..”, Reni akhirnya orgasme untuk pertama kali. 

Lelaki itu memeluk Reni kemudian ia duduk dikursi yang ada disisi kiri lorong ini. Ia mengangkat tubuh Reni, memposisikan kedua kakinya untuk menggendongnya dan melakukan penetrasi. Kini tubuh Reni menindih lelaki itu, penetrasi dari lelaki itu membuat tubuh Reni seakan bergoyang keatas dan kebawah seperti sedang mengikuti pacuan kuda. “Mmpphhh....Mmmpphh ahhh”, desah Reni sembari kedua tangan lelaki itu memegang pinggulnya melakukan penetrasi memompa keatas dan ia mengulanginya lagi tapi kini dengan memeluk tubuhnya, melakukan penetrasi memompa hingga keduanya mendesah keenakan. “”mmPPhhhh ahhhhh...!”. Lelaki itu masih duduk dikursi, kemudian membalikan tubuh Reni , lagi-lagi penetrasi dilakukan, posisi tubuh Reni benar tepat didepanku saat ini aku melihat ekspresinya yang sangat terangsang menikmati setiap peraduan nafsunya. Tangan lelaki itu memegang perut Reni, dan perlahan tangan kanannya mulai mengelus-elus bergerak keatas merangsang payudara Reni sembari melakukan tekanan penetrasi yang cepat, memaksa Reni untuk melompat-lompat naik turun seperti menunggangi kuda. 

“MMmmppphhh...terus sayang...”

“mmmmMmphhh , ahhhh!...”,desahnya semakin liar

Penetrasinya semakin cepat, gairahnya menggebu, mereka berdua mendesah keenakan, 

“Ahhhh! Ahhhh........”.... “Crottttt....”

Akhirnya lelaki itu orgasme, mereka berdua terdiam lemas....

“Gila! , ini gila”, Aku yang menyaksikan adegan ini mulai salah tingkah, melihat kanan, melihat kiri. Memastikan tidak ada yang mengintip adegan panas Reni ini selain aku sendiri. Cukup hanya dengan menyaksikannya serasa ribuan tetes keringat nafsu membasahi tubuhku, apalagi aku ikut bersama mereka. “Sadar! Sadar...! Plakk..plak..” Ok aku coba menenangkan diri, “Hell no!” Tetap nggak bisa, lebih baik aku meninggalkan tempat ini dengan langkah pelan agar tidak ketahuan mereka dan orang sekitar, Segera aku kembali menuju rumah kontrakanku...
Bersambung ke
Undangan Rahasia Bagian 6. Lenguhan Bidadari

{ 0 comments... read them below or add one }

Posting Komentar

Berkomentaralah Dengan Baik yng berisi kritikan , Masukan Demi Kalangsungan Blog kita Bersama ini